Homili 21 Juli 2016

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XVI
Yer 2:1-3.7-8.12-13
Mzm 36: 6-7ab.8-9.10-11
Mat 13:10-17

Bertobatlah, baharuilah hidupmu!

imageKita mengawali permenungan hari Kamis ini dengan sebuah antifon indah berbunyi: “Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat cahaya” (Mzm 36:8.10). Pada hari ini kita semua patut bersyukur karena memiliki seorang Allah yang hebat. Kita semua percaya bahwa Dia adalah kasih dan karena kasih maka Ia menyertai seluruh hidup kita. Allah adalah tempat berlindung bagi kita semua. Dalam kesesakan dan pergumulan hidup, kita semua pasti mencari-Nya sebagai tempat untuk berlindung. Dia adalah sumber hidup kita. Terang-Nya menyinari hidup kita. Yohanes Penginjil bersaksi: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia tetapi dunia tidak mengenal-Nya.” (Yoh 1:5.9-10). Satu hal yang kiranya mau dikatakan di sini adalah bagaimana kita belajar untuk bertobat dan membaharui hidup kita di hadapan Allah.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan dari nubuat-nubuat Tuhan melalui nabi Yeremia. Kali ini Tuhan mengutus Yeremia untuk mengingatkan bangsa Israel tentang pengalaman masa lalu yang begitu indah. Tuhan mengasihi Israel sehingga mengeluarkan mereka dari perbudakan di Mesir, mengantar mereka melewati padang gurun, sebuah negeri yang tidak subur untuk pergi ke sebuah negeri yang baru, subur dan kaya akan semua kebutuhan hidup manusia. Israel sendiri dikatakan kudus bagi Tuhan. Sebab itu Tuhan mengantar bangsa Israel ke sebuah tanah yang subur, supaya mereka dapat menikmati buahnya dan segala yang ada padanya. Pengalaman Bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir dan di antar sendiri oleh Tuhan ke tanah yang sudah dijanjikan-Nya. Tanah itu kaya dengan susu dan madu.

Cinta kasih Tuhan tidak dibalas oleh Israel dengan cinta kasih. Balasan atas cinta kasih Tuhan adalah kejahatannya yang datang silih berganti. Mereka menajiskan tanah yang diberikan Tuhan sehingga tanah mereka tercemar. Para imam tidak lagi bertanya: “Dimanakah Tuhan?” Para ahli hukum tidak mengenal Allah lagi, para gembala mendurhaka terhadap Allah. Para nabi bernubuat demi Baal, bukan demi Tuhan Allah. Sikap umat Allah disimpulkan dengan jelas sebagai berikut: “Umat-Ku berbuat kejahatan ganda: mereka meninggalkan Daku, sumber air yang hidup, dan menggali sendiri kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.” (Yer 2:13).

Tuhan Allah adalah kasih. Ia tidak menghitung-hitung dosa manusia. Ia bahkan membuang dosa manusia di tubir-tubir laut. Maka yang Tuhan tunjukan hanyalah kasih semata-mata. Bersama Pemazmur kita berani berkata: “Pada-Mulah, ya Tuhan, ada sumber kehidupan. Betapa berharganya kasih setia-Mu ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu.” (Mzm 36:8). Tuhan menunjukkan kasih dan perlindungan-Nya kepada kita semua tanpa menghitung-hitung kesalahan dan dosa kita.

Tuhan Yesus mengenal para murid-Nya. Ia diutus oleh Bapa untuk mewartakan kasih dan kebaikan-Nya kepada semua orang melalui Sabda Hidup. Dia mengajar para murid-Nya dalam perumpamaan-perumpamaan yang dapat membangkitkan semangat mereka sebagai murid. Kali ini Yesus mengungkapkan keistimewaan para murid dibandingkan dengan orang lain. Orang-orang lain memiliki mata namun tidak melihat, memiliki telinga namun tidak dapat mendengar. Untuk itu Yesus perlu menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang dapat membantu mereka untuk mengerti tentang Kerajaan Allah. Mengapa mereka memiliki perilaku hidup seperti ini? Karena hati mereka telah menebal, telinga mereka juga berat untuk mendengar. Mata mereka melekat tertutup. Dengan demikian mata dan telinga mereka tidak berfungsi.

Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah mata kalian sebab melihat, berbahagialah telinga kalian sebab mendengar.” (Mat 13:16). Ini adalah keunggulan dari para murid Yesus. Mereka berbeda dengan para nabi yang hanya dapat bernubuat tentang Yesus tetapi tidak melihat dan mendengar-Nya. Pada hari ini kita juga diteguhkan karena banyak kali tidak menggunakan telinga dan mata dengan baik. Dengan pujian istimewa dari Tuhan untuk mata yang dapat melihat keselamatan dan telinga yang dapat mendengar Sabda maka kita perlu mawas diri supaya tidak jatuh ke dalam dosa.

Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kita bahwa di dunia saat ini banyak orang meninggalkan dan melupakan Tuhan. Mereka menyerupai umat Israel yang merasakan kasih dan kerahiman Allah namun tidak menyadarinya. Manusia memang memiliki hati namun tidak mampu mengasihi, memiliki telinga namun tidak mampu mendengar dan mempunyai mata namun tidak mampu melihat. Semuanya seakan tertutup oleh keegoisan-keegoisan di dalam dirinya. Di tahun kerahiman Allah ini, marilah kita bertobat dan merasakan kasih dan kerahiman Allah.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply