Homili 9 Desember 2015

Hari Rabu, Pekan Adven II
Yes. 40:25-31
Mzm. 103:1-2,3-4,8,10
Mat. 11:28-30

Tuhan adalah kekuatan kita

imageSeorang sahabat mengaku pernah bergumul dengan Tuhan dan dirinya sendiri. Ia merasa bahwa Tuhan telah berlaku tidak adil kepadanya. Banyak musibah dialaminya. Di dalam keluarganya selalu terjadi perkelahian di antara mereka. Ada saudara yang sakit, ada yang meninggal dunia, ada yang mengkonsumsi narkoba sehingga perlu pemulihan dengan biaya yang mahal. Di tempat kerja ia merasa ada perlakuan tertentu dari rekan-rekannya yang membuatnya tidak nyaman. Semua pengalaman hidup ini membuatnya selalu bertanya kepada Tuhan: “Tuhan apa yang salah dariku sehingga musibah datang silih berganti?” Pertanyaan ini selalu diucapkannya setelah berdoa secara pribadi. Bertahun-tahun ia bertanya kepada Tuhan dan ia tidak mendapat jawaban apa pun.

Apa yang terjadi selanjutnya? Ia pergi ke gereja dan menemukan sebuah buku Puji Syukur yang ketinggalan di dalam Gereja. Ia membukanya hendak mencari doa-doa umum untuk didaraskan. Ia menemukan sebuah pembatas buku, dengan sebuah kutipan dari doa raja Daud. Bunyinya: “Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku! Ya Tuhan bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku,kota bentenfku! Terpujilah Tuhanku, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku.” (Mzm 18:2-4). Ia mengakui bahwa doa raja Daud ini mengubah seluruh hidupnya. Ia merasa buta dalam hidup dan tidak tahu bersyukur kepada Tuhan. Banyak rahmat yang ia terima dari Tuhan, namun ia hanya berhenti pada bebagai musibah, penderitaan dan kemalangan. Ia bersyukur karena Tuhan menyadarkannya melalui doa raja Daud. Ia berusaha untuk mengasihi Tuhan, karena hanya Dialah kekuatan dan perlindungannya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini sangat menguatkan kita semua. Banyak kali kita memang berhenti pada pengalaman-pengalaman manusiawi kita. Pengalaman ini juga pernah dialami oleh umat Israel dalam penderitaan di Babel. Mereka juga mengeluh kepada Tuhan dan berhenti pada keluhan-keluhan yang membuat hati mereka keras kepada Tuhan. Tuhan mengutus para nabi untuk menghibur dan menguatkan umat Israel. Melalui nabi Yesaya, Tuhan berkata: “Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus. Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.” (Yes 40: 25-26). Tuhan memiliki kuasa yang luar biasa bagi manusia. Ia berkuasa atas segala ciptaan karena Dia adalah sang Pencipta. Kalau kita memadang langit maka kita akan mengerti Tuhan sebagai designer yang hebat. Semuanya diciptakan teratur adanya.

Banyak di antara kita yang suka mengeluh kepada Tuhan dan lupa bahwa Tuhan kita baik adanya. Kita tidak perlu berkata-kata tentang Dia, lebih baik berkata-kata dengan Dia. Kita harus berani berkata: “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?” Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.” (Yes 40: 25-28). Tuhan tetaplah menjadi kekuatan bagi orang-orang yang berharap kepada-Nya.

Apa yang berlaku selanjutnya? Nabi Yesaya mengatakan bahwa Tuhan memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yes 40:26-31). Tuhan adalah kekuatan bagi semua orang yang lemah dan tak berdaya. Mereka layak menjadi orang yang menantikan kedatangan Tuhan. Ada semangat istimewa untuk memperoleh kekuatan baru dari Tuhan.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menunjukkan diri-Nya sebagai satu-satunya penyelamat umat manusia. Ia memperhatikan iman setiap orang yang percaya kepada-Nya. Ia mengajak orang-orang yang percaya kepada-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28). Orang-orang datang kepada Yesus adalah orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat. Mereka memiliki beban hidup, penderitaan dan kemalangan. Tuhan melihat iman mereka Ia sehingga mengajak mereka untuk datang kepada-Nya. Tuhan Yesus memberikan kelegaan dan kepuasaan di dalam hidupnya. Masalahnya adalah apakah orang mengandalkan Tuhan dan mau datang kepada-Nya.

Tuhan Yesus berkata kepada orang yang datang kepada-Nya: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Mat 11:29-30).Tuhan memberikan kelegaan kepada orang yang berbeban berat. Ia juga menghendaki supaya setiap orang beriman, berjalan bersama Yesus. Ibarat hewan-hewan yang bisa membajak dengan kuk yang sama, demikian Tuhan Yesus juga memberikan perumpamaan ini untuk mengatakan bahwa ketika kita berjalan bersama Yesus, kita mengalami hidup yang sesungguhnya. Tidak ada beban apa pun yang kita rasakan selama berada bersama Yesus. Beban-beban hidup itu adalah hiasan yang indah supaya kita bisa memuliakan Tuhan.

Tuhan adalah kekuatan kita. Kita semua berjalan bersama sebagai komunitas, sebagai sebuah paguyuban persaudaraan. Kita semua memiliki beban hidup yang selalu menantang kita untuk beriman atau tidak beriman. Kita tidak hanya menjadi pemeluk suatu agama, tetapi kita harus beriman kepada Tuhan. Dialah kekuatan kita semua dan kita pun belajar untuk mengasihi-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply