Homili 8 Agustus 2016

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XIX
St. Dominikus de Guzman
Yeh 1:2-5.24-2:1
Mzm 148:1-2.11-12ab.12c-14a.14bcd
Mat 17:22-27

Belajar melakukan yang terbaik

imagePada hari ini kita merayakan peringatan St. Dominikus de Guzman. Ia lahir di Kalaurega, Spanyol pada tahun 1170. Ia memiliki semangat belajar yang tinggi dan bercita-cita untuk menggapai kekudusan di usia muda. Ia masuk biara di Osma, selanjutnya ditahbiskan sebagai imam. Pada tahun 1215 Dominikus mendirikan Ordo Predicatorum atau kita kenal dengan nama para Dominikan. Kongregasi ini memiliki kekhasan sebagai ordo kontemplatif dan aktif. Mereka menjadi pewarta dan pengkotbah terkenal di dalam sejarah Gereja. Dominikus meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 1221. Satu hal yang khas dari Dominikus adalah bahwa ia sangat mencintai Bunda Maria. Saya mengingat satu ucapannya yang menguatkan hidupku sebab berhubungan dengan Bunda Maria: “One day, through the Rosary and the Scapular, Our lady will save the world” (Pada suatu hari, melalui Rosario dan Scapular, Bunda Maria akan menyelamatkan dunia). St. Dominikus menjadi perantara doa bagi kekudusan kita.

Penginjil Matius hari ini mengisahkan dua sisi kehidupan Yesus yang berbeda tetapi memiliki satu tujuan yang sama yaitu kebaikan bagi banyak orang. Pertama-tama Yesus bersama para murid-Nya seang berada di Galilea. Di tempat ini Ia mengatakan terus terang tentang segala penderitaan-Nya. Ia berkata: “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka akan membunuh Dia, tapi pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Mat 17:23). Para murid-Nya mendengar dan merasa sedih dengan perkataan Yesus ini.

Kita dapat membayangkan suasana komunitas Yesus pada saat itu. Mereka terbiasa dengan hidup bersama Yesus, penuh sukacita sambil mendengar segala perkataan dan melihat segala pekerjaan-Nya. Dan dalam suasana kebersamaan itu Ia mengungkapkan masa depan-Nya yang tragis: Ia akan diserahkan kepada manusia untuk dibunuh tapi hidup kembali pada hari ketiga. Namun fokus perhatian mereka adalah pada kata “diserahkan” dan “dibunuh” sehingga mereka merasa sedih.

Selanjutnya, Yesus mengajar para murid-Nya untuk hidup sebagai warga negara yang jujur. Salah satu bentuk kejujuran yang diajarkan Yesus adalah kesempatan baginya untk membayar pajak sebanyak dua dirham. Dikisahkan bahwa pada saat itu ada seorang penagih pajak Bait Allah yangdatang kepada Petrus dan bertanya apakah Yesus membayar pajak dua dirham atau tidak. Sesuai kebiasaan orang-orang pada masa itu, mereka yang membayar pajak adalah orang-orang asing. Yesus sendiri adalah orang Yahudi berkebangsaan Romawi. Namun Tuhan Yesus menasihati Petrus supaya jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ia menyuruh Petrus untuk memancing ikan di danau dan ikan pertama yang ditangkapnya memiliki empat dirham di dalam mulutnya. Keempat dirham itu diberikan kepada penagih pajak bait Allah, dua adalah bagian Yesus dan dua yang lain adalah bagian dari Petrus.

Tuhan Yesus memberi sebuah contoh yang baik bagi kita semua. Ia menunjukkan sikap-Nya yang penuh taggung jawab sebagai warga negara yang baik. Maka apa pun yang menjadi kehendak pemerintah perlu ditaati setiap warga negara. Tuhan Yesus juga mengajar kita untuk hidup sebagai pribadi yang selalu siap untuk berbuat baik. Banyak kali saya mengatakan bahwa perbuatan baik itu seperti bumerang. Ketika kita rajin berbuat baik maka perbuatan baik itu akan kembali kepada kita. Hari ini kita belajar dari Yesus. Dia berbuat baik kepada kita semua dengan mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan kita.

Tuhan Yesus menunjukkan kemuliaan Allah Bapa kepada kita semua. Allah Bapa yang sama telah menunjukkan kerahiman-Nya melalui Yesus Putra-Nya. Dalam dunia Perjanjian Lama, nabi Yehezkiel adalah salah seorang nabi yang menubuatkan penglihatan tetang kemuliaan Allah. Dalam bacaan pertama kita mendapat gambaran tentang kemuliaan Allah dalam penglihatan Yehezkiel. Ia mengakui bahwa kekuasaan Allah menaunginya. Ia melihat angin badai bertiup, ada awan dan api yang berkilat, ada awan yang di kelilingi sinar. Ada sesuatu yang menyerupai suasa mengkilat. Di tengahnya terdapat sesuatu yang menyerupai empat makhluk dan tampaknya seperti manusia. Kalau mereka berjalan maka ada suara seperti air terjun. Yehezkiel dalam penglihatannya, melihat takhta menyerupai permata dan di atas takhta itu ada manusia. Badannya mengkilat, api yang dikelilingi sinar. Gambaran-gambaran kemuliaan Allah menunjukkan bahwa Allah kita tetap bersatu dengan umat-Nya.

Sabda Tuhan hari ini mengarahkan kita untuk menyiapkan bathin kita supaya dapat melihat kemuliaan Allah kelak. Untuk itu kita harus hidup sebagai pribadi yang bertanggung jawab, dan selalu berusaha untuk menunjukkan teladan yang baik kepada sesama. Keteladanan itu jauh lebih penting dari pada kata-kata yang keluar dari mulut kita. Ada orang yang berbicara begitu baik tetapi tidak sinkron dengan perbuatan-perbuatannya. Tuhan Yesus membuka mata kita hidup penuh tanggung jawab dan memberi teladan yang baik.

St. Dominikus de Guzman, doakanlah kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply