Homili 10 Mei 2016

Hari Selasa, Pekan VII Paskah
Kis. 20:17-27
Mzm. 68:10-11,20-21
Yoh. 17:1-11a

EKB: Emang Kamu Berdoa?

imageAda seorang ayah yang rela meninggalkan istri dan kedua anaknya, pergi sebuah negeri yang jauh untuk mencari pekerjaan. Di negeri yang baru itu ia bertekad untuk bekerja dengan baik demi mensejahterakan keluarganya. Istrinya adalah seorang wanita yang sederhana dan baik. Ia mengambil alih tugas suaminya untuk beberapa saat dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan manual, mendampingi anak-anaknya supaya mereka bertumbuh dengan baik. Setahun sekali sang ayah kembali dan menggunakan waktu liburannya bersama keluarga sebagai sebuah quality time bersama. Anak sulungnya pernah bertanya kepada ayahnya: “Ayah membawa hadiah apa untuk aku?” Ayahnya menjawab, “Saya membawa diri saya untukmu”. Anak itu tersenyum sambil memeluk ayahnya. Anak bungsu juga tidak ketinggalan. Ia bertanya kepada ayahnya: “Apakah ayah mengingat aku di tempat kerja nun jauh di sana?” Ayahnya menjawab: “Saya selalu mendoakanmu”. Anak bungsu juga tersenyum sambil memeluk ayahnya sebagai tanda terima kasih. Sang ayah dalam kisah ini menunjukkan ketulusan hidupnya dengan memberi diri dan senantiasa berdoa untuk kebaikan anak-anaknya juga istrinya. Doa mengubah hidup sang ayah untuk tekun bekerja dan membangun komitmen yang baik untuk keluarga. Doa mengubah situasi yang miskin dalam keluarga dengan suasana penuh cinta kasih.

Pada hari ini kita berjumpa dengan dua figur istimewa yakni Tuhan Yesus dan St. Paulus dalam bacaan-bacaan liturgi kita. Apa yang istimewa dari kedua figur ini, yang dapat menginspirasikan kehidupan kita sebagai pengikut Kristus?

Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai seorang imam Agung. Pada malam perjamuan terakhir, Ia menggunakan kesempatan untuk berkomunikasi dengan Bapa dan manusia yaitu para murid-Nya. Mula-mula Ia menengadah ke langit dan berkata kepada Bapa supaya mempermuliakan diri-Nya sebagai Anak dan supaya Ia sebagai Anak juga mempermuliakan Bapa di Surga. Saling mempermuliakan bisa terjadi karena kasih Bapa dan Putera dalam Roh Kudus. Yesus sendiri menerima segala kuasa dari Bapa untuk berkuasa atas segala yang hidup di dunia ini. Ia berkuasa untuk memberikan hidup kekal kepada semua yang sudah diberikan Bapa kepada-Nya.

Apakah hidup kekal itu? Hidup kekal adalah hidup bersama Tuhan selama-lamanya. Hidup kekal berarti setiap manusia mengenal Bapa sebagai satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus sebagai utusan-Nya. Bapa dan Putera bersatu dalam Roh Kudus. Tuhan Yesus sendiri mengakui telah mempermuliakan Bapa di bumi dengan melakukan segala pekerjaan-Nya sampai tuntas. Dengan demikian, Ia memohon supaya Bapa juga mempermuliakan-Nya di dalam diri Bapa sendiri. Yesus selaku Anak menyampaikan kepada Bapa bahwa segala Firman-Nya sudah diberikan kepada-Nya, dan sudah disampaikan pula kepada manusia dan manusia pun menerimanya. Dengan demikian manusia juga tahu dan percaya bahwa Yesus benar-benar datang dari Bapa.

Yesus tidak hanya bersekutu dengan para rasul-Nya. Ia berjanji untuk mendoakan para murid, dalam hal ini Gereja-Nya. Ia berkata: “Aku berdoa untuk mereka.” (Yoh 17: 9). Ia berdoa kepada Bapa bagi Gereja, bagi setiap pribadi dalam suka maupun duka karena mereka adalah milik Bapa. Ia memohon supaya Bapa memelihara Gereja dalam nama Tuhan Allah Bapa sendiri. Jadi Yesus mendoakan persekutuan pribadi-pribadi sebagai Gereja.

Dalam masa novena Pentekosta ini, permenungan kita adalah pada peran Roh Kudus sebagai Penghibur atau Paraclitus. Roh Kudus merupakan Utusan Bapa melalui Yesus Putra-Nya untuk menghibur, menguatkan dan menguduskan Gereja. Kita bisa memperoleh anugerah Roh Kudus melalui doa. Tuhan Yesus saja mendoakan kita maka hendaknya kita merasa malu kalau kita tidak saling mendoakan satu sama lain. Yesus mendoakan kita supaya bersatu dengan Bapa dan memuliakan nama-Nya yang kudus. Kalau kita berdoa maka kita juga akan bersatu sebagai saudara di bumi ini. Pertanyaannya adalah EKB: “Emang Kamu Berdoa?”

Figur kedua adalah Santo Paulus. Kita mendengar kisah yang mengaharukan yakni perpisahan Paulus dengan para Penatua di Efesus. Ia menggunakan kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya kepada para saudara di Efesus sambil mengucap syukur kepada Tuhan atas segala pelayanannya di tanah misi. Paulus mengaku telah melayani Tuhan di Asia dengan rendah hati. Ia banyak mencucurkan air mata, banyak mengalami pencobaan dari pihak Yahudi yang mau membunuhnya. Dalam situasi yang sulit sekalipun, Paulus tetap setia melayani dengan memberitakan dan mengajarkan Injil bagi setiap pribadi maupun bersama dalam perkumpulan di rumah-rumah. Ia memberikan kesaksian yang baik kepada kaum Yahudi dan Yunani dengan harapan supaya mereka bisa bertobat kepada Allah dan percaya kepada Yesus Kristus.

Paulus merasa dirinya sebagai seorang tawanan Roh Kudus. Ia selalu melihat penjara dan sengsara sebagai bagian dari masa depannya. Namun demikian, ia tidak pernah gentar dan cemas. Ia berkata: “Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” (Kis 20:24). Ini merupakan kebanggaan Paulus dalam melayani Tuhan. Ia berani melupakan dirinya supaya Injil Tuhan bisa semakin dikenal oleh banyak orang.

Pada akhirnya Paulus mengakui dirinya sebagai pribadi yang berkomitmen untuk melayani sampai tuntas. Semua orang di Efesus tidak akan melihat sang penginjil tulen lagi namun namanya akan selalu dikenang. Dialah yang berani memberitakan Kerajaan Allah. Ia bersih, murni dalam melayani dan tidak lalai dalam memberitakan seluruh maksud Allah kepada orang-orang di Efesus.

Kembali ke pertanyaan kita: “Emang Kamu Berdoa?” Tuhan Yesus saja berdoa bagi Gereja sebagai Imam Agung karena Ia mengasihi Gereja. St. Paulus mengucapkan doa syukurnya di saat berpisah dengan jemaat di Efesus. Ia boleh bersyukur karena telah melayani Tuhan sampai tuntas. Doa memang dapat mengubah segala sesuatu. Doa Yesus mengubah Gereja dari dalam Gereja sendiri. Roh Kudus turut bekerja di dalam gereja. Ia membaharui Gereja. Mari kita tekun berdoa dan berharap kepada Tuhan dan semoga kita dapat berkomitmen untuk melayani Tuhan dengan sukacita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply