Homili 25 November 2016

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XXXIV
Why. 20:1-4,11-21:2
Mzm. 84:3,4,5-6a,8a
Luk. 21:29-33

Sabda Tuhan itu kekal selamanya

imageAda seorang pemuda yang mengaku menyenangi bacaan dari Mazmur ini: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mzm 119:105). Ia senang membaca, menyanyikan dan merenungkannya. Ia percaya bahwa Sabda adalah Yesus sendiri. Dialah yang diwartakan oleh para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama dan digenapi secara sempurna dalam Kitab Perjanjian Baru. Ini adalah pengalaman iman seorang pemuda yang sederhana. Banyak di antara kita mungkin memiliki pengalaman yang sama atau berbeda dengannya. Namun satu hal yang sama adalah kita percaya bahwa Yesus adalah Sabda Hidup. Penulis surat kepada umat Ibrani menulis: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr 13:8).

Kita berada di hari-hari terakhir tahun liturgi maka bacaan-bacaan Kitab Suci banyak berbicara tentang indahnya akhir zaman. Sejak zaman Yesus, dan juga pada awal perkembangan Gereja, banyak orang bertanya kapan akhir zaman yang dikaitkan dengan kedatangan Yesus yang kedua dengan segala kemuliaan-Nya akan tiba. Yesus sendiri pernah berkata: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.” (Mat 24:36).

Allah Bapa di surga memiliki kehendak bagi segala ciptaan-Nya. Sebab itu Yesus Kristus Putra-Nya sendiri patuh kepada-Nya. Maka tentang akhir zaman, Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk pandai membaca tanda-tanda zaman. Misalnya, akan ada tanda-tanda yang menakutkan di langit dan bumi, ada gelora laut yang menakutkan bahkan membuat orang mati karena ketakutan. Ada perang saudara, wabah penyakit-penyakit tertentu melanda manusia. Yesus mengatakan bahwa ini aru awal dari segalanya. Kita sebagai anak-anak Tuhan tidak perlu takut karena Tuhan Yesus menyertai kita. Ia aka meletakkan hikmat-Nya ke atas lidah kita. Rambut kepala kita juga dihitung-Nya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajak kita untuk pandai membaca tanda-tanda zaman dan bersikap mawas diri. Ia mencontohkan kemampuan kita untuk melihat tanda-tanda kehidupan. Misalnya perubahan musim. Pohon ara bertunas adalah tanda musim panas tiba. Kita juga dapat membaca tanda-tanda lain misalnya angin yang bertiup atau awan. Hanya banyak kali kita belum mampu membaca tanda-tanda zaman. Yesus berkata: “Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Luk 12:55-66).

Tuhan Yesus mengapresiasi kemampuan kita untuk membaca tanda-tanda zaman terutama femomena lain di alam semesta ini. Ini adalah peluang bagi kita untuk berani bersaksi tentang Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengarahkan kita untuk benar-benar menyiapkan diri menyambut kedatanganNya. Semua akan terjadi dalam hidup kita, entah kapan. Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu.” (Luk23:33).

Perkataan Yesus ini sangat menguatkan kita. Dari tanda-tanda ini, kita percaya bahwa Tuhan akan menbaharui segala sesuatu. Langit dan bumi berlalu. Yerusalem saja dihancurkan oleh musuh yaitu orang-orang Romawi. Namun Tuhan juga yang akan menganugerahkan Yerusalem baru yang turun dari surga. Hanya ada satu yang tertinggal yaitu Sabda. Hanya Yesus sang Sabda saja yang tidak berubah. Dia tetap sama selama-lamanya.

Yesus adalah Sabda Hidup. Dialah Sabda yang menjadi daging dan tinggal bersama kita (Yoh 1:14). Dialah yang menebus kita dengan darah-Nya yang mulia. Kita bersukur mempunyai Tuhan Yesus Kristus, sang Sabda Hidup yang kekal.

PJSDB

Sent from my iPhone

Leave a Reply

Leave a Reply