Food For Thought: Mengapresiasi itu perlu!

Sulitnya mengapresiasi kebaikan sesama

Yesusku MenderitaAda sebuah keluarga, memiliki seorang anak yang sedang memasuki masa remaja. Anak ini mengalami cacat dari lahir sehingga jalannya agak pincang. Saya juga memperhatikan keluarga ini, sangat kompak untuk selalu bersama-sama menghadiri ibadat bersama di Gereja. Anak ini memiliki suara yang bagus. Konon, ia sering menyanyikan lagu Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil dalam gereja dan menuai banyak pujian. Pujian khusus datang dari ibunya. Ibunya berkata: “Anak mami ini hebat, pemazmur hebat di paroki kita.” Ayahnya dengan bangga berkata: “Anak siapa dulu dong. Suara emas inikan diwariskan ayah.” Anak itu diam sejenak dan bersyukur karena dukungan dan pujian orang tuanya. Mereka ikut berbangga dengan prestasi anak mereka.

Di tempat lain, saya menyaksikan sebuah keluarga muda yang sedang mengalami kegoncangan tertentu. Karena kesulitan ekonomi maka sang istri rela berkorban untuk membuat kue dan menjualnya. Ia juga menjual pulsa dan usaha kecil-kecilan lainnya di rumah untuk menopang hidup keluarganya. Kue-kuenya laris manis, nikmatnya tiada duanya sehingga digemari banyak orang. Namun sang istri jujur mengatakan bahwa suaminya belum pernah memberi apresiasi apa pun kepada istrinya. Karya istri orang lain sangat diapresiasi.

Tuhan Yesus memiliki banyak pengalaman bagaimana dikasihi, ditolak dan dibenci oleh orang-orang tertentu. Misalnya, ketika ia membuat mukjizat dengan mengusir setan yang membisukan seseorang. Setelah disembuhkan Yesus maka suasana menjadi lebih hidup karena ia bisa berbicara dan memuji Tuhan. Namun orang-orang munafik yakni kaum Farisi dan pemuka-pemuka agama Yahudi selalu mencari masalah dengan Yesus. Mereka menganggap Yesus bisa mengusir setan karena kuasa dari Beelzebul.

Mengapa kita sulit sekali mengapresiasi kebaikan sesama? Mengapa kita masih suka mencari-cari kelemahan saudara yang lain.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply