Homili 6 September 2016 (Dari Bacaan Pertama)

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXIII
Bacaan 1Kor 6:1-11

Hidup tidak bercela di hadirat Tuhan

P. John SDBTuhan Yesus bersabda: “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:9). Orang-orang yang murni hatinya adalah pribadi yang memiliki hati yang tembus pandang, hatinya transparan di hadirat Tuhan dan sesamanya. Hanya orang-orang yang murni hatinya mampu melihat Tuhan secara rohani. Orang-orang Yahudi yakin bahwa hati adalah simbol totalitas hidup manusia. Semua perasaan, kehendak, kemauan berasal dari dalam hati manusia. Dalam sejarah spiritualitas, orang-orang kristen berabad-abad mencari padang gurun sebagai tempat untuk mencapai keheningan dan kemurinan hidup. Mereka bertapa, bermatiraga dan mempercayakan diri secara sempurna kepada Tuhan.

St. Paulus sedang memberikan wejangan-wejangan kepada orang-orang Korintus. Pada waktu itu, banyak orang Korintus mengalami degradasi moral. Mereka hidup dalam suasana dosa yang melanggar kemurnian hidup di hadapan Tuhan. Ada juga dosa dan salah lain yang mereka lakukan dengan sadar di hadirat Tuhan. Melihat suasana seperti ini maka Paulus berusaha untuk menyadarkan orang-orang Korintus dengan wejangan-wejangan yang dapat mengubah mereka untuk kembali ke jalan Tuhan.

Apa yang dilakukan oleh Paulus? Ia mula-mula mengingatkan orang-orang di Korintus bahwa jika di antara mereka ada perselisihan maka mereka harus mencari kebenaran dalam keadian. Mereka harus mencari keadilan pada orang-orang benar atau orang kudus bukan pada orang-orang yang tidak benar. Mereka harus menyadari bahwa hanya orang-orang kudus yang akan mengahkimi dunia. Paulus mengatakan kepada orang-orang Korintus bahwa mereka sendiri melakukan ketidakadilan,mendatangkan kerugian pada saudara-saudara mereka sendiri. Mereka harus sadar diri bahwa orang-orang yang berlaku tidak adil, tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Paulus coba membuat klasifikasi kebiasaan-kebiasaan dosa dalam jemaat yang menjadi penghalang bagi mereka untuk bersatu dengan Tuhan. Meraka adalah orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Orang-orang dengan dosa dan salah seperti ini yang mendiami daerah Korintus. Bagaimana menyikapinya? St. Paulus mengatakan bahwa orang-orang Korintus telah memberi diri dikuduskan, dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.

Mari mengevaluasi diri kita masing-masing. Apakah kita masih dikuasai oleh kejahatan dan dosa seperti percabulan, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu. (1Kor 6:9b) Mengapa kita masih bertahan dan menikmati dosa seperti ini? Apakah kita hanya bisa hidup dari berbagai bentuk dosa dan salah? Kita semua sering terjerumus dalam dosa-dosa seperti itu karena kita lupa bahwa kita adalah milik Kristus.

Pada hari ini kita perlu terbuka kepada Tuhan Yesus Kristus. Dialah yang telah menguduskan kita semua pada saat dibaptis. Dialah yang memiliki ide bagi kita untuk bertumbuh dalam kasih sayang. Semoga di tahun kerahiman Allah ini, kita semakin bertumbuh dalam kasih sayang dan mampu menghargai nilai-nilai kemurnian hidup sebagai manusia. Kita perlu menyadari bahwa orientasi kehidupan kita adalah menjadi kudus. Kita sedang menuju kepada kekudusan yang dijanjikan Allah. Caranya adalah hidup dalam kebenaran dan kemurnian. Segala bentuk dosa adalah kenikmatan duniawi yang hanya menjadi penghalang bagi kita untuk berjumpa dengan Tuhan Allah. Kita seharusnya hidup suci dan murni, tanpa cela di hadapan Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply