Homili 4 Mei 2016 (Injil Untuk Daily Fresh Juice)

Hari Rabu, Pekan Paskah VI
Kis. 17:15,22-18:1
Mzm. 148:1-2,11-12ab,12c-14a,14bcd
Yoh. 16:12-15

Roh Kudus turut memimpin

imagePada suatu hari, saya mendapat tugas untuk merayakan misa kudus bersama umat di sebuah stasi Misionaris. Koster di stasi misionaris itu menyiapkan buku-buku penting untuk perayaan misa. Ketika membuka buku Tata Perayaan Ekaristi, saya menemukan sebuah pembatas buku yang sederhana. Di bagian depannya terdapat gambar burung merpati dan dibelakangnya terdapat tulisan: “Aku percaya akan Roh Kudus”. Saya menduga, pembatas buku ini merupakan salah satu kenangan dari panitia Kebangunan Rohani Katolik (KRK) yang barusan dilakukan di stasi itu. Kata-kata sederhana: “Aku percaya akan Roh Kudus” bersama burung merpati sebagai salah satu simbul Roh Kudus di dalam Kitab Suci pada pembatas buku ini, ikut mambantu saya untuk merenung lebih dalam lagi sang Pribadi ilahi yakni Allah Roh Kudus dalam hidup sebagai orang beriman.

Di dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), kita semua mendapat pengajaran bahwa “Aku percaya kepada Roh Kudus” berarti aku menyembah-Nya sebagai Allah yang sama dengan Bapa dan Putra. Hal ini berarti kita percaya bahwa Roh Kudus memasuki hati kita supaya kita menjadi anak-anak Allah, dapat mengenal-Nya. Kita semua juga bisa mengubah wajah dunia dengan bantuan Roh Kudus (KGK, 683-686). Roh Kudus sendiri merupakan janji dari Yesus Putra Allah. Ia menyebutnya Paraklitus atau Penghibur (Yoh 14:16). Roh Kudus yang sama dicurahkan di dalam Gereja perdana pada hari Raya Pentekosta. Ini menjadi saat istimewa bagi para murid Yesus sebagai Gereja, untuk mendapat kekuatan baru dari Tuhan supaya mampu mewartakan Injil kepada segala bangsa. Mereka menerima kharisma Roh Kudus supaya bisa bernubuat, menyembuhkan dan melakukan mukjizat. Roh Kudus juga mengajar dan mengingatkan para murid Yesus tentang segala sesuatu yang sudah dikerjakan-Nya.

Pada hari ini kita mendengar Injil tentang bagaimana Tuhan Yesus mengingatkan para murid dalam amanat perpisahan, bahwa masih banyak hal yang harus Ia katakan kepada mereka semua namun mereka belum mampu memahami semua perkataan-Nya. Ia mengetahui segala kelebihan dan kekurangan para murid-Nya, sedangkan para murid sendiri belum mampu memahami semua rencana Tuhan Allah di dalam diri Yesus Kristus Putra-Nya. Dengan kata lain, mereka belum mengerti semua perkataan Yesus dalam alam pikir sebagai manusia. Alasannya adalah mereka belum menerima Roh Kudus.

Apa yang harus Yesus lakukan? Ia menyiapkan para murid-Nya untuk menerima Roh Kudus. Roh Kudus itu disebutnya sebagai Roh Kebenaran berasal dari Bapa dan diutus melalui Yesus sebagai Anak. Bagi Yesus, Roh Kebenaran akan memimpin setiap orang beriman kedalam seluruh Kebenaran (Yoh 16:13). Nah, pertanyaannya adalah apa itu kebenaran? Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebenaran, Jalan dan Hidup (Yoh 14:6). Yesus adalah Kebenaran itu sendiri. Kebenaran itu bukanlah hal yang kita ciptakan atau temukan sebagai manusia. Kebenaran adalah sebuah anugerah Tuhan Allah, sang pemilik dan pemberi kebenaran sejati.

Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa peran Roh Kudus adalah mewahyukan apa yang benar, tepat dan baik adanya bagi mereka. Mungkin saja ada orang bersikap skeptis, tidak percaya kepada perkataan Yesus ini. Namun Ia pernah mengatakan sebelumnya bahwa kebenaranlah yang memerdekakan kita (Yoh 8:32). Kebenaran membebaskan kita dari segala kepalsuan hidup, dari segala beban dosa. Maka kita semua percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Penebus dan Pembebas kita. Hanya pada-Nya ada kebenaran sejati.

Roh Kudus tidak hanya memimpin ke dalam seluruh kebenaran. Ia juga mengatakan segala sesuatu yang didengar-Nya dan mengatakan apa adanya kepada setiap orang beriman. Ia juga mengatakan hal-hal yang akan datang (Parusia). Roh Kudus akan memuliakan Yesus sebagai Anak di hadapan Bapa. Yesus juga membuka pikiran para murid-Nya untuk mengerti dengan baik persekutuan Tritunggal Mahakudus. Bapa bersatu dengan Putra dalam Roh Kudus. Itulah sebabnya Yesus berkata: “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya, sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku” (Yoh 16:15).

Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena segala penyertaan-Nya sepanjang hidup kita. Ia tidak membiarkan kita menjadi anak yatim piatu. Ia tetap memimpin, menjaga dan membebaskan kita. Roh Kudus juga turut memimpin kita untuk bersatu dengan Bapa dan Putra. Terima kasih Allah Roh Kudus.

Saya mengakhiri renungan ini dengan meminjam perkataan Paus Emeritus Benediktus XVI dalam tuguran Pentekosta 2006 yang lalu: “Dalam Yesus Kristus, Allah sendiri menjadi manusia dan mengijinkan kita untuk mencicipi hubungan akrab dengan Allah sendiri. Dan di sana kita akan melihat sesuatu yang tidak terduga sama sekali: Allah yang misteri itu bukan pribadi yang sendirian abadi. Allah sendiri merupakan peristiwa cinta kasih. Allah Putra yang berbicara kepada Bapa, dan keduanya ada dalam Roh yang menciptakan suasana memberi dan mencintai yang menjadikan mereka satu Allah”

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply