Homili Hari Minggu Biasa ke-XIX/C – 2016

Hari Minggu, Pekan Biasa XIX/C
Keb 18:6-9
Mzm 33:1.12.18-19.20.22
Ibr 11:1-2.8-19
Luk 11:1-2.8-19

Iman membuka Pintu Kerahiman Allah

imageAda seorang umat pernah bertanya kepada seorang Romo dalam acara Talkshow iman katolik. Pertanyannya sederhana yakni: “Apa itu iman?” Romo itu kelihatan kaget dengan pertanyaan umat ini. Mungkin dia sudah berpikir bahwa umat tidak akan bertanya tentang definisi iman dalam acara talkshow kali ini. Romo itu berusaha menjelaskan definisi iman dengan bahasa yang sederhana. Ia mengatakan bahwa iman adalah sebuah rahmat cuma-cuma yang manusia terima saat ia dengan sungguh-sungguh memohonkannya kepada Tuhan. Penulis surat kepada umat Ibrani menulis definisi iman seperti ini: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr 11:1). Teolog Jerman bernama Karl Rahner, mengatakan bahwa iman berarti kita menempatkan diri dengan hal yang tidak bisa dimengerti atas Tuhan seumur hidup. Definisi iman selalu berhubungan dengan Tuhan sebab Dia adalah pusat iman itu sendiri.

Pada hari Minggu Biasa ke-XIX/C ini, kita bersama-sama merenungkan tentang iman sebagai kunci untuk membuka pintu kerahiman Allah. Iman sebagaimana dikatakan penulis surat kepada umat ibrani menjadi dasar dari segala sesuatu dalam hidup kita supaya dapat mengerti dan merasakan Kerahiman Allah. Hanya dengan iman kita dapat mengetahui bahwa Allah yang kita imani itu mengasihi kita tanpa batas. Ia senantiasa menyertai kita semua sepanjang hidup ini.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengantar kita untuk bertumbuh dalam iman sehingga dapat merasakan kerahiman Allah. Penulis Kitab Kebijaksanaan menggambarkan figur Allah Yang Maharahim kepada umat Israel. Pada malam pembebasan di Mesir, nenek moyang bangsa Israel telah mendapat pemberitahuan melalui Musa supaya berjaga-jaga. Mereka benar-benar yakin akan sumpah yang mereka percayai dan menjadi berbesar hati. Pengalaman akan Allah Yang Maharahim ini menimbulkan sebuah harapan bahwa orang-orang benar, yang hidup layak di hadirat Tuhan akan mengalami keselamatan kekal. Orang-orang jahat tidak membutuhkan kerahiman Allah sehingga mereka akan mengalami kebinasaan. Tuhan bertindak dengan menghukum para lawan dan serentak memuliakan Israel dan keturunannya.

Hal yang menarik perhatian dari perikop Kitab Kebijaksanaan ini adalah Allah Yang Maharahim senantiasa menyertai umat manusia. Penyertaan Allah ini merupakan tanda kasih Allah bagi manusia. Dia menunjukkan diri-Nya sebagai Imanuel. Kasih Allah yang agung ini membangkitkan harapan yang besar dari umat Israel akan kerahiman Allah sendiri. Perikop ini kaya dengan pesan rohani yang indah berupa kebajikan-kebajikan teologal yakni iman, kasih dan harapan. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang keluar dari dalam diri Allah sendiri, menjumpai manusia dan menjadi bagian dari manusia. Maka di hadapan Allah, manusia seharusnya tetap sadar untuk  memiliki iman, kasih dan harapan.

Tuhan menyelamatkan orang benar yang memiliki iman, kasih dan harapan kepada-Nya. Daud pernah merasakan hal yang sama. Ia berdoa kepada Tuhan: “Bersorak-sorailah dalam Tuhan, hai orang-orang benar, sebab memuji-muji itu layak bagi orang jujur. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya”. (Mzm 33:1.12). Mata Tuhan tertuju kepada orang yang bertaqwa dan yang berharap kepada kerahiman Allah. Dialah yang memelihara manusia. Kasih dan kerahiman Tuhan menyertai manusia sepanjang zaman. Tuhan kita memang luar biasa. Maka tepat sekali ulangan dalam Mazmur Tanggapan: “Bahagia kuterikat pada Yahwe, harapanku pada Allah Tuhanku”.

Dalam bacaan kedua, kita semua diantar oleh penulis surat kepada umat Ibrani untuk memahami iman sebagai kunci untuk membuka pintu kerahiman Allah bagi manusia. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang kita tidak lihat. Iman telah membuka hati nenek moyang bangsa Israel untuk bersatu dengan Allah. Sebagai contoh Abraham. Dia dikenal sampai saat ini sebagai Bapa bagi kaum beriman atau Bapa segala bangsa. Ia percaya dan taat kepada Allah sehingga ia ber-eksodus dari Ur di Kasdim ke tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan. Ia mengalami banyak pergumulan dalam hidupnya bersama Sara istrinya di hadapan Tuhan.

Karena semata-mata kasih dan kerahiman Tuhan maka Abraham dan Sara dianugerahi keturunan dengan lahirnya Ishak putra mereka. Bersama seluruh keturunannya, Abraham percaya bahwa mereka senantiasa berjalan menuju ke tanah air surgawi. Dengan demikian semua keturunannya akan menyapa Allah sebagai Tuhan Allah mereka semua. Abraham percaya kepada semua rencana Allah, terutama bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang sekalipun mereka sudah mati. Ia sebagai Allah menunjukkan kerahiman-Nya dengan menerima kembali manusia ciptaan-Nya di dalam Kerajaan Surga.

Dari Abraham, kita belajar bahwa iman dapat membuka pintu kerahiman Allah. Kita perlu ber-eksodus, keluar dari diri kita sendiri, keluar secara geografis untuk merasakan kasih dan kerahiman Allah. Abraham percaya dan taat kepada kehendak Allah. Hanya di dalam Allah saja, ia menemukan kasih sejati yang mengubah seluruh hidupnya. Keturunannya menyapa Allah sebagai Tuhan Allah mereka. Kita saat ini pun merasakan hal yang sama. Allah adalah Tuhan kita, tidak ada yang lain.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil memberikan beberapa perumpamaan untuk membuka pikiran kita supaya dapat merasakan kasih dan kerahiman Allah. Mula-mula Tuhan Yesus memberikan rasa optimisme kepada para murid-Nya supaya sebagai kawanan kecil mereka jangan merasa takut atau minder. Bapa di surga akan memberikan Kerajaan-Nya kepada mereka. Orang yang sungguh-sungguh mengimani Allah maka mereka akan merasakan kerahiman Allah.

Untuk merasakan kasih dan kerahiman Allah maka Tuhan Yesus memberikan kiat-kiat tertentu sebagai berikut:

Pertama, kita memiliki sikap lepas bebas terhadap segala harta duniawi. Sikap lepas bebas berarti tidak memiliki hati yang melekat pada harta duniawi karena di mana ada harta, hati manusia juga ada di sana. Sikap lepas bebas akan membawa manusia untuk menggapai harta surgawi.

Kedua, kita selalu menyangkal diri, waspada dan berjaga-jaga untuk menantikan kedatangan Tuhan. Sikap berjaga-jaga merupakan sikap ugahari atau sikap hidup sederhana di hadapan Tuhan dan sesama. Orang yang bersikap ugahari akan selalu siap untuk melayani Tuhan dan sesama. Ia melayani tanpa pamrih. Orang yang hidupnya ugahari hanya mengandalkan Tuhan dan kerahiman-Nya.

Ketiga, kita setia melakukan pekerjaan-pekerjaan kita setiap hari. Dengan bekerja kita ikut serta dalam diri Allah sendiri sebagai Pencipta. Orang yang setia dalam pekerjaan-pekerjaannya akan mendapatkan kerahiman Tuhan dan pekerjaannya berbuah bagi kehidupan banyak orang. Kita adalah hamba yang siap untuk melayani Tuhan dan sesama.

Tuhan Yesus memberikan kepada kita tiga kiat penting untuk merasakan kerahiman Allah Bapa di Surga. Sebab itu kita perlu memohon supaya Ia menambahkan iman kita. Semoga iman kita bertambah sehingga bisa membuka pintu kerahiman Allah. Kita merindukan keselamatan yang hanya datang dari Tuhan Allah kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply