Homili 19 Juli 2016

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XVI
Mi 7:14-15.18-20
Mzm 85: 2-4.5-6.7-8
Mat 12:46-50

Kerahiman Allah itu Indah!

imageSaya memperhatikan seorang pemuda yang melonjak kegirangan di halaman Gereja. Kebetulan saya mengenalnya sehingga saya bertanya kepadanya alasan mengapa ia begitu senang melonjak kegirangan, seperti seorang siswa yang barusan mendengar berita kelulusan. Ia memandangku dengan wajah penuh sukacita dan mengatakan bahwa ia barusan mengakui dosa-dosanya. Ia merasa bahwa beban hidupnya dalam pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian sudah diangkat oleh Tuhan, dan kini ia merasa bahagia karena mengalami kasih dan kerahiman Tuhan. Kasih dan Kerahiman Allah itu indah. Pokoknya, Kasih dan Kerahiman Tuhan Allah itu sesuatu banget! Saya mendengar kesaksiannya ini dengan penuh perhatian dan saya yakin bahwa pemuda itu tidak jauh dari Kerajaan Allah. Ia sungguh-sungguh merasakan kerahiman Tuhan Allah.

Banyak orang mengekspresikan sukacitanya setelah mengakui dosa-dosanya. Orang yang mengakui dosa dengan baik pasti merasakan kerahiman Allah di dalam hidupnya. Paus Fransiskus pernah mengatakan bahwa meskipun kita ini orang berdosa namun kita tetaplah yang terdekat di hati Allah. Setiap kali merayakan Ekaristi, kita memohon kepada Tuhan pengampunan yang berlimpah: “Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa-dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu”. Kita percaya bahwa Allah itu kasih. Maka meskipun hidup kita itu seperti benang kusut, namun Dia tetaplah Kasih. Ia berjalan dalam lorong-lorong kehidupan kita dan memberikan anugerah pengampunan yang berlimpah. Kita merasakan kerahiman-Nya dan tetap dekat di hati-Nya.

Kita semua merasa dikuatkan oleh Tuhan melalui nubuat nabi Mikha. Mikha mengetahui betapa banyaknya dosa bangsa Israel di hadirat Tuhan. Ia tidak pesimis tetapi memiliki harapan (optimis) bahwa Tuhan itu maharahim sehingga Ia pasti mengampuni dosa-dosa umat-Nya. Untuk itu Mikha mengangkat doanya di hadapan Tuhan dengan mengakui Tuhan sebagai gembala yang baik, penuh dengan kuasa dan kasih. Umat-Nya laksana domba-domba terpencil yang mendiami rimba di tengah kebun buah-buahan. Untuk itu Ia memohon kepada sang Gembala baik untuk menunjukkan kasih dan kemurahan-Nya sebagaimana Ia pernah melakukannya saat mengeluarkan Israel dari tanah Mesir. Ketika itu, yang ada pada kehendak-Nya adalah kasih!

Mikha juga mengangkat puji dan syukurnya kepada Tuhan karena Dia adalah satu-satunya Allah kita yang menampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan umat-Nya. Dia adalah Allah yang tidak menunjukkan murka-Nya selama-lamanya tetapi kasih setia-Nya menjadi segala-galanya bagi manusia. Maka Mikha memiliki harapan: “Biarlah Tuhan kembali menyayangi kita menghapus kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut” (Mi 7:19). Saya percaya pada rencana dan kuasa Tuhan yang tidak menghitung dosa-dosa kita tetapi memikul dan membuangnya ke tubir laut. Di laut yang dalam itu Tuhan menunjukkan belas kasih dan pengampunan yang berlimpah.

Apa yang harus kita lakukan untuk merasakan kerahiman Allah?

Tuhan membuka pintu kerahiman kepada kita dengan melupakan dosa dan salah kita. Ia semata-mata menunjukkan kasih dan kerahiman-Nya bukan murka-Nya. Yesus Putra-Nya berkata: “Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:39). Perkataan Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh menunjukkan wajah kerahiman Allah kepada kita. Ia memiliki relasi yang akrab dengan setiap pribadi yang percaya kepada-Nya.

Penginjil Matius memberikan satu kiat kepada kita untuk tetap merasakan dan tinggal di dalam kerahiman Allah yakni bersatu dengan Yesus Kristus. Persekutuan ini membantu kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang setia melakukan kehendak Bapa di Surga. Dengan melakukan kehendak Bapa di Surga maka kita juga dapat menjadi ibu dan saudara-saudara Yesus. Dengan melakukan kehendak Allah maka relasi dengan Yesus menjadi sempurna. Kehendak Allah adalah bagi Yesus adalah mewartakan Kerajaan Allah dan menghadirkan kasih dan kerahiman Allah kepada semua orang. Allah menghendaki supaya setiap orang mengalami keselamatan dalam Yesus Kristus Putra-Nya. Salah satu jalan untuk melakukan kehendak Allah adalah mengakui dosa dan salah denan rendah hati di hadirat Tuhan.

Terhadap kasih dan kerahiman Tuhan ini maka mari kita selalu bersyukur kepada-Nya. Kita dapat berdoa bersama dengan Pemazmur: “Perlihatkanlah kepada kami, kasih setia-Mu ya Tuhan.” Kita memohon demikian karena oercaya bahwa Tuhan mengampuni dosa-dosa dan menutupi segala dosa kita. Murka Tuhan yang menyala-nyala telah padam karena Ia mengasihi kita apa adanya. (Mzm 85:2-4). Kita berdoa semoga Tuhan memulihkan kita dan meredahkan rasa jengkel-Nya kepada kita orang berdosa. Dia adalah Allah yang panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Apakah kita mampu menjadi saksi kerahiman Allah yang “sesuatu banget” itu kepada sesama?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply