Homili 12 Oktober 2016

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXVIII
Gal 5:18-25
Mzm 1:1-4.6
Luk 11:42-46

Kita hidup oleh Roh Kudus

imageAda seorang pemuda menceritakan pengalaman rohaninya. Selama ini ia merasa bangga sebagai orang yang sudah dibaptis. Ia pernah membaharui janji baptisnya dalam acara-acara istimewa. Ia menerima sakramen Krisma dan Ekaristi mingguan. Ia sering mengakui dosa-dosanya melalui seorang Bapa Pengakuan. Ia sadar telah menerima semua sakramen ini dan percaya bahwa bahwa melalui sakramen-sakramen ini, Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya  dan menyelamatkannya. Ia dengan jujur mengaku baru sadar bahwa Tuhan selalu bekerja melalui setiap sakramen untuk menyelamatkan manusia. Selama ini ia hanya berbangga sebagai orang katolik yang sudah dibaptis pada saat masih bayi. Ia membaharui janji baptisnya, menerima Yesus dalam sakramen Ekaristi, menerima Roh Kudus dalam Sakramen Krisma dan belas kasih Allah dalam sakramen tobat. Setelah mengikuti Seminar Hidup Baru Dalam Roh (SHBDR) yang diselenggarakan oleh sebuah Pesekutuan Doa Karismatik Katolik barulah ia sadar dan percaya bahwa Roh Kudus turut bekerja di dalam hidupnya. Maka ia coba menata dirinya untuk hidup oleh Roh Kudus dan bersedia mentaati kehendak Roh Kudus.

Pemuda ini adalah salah satu di antara kita yang jujur di hadirat Tuhan bahwa ia belum menyadari kehadiran Roh Kudus di dalam dirinya. Memang selama ini Roh Kudus berada di dalam dirinya, sejak saat dbaptis dan menerima sakramen Krisma, namun ia masih menutup dirinya, belum sepenuhnya mengenal Roh Kudus dan karya-karya-Nya. Banyak di antara kita mengakui diri sebagai orang katolik tetapi belum memahami jati dirinya sebagai orang katolik sejati sesuai kehendak Tuhan. Dengan demikian ia memang orang katolik karena dibaptis tetapi masih akrab dengan hidup duniawi, atau hidup penuh kedagingan mudah mengusainya. Dalam situasi seperti ini maka perlu Tuhan Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup.

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia memberikan nasihat-nasihat kepada jemaat untuk menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan mereka yang jahat. Kebiasaan-kebiasaan itu tidak sejalan dan sepadan dengan maksud dari Roh Kudus. Ia mengingatkan jemaat di Galatia untuk hidup dalam Roh Kudus dan menjauhkan segala macam kedagingan yang dapat mengantar mereka kepada kebinasaan. Ia menyebutkan delapan belas macam perbuatan daging dan sembilan buah Roh Kudus. Kedelapan belas perbuatan daging yang dimaksud adalah: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, pemujaan berhala, sihir, percekcokan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah dan kedengkian, kemabukan, percabulan, kecemaran, hawa nafsu, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal 5: 19-21). Menurut Paulus, semua anggota jemaat yang melakukan semuanya ini tidak akan layak mengambil bagian dalam Kerajaan Allah.

Sekarang mari kita memeriksa bathin kita. Sepanjang hari ini apakah kita sudah mengikuti keinginan daging dan menjauhkan diri dari Tuhan sebagai sumber kerahiman. Apakah kita mau memilih untuk tetap merasakan dan melakukan perbuatan daging atau melakukan pertobatan radikal di dalam hidup di hadirat Allah. Kita membutuhkan Tuhan untuk mendampingi kita. Kita perlu berjalan bersama Tuhan.

Untuk dapat berjalan dalam terang kasih Tuhan maka Paulus menawarkan kepada kita semua buah-buah Roh Kudus yakni kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sikap lemah lembut dan penguasaan diri. (Gal 5:22).

Mari kita memeriksa bathin kita: apakah buah-buah Roh Kudus ini sudah menjadi bagian dalam hidup pribadi kita masing-masing? Semua buah roh ini haruslah menjadi bagian dari kehidupan kita sebagai pengikut Kristus. Buah-buah Roh Kudus ini mampu melawan gejolak hidup karena berbuatan daging yang sudah disebutkan di atas.

Kita merenungkan perkataan Paulus ini: “Barangsiapa menjadi milik Kristus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Maka jika kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh Kudus dari Allah. “ (Gal 5: 24-25). Perkataan Paulus ini mengandaikan dua hal. Pertama, Allah Bapa yang menunjukkan wajah kerahiman-Nya sebagai Bapa yang baik bagi semua orang tanpa memandang siapakan orang itu di hadirat-Nya. Kedua, kita semua sebagai orang yang sudah dikuduskan dalam sakramen pembaptisan perlu membuka diri untuk merasakan kerahiman Allah. Kita berani membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh Kudus dan tinggal di dalam Roh yang sama. Hanya bersama Roh Kudus maka segala perbuatan daging dapat kita hindari.

Orang-orang yang hidup dalam Roh adalah orang-orang yang layak disapa seperti perkataan Daud ini: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh, tetapi yang kesukaannya adalah hukum Tuhan dan siang malam merenungkannya” (Mzm 1: 1-2). Mari kita menyukai hukum Tuhan, yakni hukum kasih dan siang malam merenungkannya supaya mampu melakukannya di dalam hidup setiap hari.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengecam orang-orang Farisi yang akrab dengan kedagingan sehingga mudah mengabaikan keadilan dan kasih. Orang-orang Farisi mengikuti aturan keagamaan mereka, sangat legalistis tetapi lalai dalam berlaku adil dan lupa mengasihi seeamanya dengan kasih Allah sendiri. Mereka membayar perpuluhan dari selasih, ingu dan segala jenis sayuran namun mereka mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Bagi Yesus, keadilan dan kasih Allah adalah satu kesatuan. Orang-orang Farisi dengan hidup seperti ini layak mendapat kecaman yang besar di pihak Tuhan. Tuhan Yesus mengecam orang-orang Farisi yang karena kedagingannya suka pamer, menaruh beban dan mencari yang ringan dan enak bagi hidupnya. Mereka suka tetawa di atas penderitaan orang lain.

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk sadar diri bahwa kita adalah manusia yang lemah sehingga mudah merasakan dan mengalamai hidup penuh kedagingan. Hidup dalam kedagingan membuat kita berlaku tidak adil dan mengabaikan kasih Allah kepada sesama. Mari kita bertobat untuk merasakan kerahiman Allah. Tanda pertobatan kita adalah kita hidup oleh Roh dan menghidupi buah-buah Roh Allah di dalam hidup kita. Hidup oleh Roh memampukan kita untuk berlaku adil dan menghadirkan kasih Allah yang hidup dan nyata. Kita menjauhkan kata celakalah mengharapkan kata berbahagialah dari Tuhan  Yesus karena kuasa Roh Allah yang diberikan-Nya kepada kita. Ingat, anda dan saya hidup oleh Roh Kudus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply