Homili Hari Raya Semua Orang Kudus – 2016

Hari Raya Semua Orang Kudus
Why 7:2-4.9-14
Mzm 24:1-6
1Yoh 3:1-3
Mat 5:1-12a

Aku percaya akan persekutuan para kudus

imageKita selalu mengatakan iman kita dengan bangga bahwa kita semua percaya adanya persekutuan para kudus. Mungkin kadang-kadang kita mengucapkannya dengan sadar dan kita amini dengan pasti, namun kadang-kadang kita  mengucapkannya secara mekanik pengakuan iman ini. Dengan mengakui iman kita bahwa kita percaya akan persekutuan para kudus maka muncullah pula kesadaran bahwa orientasi hidup kita itu jelas. Pada saat yang tepat kita akan menikmati kemuliaan dan kekudusan Tuhan selama-lamanya. Tuhan telah menciptakan kita dengan kasih tanpa batas maka kita juga akan bersatu kembali dengan-Nya, sebab Dia adalah sebagai sumber kasih itu sendiri.

Apakah makna persekutuan para kudus yang diakui oleh kita semua sebagai Gereja? Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa persekutuan para kudus terdiri atas semua manusia yang menempatkan harapan mereka dalam Kristus serta menjadi milik-Nya melalui baptisan, terlepas dari apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal. Karena di dalam kepada Kristus, kita adalah satu tubuh, kita hidup dalam satu persekutuan yang meliputi surga dan bumi. (KGK, 946-962). St. Paulus mengungkapkan persekutuan dengan para kudus dalam perkataannya ini: “Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita” (1Kor 12:26).

St. Yohanes melukiskan persekutuan para kudus melalui penglihatannya dalam Kitab Wahyu sebagaimana kita mendengarnya dalam bacaan pertama. Dikatakan demikian: “Yohanes melihat suatu kumpulan besar yang tidak terhitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih, dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dengan suara nyaring mereka berseru, “Keselamatan bagi Allah yang duduk di atas takhta, dan bagi Anak Domba” (Why 7: 9-10). Nama-nama mereka juga tertulis di dalam Kitab Kehidupan (Why 20:12). Penglihatan Yohanes ini menandakan bagaimana rencana Allah begitu luhur bagi manusia yaitu supaya kita semua menjadi kudus. Para kudus berdiri di hadapan Tuhan untuk melayani-Nya siang dan malam. Di samping sekumpulan besar orang yang berjubah putih, para malaikat pun ikut menyembah Tuhan yang mahakudus dengan tersungkur di hadirat-Nya. Mereka berkata: “Amin! Puji-pujian dan kemuliaan, hikmat dan syukur, hormat, kekuasaan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!” (Why 7:12).

Para kudus yang berdiri di hadapan Tuhan untuk melayani-Nya sepanjang waktu telah melewati berbagai pengalaman di dunia ini. Mereka pernah merasakan kebahagiaan, penderitaan dan kemalangan. Ada di antara mereka yang wafat sebagai martir dengan menumpahkan darah-Nya, ada yang menjadi martir karena cinta kasih-Nya kepada Kristus dan Gereja-Nya. Yohanes mendeskripsikannya seperti ini: “Mereka adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar! Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba” (Why 7:14).

Penginjil Matius mengisahkan tentang kotbah Yesus di atas bukit, dengan mengucapkan Sabda Bahagia kepada banyak orang yang datang kepada-Nya. Ia berbicara dan mengajar mereka sambil menyapa “Berbahagialah”. Yesus tidak memberi kiat-kiat untuk menjadi orang yang berbahagia. Semua orang yang datang kepada-Nya memiliki potensi untuk disapa berbahagia. Mereka adalah orang yang miskin di hadapan Allah, orang yang berduka cita, orang yang lemah lembut, orang yang lapar dan haus akan kebenaran, orang yang murah hati, orang yang  suci hati atau hati tembus pandang, orang yang membawa damai dan orang yang dianiaya demi kebenaran. Yesus mengakhiri Sabda Bahagia dengan berkata: “Berbahagialah kamu, jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepada-Mu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga” (Mat 5: 11-12). Perkataan Yesus ini sekaligus sejalan dengan penglihatan Yohanes bahwa para kudus itu telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba (Why 7:14).

Kelompok orang yang disapa berbahagia oleh Yesus juga menjadi bagian dalam hidup kita. Misalnya semangat kemiskinan dalam Roh yang membuat setiap pribadi memiliki harapan besar kepada Tuhan. Kerajaan Allah dilimpahkan kepada mereka. Orang-orang yang berduka cita, mengalami pengalaman Kristus dalam hidupnya juga akan menikmati kekudusan Tuhan dan menjadi kudus. Orang-orang yang hatinya suci, hati yang tembus pandang akan melihat Allah dengan mata rohaninya. Sabda bahagia sebagai ringkasan ajaran Kristen dalam Injil ini dapat membimbing kita untuk menjadi kudus. Kita patut bersukacita dan bergembira karena besarlah ganjaran yang akan Tuhan limpahkan kepada kita semua.

Mengapa kita mau menjadi kudus dan bersatu dengan para kudus? Yohanes dalam bacaan kedua memberikan jawaban yang pasti. Kita menjadi kudus bukan karena kehebatan kita, namun semata-mata karena kasih karunia Bapa kepada kita. Dengan kasih-Nya maka kita pun menjadi anak-anak Allah. Sebagai anak-anak Allah maka kita akan sama seperti Kristus, sebab kita akan melihat Dia di dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Sakramen pembaptisan telah menguduskan kita semua. Setiap orang yang memiliki harapan kepada-Nya akan menjadi kudus sesuai dengan kehendak-Nya.

Sabda Tuhan secara utuh mengantar kita untuk bersatu dengan Tuhan Allah Yang Mahakudus. Kekudusan adalah rencana dan kuasa Allah yang diberikan kepada setiap orang yang dibaptis. Dalam persekutuan itu kita mengalami cinta kasih dari Allah secara utuh. Tuhan Yesus berkata: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5:48). Tujuan hidup kita di dunia ini adalah supaya menjadi sempurna serupa dengan Tuhan sendiri yang sudah menciptakan kita serupa dengan wajah-Nya.

St. Theresia dari Lisieux berkata: “Anda tidak bisa menjadi orang kudus yang setengah-setengah; anda harus menjadi orang kudus yang penuh atau bukan menjadi orang kudus sama sekali” St. Bernardus mengatakan bahwa kita semua memiliki kerinduan yang besar untuk bersatu dengan para kudus, saling berbagi sebagai warga surgawi. Sungguh, kita mengakui persekutuan para kudus dan arah hidup kita menuju kepada persekutuan dengan Bunda Maria dan para kudus di surga.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply