Homili Hari Raya Pentekosta/C – 2016

Homili Hari Raya Pentekosta/C
Kis. 2:1-11
Mzm. 104:1ab,24ac,29bc-30,31,34
Rm. 8:8-17
Yoh. 14:15-16,23b-26

Merayakan Roh Kudus dan Kerahiman Allah

Bunda Maria dn Roh KudusSt. Basilius Agung pernah menulis dalam Traktatnya tentang Roh Kudus: “Lo Spirito Santo fu il compagno inseparabile di Gesu in tutte le sue opere”. Artinya “Roh Kudus adalah sahabat Yesus yang tak terpisahkan dalam semua karya-Nya” (PG 32, 140). St. Basilius Agung mau menekankan tentang kesatuan Allah Tritunggal Mahakudus, bahwa Bapa bersatu dengan Anak dalam Roh Kudus. Hal senada pernah diungkapkan oleh Paus Emeritus, Benediktus XVII, dalam tuguran Malam Pentekosta 2006 yang lalu: “Dalam Yesus Kristus, Allah sendiri menjadi manusia dan mengizinkan untuk mencicipi hubungan akrab dengan Allah sendiri. Dan di sana, kita akan melihat sesuatu yang tak terduga sama sekali yakni Allah yang misteri itu bukan pribadi yang sendirian abadi. Allah sendiri merupakan peristiwa cinta kasih. Ada Putra yang berbicara kepada Bapa, dan keduanya ada dalam Roh, yang menciptakan suasana memberi dan mencintai yang menjadikan mereka satu Allah.”

Para Penginjil mengisahkan dengan jelas bagaimana Tuhan Yesus begitu menyatu dengan Roh Kudus. Ia dibaptis di Sungai Yordan dan Roh Kudus turun ke atas-Nya dalam rupa burung merpati. Bapa di surga mengakui Yesus sebagai Anak kesayangan-Nya. Selanjutnya, ketika masih penuh dengan Roh Kudus, Ia pergi ke Padang Gurun untuk dicobai oleh Iblis. Ia menang melawan cobaan-cobaan iblis dan Ia menang. Lalu, Yesus pergi ke Nazareth, tempat Ia dibesarkan. Pada hari Sabat, Ia mengikuti ibadah bersama di dalam Sinagoga. Ini merupakan kesempatan bagi-Nya untuk mewahyukan diri-Nya kepada banyak orang. Ia bersaksi: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19; Yes 61.1-2).

Perikop Injil ini membantu kita semua untuk belajar bersyukur. Mengapa kita perlu belajar bersyukur kepada Tuhan? Sebab dengan adanya pengurapan Roh Kudus maka Yesus pun bisa mewartakan Injil, menyembuhkan orang-orang sakit, menghibur mereka yang menderita dan melakukan semua pelayanan belas kasih Allah. Dalam Pribadi Allah Tritunggal Mahakudus Roh Kudus adalah personifikasi cinta kasih Allah sendiri. Sehingga bolehlah dikatakan bahwa Roh Kudus merupakan personifikasi kerahiman Allah. Roh Kudus adalah isi dari Kerahiman Allah. Tanpa Roh Kudus, kerahiman Allah adalah sebuah kata kosong.

Dalam perjamuan malam terakhir, Tuhan Yesus juga membicarakan tentang kedatangan-Nya kembali. Ia berkata: “Bapa-Ku akan menganugerahkan seorang Penolong yang lain supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh 14: 16). Allah Bapa melalui Yesus Putera-Nya, tidak membiarkan kita sendirian. Ia menganugerahkan penghibur yaitu Paraclitus yang bertugas untuk mengajarkan kebenaran dan mengingatkan kita akan segala sesuatu yang sudah diajarkan sendiri oleh Yesus. Yesus berkata: “Roh Kudus itu akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yoh 16:14). Di sini Roh Kudus membuka pikiran dan hati banyak orang untuk merasakan kerahiman Allah di dalam Yesus Anak-Nya. Yesus menunjukkan wajah Kerahiman Bapa, dapat juga berarti Yesus sebagai Anak patut mewujudkan kerahiman-Nya. Kerahiman Yesus bukan hanya sekedar kata-kata-Nya saja melainkan kerahiman yang benar-benar nyata.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari raya pentekosta ini juga menunjukkan wajah kerahiman Bapa dalam Roh Kudus. Lukas menulis dalam Kisah para Rasul bahwa pada hari raya Pentekosta, semua orang yang percaya kepada Yesus berkumpul di suatu tempat. Mereka semua mewakili kita untuk merasakan kerahiman Allah melalu turunnya Roh Kudus. Roh Kudus sendiri memampukan, mengilhami mereka untuk berbicara tentang kerahiman Allah bagi semua orang. Semua perbuatan besar dari Allah diungkapkan dengan jelas dan banyak orang merasakan kerahiman-Nya.

St. Paulus dalam bacaan kedua menunjukkan wajah kerahiman Bapa dalam Roh Kudus kepada kita semua. Orang yang tidak mau merasakan kerahiman Allah akan memilih untuk hidup dalam daging. Orang yang hidup dalam Roh akan merasakan kerahiman Allah karena Dia juga menjadi milik Tuhan. Kita semua memang orang berdosa dan akibat dosa adalah kematian fisik, namun menurut Paulus, roh kita tetap hidup karena kebenaran. Yesus yang menunjukkan wajah kerahiman Bapa tinggal di dalam kita. Kerahiman Allah diungkapkan seperti ini: “Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang diam di dalam kamu” (Rm 8:11).

Kerahiman Allah dirasakan oleh orang-orang yang membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh Allah. Dengan sikap batin seperti ini maka kita bisa menjadi anak-anak Allah. Kita menjadi anak-anak Allah karena kita tidak menerima roh perbudakan melainkan Roh Kudus yang menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Kita menjadi saudara Yesus dan bersama-Nya kita juga memanggil Allah sebagai Bapa. Relasi persaudaraan dengan Yesus ini membantu kita untuk ikut menjadi ahli waris janji Allah. Artinya persekutuan kita dengan Yesus akan senantiasa diuji dengan berbagai penderitaan dan kalau kita bertahan maka kita juga akan dipermuliakan bersama dengan Dia.

Kerahiman Allah menjadikan kita sebagai Anak-Anak Allah bersama Yesus saudara kita. Relasi kita bersama Yesus adalah sebuah relasi kasih. Ia berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yoh 14:15). Mengasihi Yesus berarti mendengar semua perkataan-Nya dengan baik, mematuhinya dan dengan demikian kita mengasihi-Nya. Perintah Yesus yang utama adalah saling mengasihi. Roh Kudus akan memampukan kita untuk saling mengasihi satu sama lain. Konsekuensi kasih adalah Tuhan Yesus akan meminta Bapa untuk memberikan Paraklitus (Yoh 14:16). Roh Kudus yang Bapa berikan melalui Yesus Putra-Nya akan mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan kita akan segala sesuatu yang Tuhan Yesus sabdakan.

Roh Kudus benar-benar menghadirkan kerahiman Allah bagi kita semua. Di dalam Ekarsti, Roh Kudus memberikan daya atau power-Nya untuk menguduskan persembahan sekaligus transubstansi roti menjadi Tubuh Kristus, anggur menjadi darah Kristus. Di dalam pengakuan dosa, Roh Kudus memiliki daya untuk melepaskan dosa-dosa kita. Tuhan Yesus ketika menampakkan diri kepada para murid-Nya berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyataan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh 20:22-23).

Para imam sebelum memberi abosulusi, mengucapkan kata-kata ini kepada orang yang mengaku dosa: “Allah Bapa yang Mahamurah telah mendamaikan dunia dengan Diri-Nya dalam wafat dan kebangkitan Putra-Nya. Ia telah mencurahkan Roh Kudus demi pengampunan dosa. Dan berkat pelayanan Gereja, Ia melimpahkan pengampunan dan damai kepada orang yang bertobat”.

Kita semua bersyukur atas Kerahiman Allah dalam Roh Kudus. Selamat atas hari Kelahiran Gereja pada Hari Raya Pentekosta  ini. Tuhan memberikati Gereja kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply