Homili 12 Juli 2016

Hari Selasa, Pekan Biasa XV
Yes. 7:1-9
Mzm. 48:2-3a,3b-4,5-6,7-8
Mat. 11:20-24

Tuhan adalah pelindung kita

imageSaya pernah diundang oleh sekelompok nelayan untuk merayakan misa syukur karena mereka telah luput dari musibah di laut. Setelah merayakan misa syukur, salah seorang anggota kelompok nelayan mewakili ketiga temannya menceritakan pengalaman akan mukjizat nyata yang mereka alami bersama beberapa hari sebelumnya. Konon mereka mencari tempat yang bagus untuk menangkap ikan namun karena arus lautnya sangat deras, anginya juga kencang sehinga perahu mungil mereka terbalik. Mereka sangat ketakutan dan berusaha untuk menyelamatkan diri. Mereka memegang kuat pada bambu yang melintang pada perahu itu. Salah seorang nelayan yang lebih senior menasihati ketiga temannya: “Jangan takut! Tuhan adalah pelindung kita. Ia tidak mungkin membiarkan kita mati tenggelam di laut ini. Dia telah memberi kita makanan dari laut ini maka Ia juga akan menyelamatkan kita. Mari kita percaya kepada-Nya.” Mereka semua terdiam, menyadari bahaya yang sedang mereka alami dan berpasrah kepada Tuhan sumber kehidupan dengan iman yang besar. Pertolongan Tuhan pun datang tepat pada waktunya. Beberapa nelayan dari darat datang dan menyelamatkan mereka semua dan selamatlah mereka.

Pengalaman sederhana mungkin pernah dialami oleh banyak di antara kita. Ketika mengalami suatu bahaya yang mengancam nyawa maka yang ada pada kita hanyalah rasa takut. Rasa takut akan kematian karena orang mau hidup seribu tahun lagi. Di saat-saat yang sulit itu, kita diarahkan untuk kembali kepada Tuhan bukan melupakan Tuhan. Dia adalah sumber hidup kita dan hanya kepada-Nya kita berpasrah. Tuhan adalah pelindung kita yang ajaib. Dengan iman dan kepasrahan kepada Tuhan maka kita semua akan memperoleh perlindungan dan keselamatan.

Dalam bacaan pertama, dikisahkan bahwa pada pada zaman raja Ahas di Yehuda, ada banyak ancaman dari kerajaan-kerajaan lain untuk menghancurkan Yerusalem. Di antara mereka adalah Rezin raja Aram, Pekah bin Remalya raja Israel yang datang ke Yerusalem dengan maksud untuk menyerangnya. Namun para raja ini tidak mampu mengalahkan kerajaan Yehuda. Hati Ahas dan rakyatnya sempat mengalami ketakutan yang luar biasa. Ketakutan mereka laksana pohon-pohon hutan yang bergoyang ditiup angin. Kita dapat membayangkan betapa raja dan masyarakatnya takut kepada para musuh. Mereka lupa bahwa ada Tuhan yang dapat melindungi mereka dari para musuh.

Dalam situasi yang menakutkan ini Tuhan hadir dan memberikan perlindungan-Nya. Tuhan bersabda melalui nabi Yesaya: “Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu, dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.” (Yes 7:3-4). Perkataan Tuhan ini bersifat menguatkan dan meneguhkan raja Ahas dan seluruh Kerajaan Yehuda untuk menyadari perlindungan Tuhan dari para musuh. Mereka harus teguh hati, bersikap tenang, tanpa perlu takut dan kecut hati karena Tuhan pasti menyertai mereka.

Ancaman-ancaman terhadap Yerusalem hanya dapat diatasi dengan berharap pada perlindungan  Tuhan. Bangsa asing hanya menakut-nakuti namun mereka tidak akan menguasai kota Tuhan yaitu Yerusalem. Pemazmur berkata “Agunglah Tuhan dan sangat terpuji di kota Allah kita! Gunung-Nya yang kudus yang menjulang permai adalah kegirangan bagi seluruh bumi” (Mzm 48: 2-3a).

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengecam kota-kota yang tidak mau bertobat meskipun di sana Ia melakukan paling banyak mukjizat seperti Khorazim, Betsaida dan Kapernaum. Kota-kota ini mengalami perlindungan dari Tuhan. Mereka merasakan kasih dan kerahiman Bapa melalui Yesus Kristus. Namun demikian hati mereka tegar sehingga tidak mendengar Sabda Tuhan. Mereka menutup telinga rohani mereka sehingga tidak mengalami kasih dan kerahiman Allah. Untuk itu Tuhan Yesus menghendaki pertobatan yang radikal supaya dapat mengalami kerahiman-Nya.

Bertobat berarti berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati dan jiwa. Orang yang bertobat dapat mengalami Allah, percaya dan mengandalkan Tuhan Allah di dalam hidupnya. Raja Ahas disadarkan untuk membuka dirinya kepada kasih dan keselamatan dari Tuhan melalui nabi Yesaya. Para nelayan sederhana dalam kisah di atas saling menguatkan untuk merasakan keselamatan dari Tuhan. Kita semua melakukan pertobatan radikal sehingga tidak mendapat kata “Celakalah” dari Tuhan Yesus.

Apakah kita memiliki iman? Tuhan menganugerahkan iman kepada kita untuk percaya kepada-Nya. Iman itu sebuah anugerah gratis dari Tuhan. Kalau saja kita bertumbuh dalam iman maka apa pun persoalan dalam hidup, pergumulan hidup, bahaya apa pun tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus Yesus. Tuhan akan mengatakan kepada kita, “Jangan takut!” karena Ia menyertai kita hingga akhir zaman. Ia maharahim dan mengasihi kita sampai tuntas.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply