Homili 22 Agustus 2016

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXI
2Tes 1:1-5.11b-12
Mzm 96:1-5
Mat 23:13-22

Demi Kemuliaan Nama Tuhan Yesus!

ImaculataSaya pernah berbincang-bincang dengan seorang pemimpin Yayasan sosial yang memperhatikan para manula (manusia lanjut usia). Yayasan sosial ini memiliki beberapa panti jompo di beberapa kota besar. Banyak manula yang tidak memiliki keluarga dekat atau yang tidak mendapat perhatian dari keluarganya sendiri masuk dan mengalami pelayanan yang baik di dalam panti jompo mereka. Dia menjelaskan banyak hal terutama visi dan misi Yayasan tersebut yang intinya adalah semua pelayanan sosial Yayasan bertujuan untuk memuliakan nama Tuhan. Saya merasa bahagia mendengar penjelasan beliau dan dan menyaksikan karya nyata yang sedang mereka jalani bersama untuk melayani para manula. Pelayanan kasih seperti ini merupakan salah satu pilihan pelayanan yang luhur di dalam Gereja. Para manula juga dikasihi Tuhan, maka kita pun perlu rela berkurban untuk mengasihi mereka.

St. Paulus memberi kesaksian dan motivasi pelayanannya kepada kita semua. Pada hari ini kita mulai mendengar bacaan pertama dari surat St. Paulus yang kedua kepada Jemaat di Tesalonika. Dengan semangat persaudaraan yang tinggi, Paulus bersama Silwanus dan Timotius menyapa Jemaat yang bersatu dan merasakan penyertaan Allah Tritunggal yang Mahakudus. Paulus bersama rekan-rekannya merasa yakin bahwa Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus pasti menyertai dan menginspirasikan jemaat di Tesalonika. Gereja muda itu tidak berjalan sendiri tetapi selalu bersatu dengan Tuhan.

Paulus bersama Silwanus dan Timotius bersyukur kepada Tuhan karena jemaat di Tesalonika memiliki iman yang makin bertambah dan relasi kasih satu sama lain makin kuat. Ada rasa bangga yang besar karena terhadap jemaat ini karena ketabahan dan iman dalam penganiayaan dan penindasan yang mereka derita. Pengalaman penderitaan semacam ini patut dialami oleh mereka supaya mereka juga layak menjadi warga Kerajaan Allah. Bagi Paulus, demi kerajaann Allah itu maka jemaat mengalami penderitaan. Perkataan Paulus ini sekali lagi merupakan ungkapan rasa syukur mereka kepada Tuhan. Mereka bersyukur karena Injil yang mereka wartakan tidak sia-sia saja tetapi benar-benar mengubah kehidupan jemaat. Injil adalah khabar sukacita dan membawa sukacita kepada banyak orang.

Selanjutnya, Paulus dan rekan-rekannya berharap supaya Allah juga menganggap jemaat layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya dapat menyempurnakan kehendak mereka untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman mereka. Panggilan Tuhan bagi jemaat adalah supaya mereka semua menjadi kudus di hadirat Allah karena pekerjaan iman mereka. Dengan menyempurnakan pekerjaan iman maka nama Tuhan Yesus sendiri juga akan dimuliakan. Artinya, orang-orang melihat pekerjaan iman jemaat dan memuliakan nama Tuhan Yesus di dalam diri Jemaat dan juga Jemaat di dalam Yesus Kristus sendiri.

Apa yang dapat kita pelajari dari St. Paulus pada hari ini?

Paulus dipanggil dan ditentukan oleh Tuhan untuk menjadi rasul dan pemimpin jemaat. Ia memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menganimasi, meneguhkan dan menguatkan jemaat Tuhan terutama ketika mereka sedang mengalami banyak penderitaan dan kemalangan. Ia tidak membiarkan jemaat menderita dan dia sebagai pemimpin hidup si luar lingkaran penderitaan. Ia harus menyerupai Yesus yang selalu bersama para murid, menderita, wafat dan bangkit bagi para murid-Nya. Para pemimpin masa kini hars banyak belajar dari semangat dan keteladaan St. Paulus. Mereka tidak hanya pandai memberi motivasi kepada mereka yang dipimpin untuk tabah dalam derita, tetapi mereka juga harus tabah dalam segala penderitaan dan kemalangan bersama mereka yang dipimpin.

Kita belajar dari Bunda Maria yang hari ini kita peringati sebagai ratu surga dan dunia. Dia selalu bersama dengan Putranya Yesus Kristus sampai Yesus mengalami Paskahnya. Karena jasa Yesus Putranya maka Ia diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Kini sebagai orang kudus, ia menjadi ratu surga dan dunia. St. Amadeus dari Lausanne pernah berkata dalam sebuah homilinya tentang Bunda Maria sebagai Ratu seperti ini: “Para malaikat di surga melayaninya, sementara di dunia ini manusia menghormatinya dengan karya-karya pelayanan kasih. Malaikat Gabriel dan para malaikat menantinya di surga. Sedangkan Yohanes bersukacita di bumi karena Yesus telah mempercayakan Bunda Maria kepadanya di bawah kaki salib. Para malaikat bersukacita melihat Ratu mereka, para rasul bersukacita melihat ibunda mereka. Baik para malaikat di surga maupun para rasul sama-sama mengasihi dan menghormatinya”.

Pada hari ini kita berusaha untuk ikut mewartakan karya keselamatan Tuhan yang ajaib di antara semua bangsa. Kita berusaha agar nama Tuhan semakin dikenal dan dimuliakan oleh umat manusia dan segala bangsa. Sama seperti Bunda Maria yang memuliakan nama Yesus Putranya di bumi dan di surga, dan St. Paulus bersama rekan-rekannya memiliki harapan besar supaya jemaat di Tesalonika juga memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus maka kita pun hendaknya mengikuti jalan yang sama.

Kita menghilangkan segala kemunafikan hidup di hadirat Tuhan. Celakalah kita kalau tidak hidup menurut hukum-hukum Tuhan. Celakalah kita kalau hanya bisa beragama tetapi tidak memiliki iman yang benar kepada Tuhan Yesus. Namanya harus dimuliakan di dunia ini dalam setiap pekerjaan kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply