Homili 22 Maret 2016

Hari Selasa, Pekan Suci
Yes 49:1-6
Mzm 71: 1-2.3-4a.5-6b.15.17
Yoh 13:21-33.36-38

Kebiasaan mengkhianati dan menyangkal

imagePada suatu hari saya diundang untuk merayakan misa syukur ulang tahun perkawinan ke tiga puluh sepasang suami dan istri. Bapa itu berusia 56 tahun dan ibu berusia 55 tahun. Mereka sudah memiliki cucu-cucu. Perayaan misa syukur itu berlangsung meriah. Usai perayaan ekaristi, pasutri ini diberi kesempatan untuk membagi pengalaman suka dan duka perkawinan mereka selama tiga puluh tahun. Bapa itu memeluk erat istrinya di hadapan anak-anak dan cucu juga kami para undangan yang hadir, dan mengatakan dengan suara lantang bahwa dia meminta maaf sebesar-besarnya karena selama tiga puluh tahun hidup bersama, dan hampir setiap tahun mengulangi janji perkawinan, namun ia tetap tidak luput dari perbuatan dan sikapnya untuk mengkhianati dan menyangkal istrinya. Istrinya memandang sang suami dan berkata, “Saya tetap tidak berubah dari dahulu hingga sekarang untuk mengasihimu, selamanya tidak berubah.” Mereka berpelukan lagi. Suasana syukur ini terasa sebagai sebuah suasana rekonsiliasi yang indah. Memang, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan dan kita semua yakin bahwa manusia bisa berubah. Maka kekurangan tidak selamanya menjadi kekurangan namun bisa menjadi peluang untuk menjadi kebaikan untuk menopang kelebihan yang ada pada manusia

Pada hari ini kita mendengar bacaan Injil yang indah tentang suasana komunitas Yesus. Mereka sedang duduk dan makan bersama pada malam perjamuan terakhir. Tuhan Yesus menggunakan kesempatan untuk membentuk Ekaristi dan memberikan wejangan-wejangan yang sangat bermakna, terutama perintah baru untuk saling mengasihi. Wejangan-wejangan itu adalah tanda bahwa Ia mengasihi para murid-Nya sampai tuntas (Yoh 13:1). Terlepas dari perjamuan persaudaraan antara sang Maestro dan para murid-Nya (Ekaristi bersama), Tuhan Yesus membuka mata mereka dengan memberikan teguran istimewa kepada dua figur penting yakni Yudas Iskariot dan Petrus.

Yudas Iskariot adalah anak dari Simon Iskariot. Ia mendapat kepercayaan dari Yesus untuk menjadi bendahara. Ia memiliki kepribadian yang tamak dan tidak membuka dirinya untuk kaum miskin. Sebab itu ia sering menyalahgunakan keuangan komunitas. Ketika itu Tuhan Yesus memulai perkataan-Nya dengan berkata: “Sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku” (Yoh 13:21). Tentu saja perkataan Yesus ini dianggap serius dan harus diselesaikan. Murid yang dikasihi merasakan positifnya dorongan dari Petrus untuk bertanya kepada Yesus: “Tuhan siapakah itu?” (Yoh 13:25). Tuhan Yesus mengatakan bahwa sang pengkhianat adalah dia yang akan menerima roti dari Yesus setelah dicelupkan di dalam piala. Dialah Yudas Iskariot. Tuhan Yesus memperingatkan Yudas Iskariot: “Apa yang hendak engkau perbuat maka perbuatlah segera. “ (Yoh 13:27). Yudas pun pergi dan saat mengkhianati Yesus pun segera dimulai. Yudas mengkhianati Yesus satu kali untuk selama-lamanya karena setelah peristiwa Yesus maka Yudas Iskariot pun membunuh diri dan meninggal dunia.

Petrus adalah kepala para rasul. Dia berjanji kepada Yesus: “Tuhan, kemanakah Engkau pergi?” (Yoh 13:26). Yesus menjawabnya: “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak akan mengikuti aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku” (Yoh 13:36). Petrus bahkan nekat mau menyerahkan nyawanya untuk Yesus. Tuhan Yesus mendengarnya dan dengan penuh kasih berkata: “Nyawamu akan kau berikan bagi-Ku?” Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yoh 13:38). Petrus jatuh dalam dosa yakni menyangkal Yesus.

Kedua figur dengan kelemahan-kelemahan yang mereka miliki yakni mengkhianati dan menyangkal, menantang kita semua untuk berefleksi pada pekan suci ini. Yudas Iskariot dan Petrus menunjukkan semua kelamahan manusiawi kita di hadirat Tuhan. Hal yang parah adalah ketika mengkhianati dan menyangkal menjadi sebuah kebiasaan. Pikirakanlah berapa kali anda mengkhianati dan menyangkal sesamamu. Mari kita berefleksi, melihat kembali ziarah hidup kita di dunia ini. Kita semua pasti menemukan kelemahan kita yang suka mengkhianati Yesus dalam pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian. Kita juga boleh berjanji seperti Petrus tetapi di saat yang sama kita menyangkal-Nya berkali-kali. Bahkan boleh dikatakan bahwa mengkhianati dan menyangkal Yesus menjadi sebuah kebiasaan kita. Kita boleh mengkhianati dan menyangkal-Nya namun Ia sendiri tidak mengkhianati dan menyangkal kita. Dia tetaplah kasih!

Dalam bacaan pertama kita mendengar himne kedua tentang hamba Tuhan dalam Kitab nabi Yesaya. Hamba Tuhan digambarkan sebagai terang di tengah-tengah segala bangsa. Apa saja kualitas Hamba Tuhan? Hamba Tuhan berbicara lantang kepada pulau-pulau dan bangsa-bangsa. Hamba Tuhan mengakui bahwa Tuhan telah memanggilnya sejak dari kandungan dan bahwa Tuhan juga menyebut namanya dalam perut ibunya. Hamba Tuhan memiliki kekuatan dalam berbicara, laksana bermulut pedang, dan dirinya laksana anak panah yang runcing. Semua ini menandakan kualitas seorang nabi. Sebab itu Tuhan berkata: “Engkau adalah hamba-Ku, Israel dan olehmu, Aku akan menyatakan keagungan-Ku” (Yes 49:3).

Seorang nabi adalah utusan Allah dan melakukan semua pekerjaan Allah bukan pekerjaannya sendiri. Ia adalah hamba Tuhan yang bertugas mengumpulkan anak-anak Israel. Tuhan mengapresiasi kemampuan hamba-Nya. Dengan demikian ia sebagai nabi juga dipermuliakan di hadapan Tuhan. Hamba Tuhan begitu tabah dan kuat sehingga ia bisa menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Dengan demikian ada keselamatan dari Tuhan sampai ke ujung bumi.

Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia menunjukkan kepada kita figur-figur yang menggambarkan kehidupan kita yang nyata di hadirat Tuhan. Kita bisa menjadi Yudas Iskariot dan bisa menjadi Petrus. Artinya, kita bisa menjadi pengkhianat dan bisa menyangkal Tuhan. Namun di pihak Tuhan, Ia tidak mencari-cari kesalahan kita. Ia menguatkan mereka yang lemah supaya bisa bersaksi dan bernubuat. Ia bisa menjadikan para nabi sebagai terang bangsa-bangsa. Anda dan saya juga bisa menjadi terang bagi banyak orang kalau kita selalu bersama dengan Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply