Homili 19 Oktober 2016

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXIX
Ef 3:2-12
Mzm T. (Yes) 12:2-3.4bcd.5-6
Luk 12:39-48

Butuh Kesabaran dan Kesetiaan

imageAda seorang misionaris yang merayakan ulang tahun kehadirannya di tanah misi yang ke-30. Ia mengaku bahwa hidupnya sebagai seorang misionaris adalah sebuah panggilan untuk berziarah bersama Tuhan. Selama berziarah bersama Tuhan, ia mengalami keagungan Tuhan, terutama kesabaran dan kesetiaan-Nya. Ia bergumul dengan dirinya dan dengan pelayanannya. Ia pernah merasa sendirian, kosong dan tidak berguna. Ada krisis dalam pelayanan dan panggilannya sebagai seorang misionaris. Namun hal yang selalu mengesankannya adalah pengalaman akan Allah yang sabar dan setia. Dari situ ia berusaha untuk melayani Tuhan dengan sukacita. Perayaan ulang tahun pelayanannya di tanah misi merupakan kesempatan untuk merenungkan kesabaran dan kesetiaan Tuhan.

Setiap orang memiliki pengalaman-pengalaman tertentu bersama Tuhan. St. Paulus mengisahkan pengalaman kebersamaannya dengan Tuhan sebagai seorang rasul yang paling hina. Dalam kehinaannya itu merasakan kasih karunia yang besar dari Tuhan. Tuhan membaharuinya dan menjadikannya sebagai rasul untuk mewartakan sabda-Nya. Ia yakin bahwa rahasia Allah yang begitu agung sudah dinyatakan kepadanya melalui wahyu seperti pernah ditulisnya secara singkat. Rahasia Allah pada masa lampau tidak pernah diberitakan kepada manusia, tetapi sekarang dinyatakan dalam Roh Kudus kepada para rasul dan nabi yang kudus. Para rasul dan nabi adalah milik Tuhan. Mereka melakukan semua pekerjaan Tuhan dengan sabar dan setia.

Paulus mengakui bahwa sebagai rasul Yesus Kristus, ia juga mewartakan Sabda kepada orang-orang bukan Yahudi. Mereka ikut serta sebagai ahliwaris, menjadi anggota tubuh Kristus. Mereka juga menjadi peserta yang ikut serta menikmati janji Tuhan. Dalam kehinaannya, Paulus menunjukkan dirinya sebagai seorang rasul sejati. Orang-orang bukan Yahudi mendengar pewartaannya dan ikut merasakan keselamatan. Ini merupakan sebuah sukacita dalam pelayanannya sebagai rasul. Ia dengan tegas berkata: “Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan menghadap kepada Bapa dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya” (Ef 3:12).

Pengalaman rohani Paulus ini menunjukkan kesabaran dan kesetiaan sebagai seorang rasul di hadirat Tuhan. Pengalaman rohani ini dapat juga menjadi pengalaman kita setiap hari dalam mewartakan sabda Tuhan, bukan dengan kata-kata melainkan dengan perbuatan da hidup yang nyata. Kita boleh berkata seperti nabi Yesaya: “Bersyukurlah kepada Tuhan, panggilah nama-Nya, beritahukanlah karya-Nya di antara para bangsa, masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur” (Yes 12:4). Kata-kata nabi Yesaya ini sekaligus mendorong kita untuk sabar dan setia sebagai pewarta masa kini.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk selalu waspada dan pandai membaca tanda-tanda zaman dalam menyambut kedatangan Tuhan. Setiap orang harus selalu siap menanti kedatangan Tuhan, serupa dengan tuan rumah yang menjaga rumahnya dari tindakan jahat para pencuri. Para pengikut Kristus harus selalu siap menantikan kedatangan Tuhan karena Ia datang pada saat yang tidak disangka-sangka. Sikap batin yang harus dimiliki oleh para murid Kristus adalah selalu siap untuk mengabdi dengan sabar dan setia.

Tuhan Yesus menasihati supaya kita semua yang mambaca Injil pada saat ini harus berlaku sebagai hamba yang setia dan jujur. Kita setia dalam melakukan tugas panggilan dengan sebaik-baiknya. Hidup Kristiani menjadi bermakna ketika kita belajar saling berbagi dengan sesama manusia. Di samping saling berbagi, kita juga diingatkan untuk bertanggungjawab dalam melakukan tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita. Tugas dan tanggung jawab kita lakukan dengan cinta kasih yang besar demi keselamatan diri kita juga.

Apakah kita adalah orang yang sabar? Apakah kita orang yang setia dalam melakukan tugas-tugas kita setiap hari? Renungkanlah kehidupanmu di hadirat Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply