Homili Hari Minggu Palma -2016

Hari Minggu Palma/C
Luk 19:28-40

Mengiringi Yesus dengan gembira

imageAda seorang sopir yang sudah puluhan tahun bekerja di sebuah Paroki. Ia bertugas mengantar para pastor untuk melayani umat Allah, mulai dari stasi-stasi misi di pinggir laut hingga ke stasi-stasi misi di gunung yang kadang masih sulit dijangkau dengan menggunakan kendaraan. Ia juga mengakui mengenal para pastor mulai dari para pastor senior hingga para pastor muda, sebab para pastor itu biasanya saling berganti tempat tugas selama periode tertentu. Ia juga melayani para anggota gereja yang membutuhkannya tanpa mengenal kata lelah. Dari seluruh perjalanan bersama para pastornya, ia bisa mengenal sisi-sisi kehidupan mereka secara pribadi, misalnya bagaimana pastor membawa dirinya dalam berelasi dengan umat, apakah pastornya murah hati atau egois dan pelit, apakah pastornya rajin berdoa dan melayani dengan tulus hati? Semua ini dialaminya bersama para pastor selama puluhan tahun. Namun satu hal yang tetap menjadi kebanggan dan kegembiraannya adalah ia merasa selalu bahagia mengiringi para alter Kristus dalam hal ini para gembalanya ke tempat tugasnya. Ia selalu mengajak para pastornya untuk berbicara selama perjalanan bersama. Baginya memberi rasa nyaman dan bahagia kepada pastornya adalah sebuah pelayanan.

Pada hari ini kita memasuki pekan suci, dimulai dengan merayakan hari Minggu Palma. Hal umum yang tepat untuk menggambarkan hari Minggu palma ini adalah bahwa umat membawa daun Palma dari rumah ke Gereja untuk diberkati pastor. Ada juga kesempatan bagi umat untuk melakukan prosesi bersama, dengan membawa daun-daun palma sambil berkata: “Hosana bagi Putra Daud.Terpujilah yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel! Hosana sembah sujud”. Namun demikian tujuan yang paling utama bukanlah pemberkatan daun palmanya melainkan kita semua mau mengawali misteri Paskah Tuhan kita Yesus Kristus, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Untuk menggenapi misteri ini maka Tuhan Yesus merelakan diri-Nya untuk memasuki Yerusalem kota-Nya dengan menunggangi seekor keledai dan diringi oleh banyak orang dengan gembira. Semuanya ini akan kita dengar dalam kisah sengsara Tuhan Yesus menurut Injil Lukas. Harapan kita sebagaimana diungkapkan dalam doa pembukaan yaitu “Semoga kami, yang mengiringi Raja Kristus dengan sukacita, diperkenankan memasuki Yerusalem abadi bersama Dia”.

Kita mendengar sebuah perikop Injil, sebelum memasuki gereja untuk berekaristi bersama. Pada tahun ini kita mendengar kutipan dari Injil Lukas yang menggambarkan bagaimana Yesus memasuki kota Yerusalem. Yesus sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem. Mata-Nya sudah tertuju ke Yerusalem karena disanalah Ia akan mewujudkan pekerjaan Bapa yaitu menyerahkan diri dengan wafat di kayu salib untuk menyelamatkan manusia (Luk 9:51-19:27). Penginjil Lukas mengatakan Yesus sedang berjalan menuju ke Yerusalem, dan sudah mendekati Betfage dan Betania yang terletak di atas bukit Zaitun. Dari atas bukit ini kita bisa melihat seluruh kota Yerusalem.

Untuk memasuki kota Yerusalem perlu persiapan tertentu. Ia menyuruh dua orang murid-Nya untuk mendahului-Nya ke kampung yang berada di depan mereka, mereka akan menemukan seekor keledai muda yang tertambat yang belum pernah ditunggangi orang. Yesus adalah Tuhan maka Ia sudah tahu bahwa ada keledai muda. Hal ini sejalan dengan nubuat Zakharia (Za 9:9). Mereka melepaskannya dan membawanya kepada Yesus karena Ia membutuhkan keledai itu. Keledai itu dibawa kepada Yesus dan para murid-Nya mengalasi keledai itu dengan pakaian mereka, serta menolong Yesus untuk menunggangi keledai itu. Hal ini mengingatkan kita pada pengalaman Raja Salomo di Gihon (1Raj 1:33). Ia memasuki Yerusalem sebagai Raja damai (Mat 21:5) dengan menuruni bukit Zaitun. Zakharia sudah bernubuat: “Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem sebelah Timur.” (Za 14:4).

Yesus akan memulai penderitaan-Nya di kota Yerusalem, namun diawali dengan sukacita. Dikisahkan bahwa para murid-nya mengiringi Yesus dengan gembira sambil memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mukjizat yang yang telah mereka lihat (Luk 19:37). Mereka juga berkata: “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatnggi!” (Luk 19:39). Sikap para murid ini mengundang perhatian dari orang-orang Farisi. Mereka meminta Yesus untuk menegur para murid yang bergembira itu tetapi Yesus berkata: “Jika mereka diam maka batu ini akan berteriak.” (Luk 1:40).

Perayaan hari ini mengungatkan kita pada kasih dan pengorbanan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia merelakan diri-Nya untuk menebus kita tanpa membuat suatu perhitungan apa pun. Kita dipanggil untuk mengiringi penderitaan Yesus bukan dengan sebuah kesedihan melainkan dngan sukacita, dengan kegembiraan yang besar. Dia adalah raja, satu-ssatunya Juruselamat kita. Inilah kehendak Tuhan bagi kita supaya selalu bergembira menerima pengalaman-pengalaman hidup kita, meskipun itu mungkin sebuah penderitaan dan kemalangan. Jangan menyerah terhadap pengalaman penderitaan karena di dalam penderitaan itu ada kebahagiaan. Tuhan Yesus menunjukkan-Nya dengan sempurna dalam hidupnya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply