Homili 13 Januari 2016

Hari Rabu, Pekan Biasa I
1Sam 3:1-10.19-20
Mzm 40: 2.5.7-8a.8b-9.10
Mrk 1:29-39

Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu!

imageSelama beberapa hari terakhir ini saya menulis status di MedSos: “Memulai petualangan baru”. Banyak sahabat bertanya-tanya tentang maksud statusku ini. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa pada awal tahun 2016 ini saya memulai petualangan baru dengan mendapat tugas baru sebagai dosen Filsafat di Institut Filsafat St. Fransiskus dari Sales, Dili Timor Leste. Mereka juga bertanya, apakah saya menyukai perutusan baru ini. Saya mengatakan kepada mereka bahwa sebagai seorang biarawan dan imam, melakukan kehendak Allah adalah sebuah tugas mulia bukan suka atau tidak suka melayani Tuhan dan sesama. Saya terakhir kali mengabdi di Timor Leste sekitar lima belas tahun yang lalu sebagai pastor muda dan kini kembali melayani lagi dengan perutusan yang berbeda. Pada perayaan Ekaristi harian hari ini saya merenungkan doa yang dipanjatkan raja Daud kepada Tuhan: “Ya Tuhan, aku datang untuk melakukan kehendaku-Mu” (Mzm 40: 8a.9a). Saya menjadikan doa ini sebagai doa saya mengawali perutusan baru di Timor Leste.

Tuhan memiliki kehendak yang kuat bagi setiap pribadi dan sebagai ciptaan-Nya kita melakukan kehendak-Nya. Prinsip kita semua adalah “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan” (Luk 17:10). Prinsip ini pernah dialami oleh Samuel. Ketika berada di rumah Tuhan di Silo, dibawa pengawasan imam Eli, ia mendapat panggilan Tuhan. Namanya dipanggil dua kali “Samuel, Samuel”. Samuel berpikir bahwa imam Eli yang sudah tua itu memanggilnya. Ia segera pergi kepada imam Eli untuk bertanya tentang maksud dan kehendak dirinya dipanggil. Sampai tiga kali Samuel mendengar namanya dipanggil, dan diapun tetap pergi kepada imam Eli. Imam Eli mengerti bahwa Tuhan sedang memanggil Samuel untuk tugas istimewa bagi bangsa Israel. Ia menyuruh Samuel untuk tidur dan kalau namanya dipaggil lagi, cukuplah ia menjawab: “Bersabdalah ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan”. (1Sam 1:10).

Tuhan sendiri pernah berkata kepada Yakub dan keturunannya: “Aku telah memanggil engkau dengan nama-Mu” (Yes 43:1). Tuhan Yesus dalam Injil berkata: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” (Yoh 15:16). Kedua kalimat ini sangat inspiratif bagi kita semua untuk memahami panggilan dan pilihan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya. Tuhan yang memiliki kehendak kepada setiap orang dan sikap batin yang harus dimiliki adalah kesediaan untuk mengikuti atau mentaati kehendak Tuhan.

Samuel dalam kisah panggilannya membantu kita untuk mengerti bahwa untuk melakukan kehendak Tuhan, kita perlu banyak mendengar dan dengan demikian biasa mentaati. Semakin kita mentaati kita juga pasti bisa mengasihi. Samuel mendengar panggilan Tuhan. Ia medengar dan segera mencari tahu makna namanya dipanggil malam itu. Ia kemudian mentaati panggilan dan perutusan yang diberikan kepadanya.

Tuhan Yesus dalam Injil hari ini berusaha untuk mentaati panggilan dan perutusan Bapa. Dia adalah Putra yang taat kepada kehendak Bapa. Ia sendiri mengajar para murid berdoa: “Jadilah kehendak-Mu” (Mat 6:10). Ketika berdoa di Getzemani, Ia berdoa: “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu” (Mat 26: 42). Yesus datang untuk melakukan kehendak Bapa (Ibr 10:7.9).

Bagaimana Yesus melakukan kehendak Bapa? Yesus mengajar dengan kuasa dan wibawa melebihi para ahli Taurat. Ia menyembuhkan banyak orang sebagai wujud nyata pengajaran-Nya. Ibu mertua Simon, merasakan bagaimana kuasa Tuhan Yesus memang luar biasa. Ia menghardik demam dan demam itu hilang dengan sendirinya. Mertua Simon bersyukur dan melayani Tuhan. Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang, dengan segala sakit penyakit yang mereka miliki. Setan-setan pun tunduk kepada-Nya. Bisa dibayangkan bagaimana orang berdatangan mencari Yesus untuk disembuhkan. Mencari Yesus dan merasakan keselamatan-Nya merupakan harapan semua orang beriman. Anda dan saya juga membutuhkan Yesus untuk merasakan keselamatan.

Yesus juga selalu berdialog dengan Bapa setelah melakukan pelayanan. Ia tidak hanya puas dengan apa yang sedang dicapai, tetapi selalu bersyukur dalam doa. Ia selalu punya waktu untuk bersyukur kepada Bapa karena semua rencana dan kehendak-Nya terlaksana di dalam hidup setiap pribadi.

Pada hari ini pikiran kita coba diarahkan untuk mengalami kehendak Tuhan. Ia memiliki rencana yang indah dan tugas kita adalah mendengar dengan baik supaya bisa mentaati dan mengasihi Tuhan. Di samping kemampuan untuk mendengar, kita juga berdoa. Semua pekerjaan dan pelayanan kita tercapai kalau kita selalu berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan. St. Paulus menasihati: “Mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah, di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1Tes 5:8). Melakukan kehendak Tuhan menjadi sempurna karena kita juga selalu bersyukur dalam doa kepada Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply