Homili 3 Februari 2016 (Dari bacaan pertama)

Hari Rabu, Pekan Biasa IV
2Sam. 24:2,9-17
Mzm. 32:1-2,5,6,7
Mrk. 6:1-6

Jangan mengandalkan kekuatanmu!

imageSaya pernah mengikuti sebuah pelatihan tentang kepemimpinan. Ketika hendak memulai kegiatan ini, ketua team pemberi pelatihan ini mengundang saya untuk memimpin doa bersama. Ketua team  lebih dahulu mengajak semua peserta supaya sadar diri bahwa menjadi pemimpin adalah pelayan bagi semua orang yang dipimpin. Pemimpin yang tidak mengandalkan kekuatannya sendiri tetapi sadar bahwa Tuhanlah yang hadir dan memberi seluruh kekuatan kepadanya. Saya memimpin doa seperti biasa, setelah itu saya merenungkan perkataan dari ketua team bahwa sebagai pemimpin hendaknya mengandalkan kekuatan dari Tuhan bukan mengandalkan kekuatan dirinya sendiri. Saya merasa bahwa ini merupakan sebuah teguran bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang belum sadar bahwa menjadi pemimpin adalah pelayan bagi semua yang dipimpinnya. Kuasa untuk memimpin itu bukan berasal dari dirinya sendiri tetapi dari Tuhan. Saya lalu mengingat pengakuan St. Paulus seperti ini: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2Kor 12:9-10).

Pada hari ini kita mendengar sisi lain dari kehidupan Daud. Dia sudah dipanggil dan dipilih Tuhan untuk menjadi raja bagi bangsa Israel. Ia berkali-kali jatuh dalam dosa, namun di hadapan Tuhan, ia menyatakan sesal dan tobatnya. Pengalaman Daud yang selalu jatuh dalam dosa juga menjadi pengalaman hidup kita secara pribadi. Banyak kali kita berjanji kepada Tuhan dalam sakramen tobat setelah menyesal dan mau bertobat secara radikal, tetapi kita sendiri tidak serius dan berkomitmen yang jelas sehingga mudah jatuh lagi dalam dosa, dan kadang dosanya selalu sama. Coba anda memeriksa bathin dengan jujur dan anda bisa menemukan dirimu yang selalu mengakui dosa yang sama karena kebiasaan melakukan dalam dosa yang sama juga.

Dikisahkan dalam Kitab kedua Samuel bahwa Raja Daud menyuruh Yoab dan para panglima tentara untuk menjelajahi semua suku Israel dari Dan sampai Barsyeba. Mereka juga membuat sensus supaya Daud sebagai raja bisa mengetahui jumlah mereka dan menyiapkan kekuatannya. Yoab melakukan tugasnya dengan baik. Hasil sensus disampaikannya kepada raja: ada delapan ratus ribu orang yang bisa memegang pedang untuk berperang, dan di Yehuda ada lima ratus ribu orang. Dengan hasil sensus seperti ini membuat Daud berpikir bahwa ia bisa menguasai dunia dengan kekuatannya sendiri. Dia lupa bahwa selama ini ia boleh menaklukan banyak daerah karena kuasa Tuhan bukan kuasanya sebagai manusia biasa.

Apa yang terjadi setelah sensus kekuatan rakyat ini. Daud baru sadar diri dan merasa bersalah. Hatinya berdebar-debar ketakutan di hadapan Tuhan. Ia jujur kepada Tuhan dan berkata: “Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.” (2Sam 24:10). Daud selalu jatuh dalam dosa tetapi satu hal yang baik adalah ia mudah sadar diri bahwa ia sudah jatuh dalam dosa dan menyesalinya. Dosanya kali ini adalah menomorduakan Tuhan dan mengutamakan kekuatan dirinya.

Reaksi Tuhan terhadap Daud adalah mengutus nabi Gad untuk mengoreksinya. Tuhan memberi tiga opsi penting, yang bagi Daud adalah sulit untuk dilakukannya. Inilah opsi yang Tuhan berikan kepada Daud melalu nabi Gad dan Daud dibiarkan memilih yang terbaik: “Akan datangkah menimpa engkau tiga tahun kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, sedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah tiga hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku.” (2Sam 24:13).

Daud mendengar dan memahami pesan Tuhan melalui Gad. Ia merasa sangat sulit untuk melakukan semua pilihan yang ditawarkan Tuhan. Namun ia masih percaya kepada kasih Tuhan. Ia berkata: “Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia.” (2Sam 24:14). Apa yang Tuhan lakukan? Ia mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel sehingga tujuh puluh ribu orang tewas. Tuhan juga berbelas kasih kepada umat Israel sehingga ketika malaikat mengacungkan tangannya kepada Yerusalem, Tuhan menghentikannya. Tuhan menyesal atas malapetaka yang menimpa bangsa Israel karena dosa raja Daud. Ia sendiri mengakuinya: “Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku.” (2 Sam 24:17).

Kisah kehidupan Daud ini merupakan gambaran nyata kehidupan anda dan saya setiap hari di hadapan Tuhan. Dosa selalu mendatangi hidup kita dan berusaha untuk menguasainya. Daud merasa sombong di hadapan Tuhan dan berpikir bahwa ia bisa menguasai segala sesuatu tanpa perlu bantuan Tuhan. Hal yang sama juga selalu terjadi dalam kehidupan kita. Kita mudah mengandalkan diri kita sendiri dan melupakan Tuhan. Kita sulit untuk melibatkan Tuhan dalam pekerjaan-pekerjaan kita. Biasanya yang datang terakhir adalah penyesalan yang tidak berguna.

Kisah kehidupan Daud ini mengoreksi cara berpikir para pemimpin. Mereka bisa menyalahgunakan kekuasaannya sehingga membuat rakyat kecil menjadi korban. Karena Daud salah menggunakan kekuasaannya maka tujuh puluh ribu orang Israel tewas. Banyak pemerintah di dunia ini yang menyalahgunakan kekuasaannya sehingga rakyat kecil yang tak bersalah menjadi korban. Korupsi, kolusi dan nepotisme adalah istilah teknis yang menguasai para pemerintah dan dunia saat ini. Kekuasaan, uang dan popularitas membelenggu para pemimpin sehingga mereka bukan menjadi pelayan melainkan penindas. Tugas kita saat ini adalah tidak hanya menyesal tetapi bermetanoia untuk mengubah dunia menjadi lebih baik lagi.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply