Homili Misa Fajar Hari Natal – 2016

Misa Fajar Natal A-B-C
Yes 62:: 11-12
Mzm 97:1.6.11-12
Tit 3:4-7
Luk 2:15-20

Yesus lahir dalam keluarga manusia

Kita mengawali perayaan Ekaristi hari ini dengan sebuah antifon pembuka berbunyi: “Hari ini kita diliputi terang karena Tuhan telah lahir bagi kita. Namanya: Penasihat Ajaib, Allah perkasa, Raja damai, Bapa Kekal. Pemerintahan-Nya takkan berkesudahan.” (Yes 9:2.6; Luk 1:33). Pikiran kita pada awal Hari Raya Natal ini adalah kepada Tuhan Yesus Kristus. Dia yang kita kenangkan kedatangan-Nya dalam sejarah yang telah terjadi lebih dari dua ribuan tahun yang lalu. Dia yang kita nantikan kedatangan-Nya, penuh dengan kemuliaan pada akhir zaman untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Kedatangan Yesus Kristus merupakan kedatangan Sang Terang Sejati. Penginjil Yohanes bersaksi: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan tidak dapat menguasainya. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia” (Yoh 1: 4-5.9). Dia adalah Yesus, sang terang dunia (Yoh 8:12; 9:5). Ia lahir bagi kita sebagai Penasihat Ajaib, Allah Perkasa, Raja Damai dan Bapa Kekal. Kuasa-Nya kekal selamanya.

Kelahiran Yesus Kristus ke dalam dunia membawa terang kepada semua orang. Narasi kelahiran Yesus dalam Injil Lukas menggambarkan suasana antusias manusia dalam menyambut kedatangan Yesus Kristus. Para gembala adalah orang-orang sederhana yang saling mengajak satu sama lain seperti ini: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita”. Para gembala sederhana ini mendapat penerangan dari Tuhan untuk bergegas mencari sang Terang dunia. Mereka menemukan segala sesuatu sebagaimana telah diberitakan oleh Malaikat utusan Tuhan Allah kepada mereka. Para gembala mendapati Maria dan Yusuf serta bayi yang terbaring di dalam palungan.

Para gembala sederhana adalah misionaris ulung yang mewartakan kelahiran Yesus dengan cara mereka sendiri. Mereka mendengar perkataan Malaikat di padang gembala, mereka saling mengajak untuk melihat Yesus dan ternyata mereka melihat apa yang sudah mereka dengar. Dari pengalaman ini maka mereka tidak segan-segan untuk memberitakan kepada banyak orang tentang kelahiran Yesus dan semua orang takjub mendengarnya. Maria dan Yusuf pun tentu merasa kaget dengan warta sukacita dari para gembala karena memang sesuai dengan kenyataan.

Penginjil Lukas memberi catatan tambahan tentang narasi kelahiran Yesus dengan memfokuskan perhatian kita kepada Bunda Maria. Naman Bunda Maria disebut mendahului Yusuf dan bayi Yesus untuk menunjukkan bahwa Maria memiliki andil yang besar untuk menunjukkan Yesus sebagai Terang sejati. Maria adalah wanita pilihan Tuhan sendiri. Maria digambarkan “menyimpan segala perkara itu dalam hati dan merenungkannya”. Dampak perjumpaan antara para gembala dan keluarga kudus adalah sukacita. Mereka kembali ke tempat kerja mereka masing-masing dengan sukacita sambil memuji dan memuliakan Allah. Segala sesuatu yang mereka dengar dan lihat sesuai dengan warta yang disampaikan malaikat kepada mereka.

Narasi kelahiran Yesus dan pengalaman para gembala membuka pikiran kita semua bahwasannya Tuhan mencintai keluarga manusia. Sebab itu Anak-Nya Yang Tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus juga lahir dalam sebuah keluarga manusia, dengan Maria sebagai ibu dan Yusuf sebagai ayah yang memelihara-Nya. Kelahiran Yesus dalam keluarga manusia ini membawa sukacita tersendiri, bahkan orang-orang sederhana yang datang kepada Yesus, lalu memuji dan memuliakan Allah. Artinya, kelahiran Yesus adalah kasih Allah yang nyata bukan sebuah dongeng belaka.

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama mengingatkan orang-orang Israel yang sedang berada di negeri asing yakni Babilonia bahwa pada saat yang tepat mereka akan kembali ke Sion. Tuhan sendiri yang mengatakannya, bahkan sampai ke ujung bumi bahwa Penyelamat Sion datang. Mereka yang dikumpulkan dengan jerih payah-Nya ada bersama-sama dengan Dia, dan mereka yang dihimpun-Nya berjalan di hadapan-Nya. Pada akhirnya, dampak dari kedatangan sang Penyelamat adalah orang akan menyebut bangsa Israel di Sion sebagai Bangsa Kudus, Orang-orang Tebusan-Tuhan. Sion sendiri akan disebut “Yang-Dicari”, “Kota Yang Tidak Ditinggalkan”. Tuhan adalah tokoh utama yang menyatukan mereka. Dialah yang menunjukkan kasih dan kerahiman-Nya.

St. Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita untuk bersyukur kepada Tuhan atas kelahiran Yesus Kristus. Dialah yang menunjukkan kasih dan kerahiman Allah bagi kita. Kita semua diselamatkan oleh Allah melalui Yesus Kristus yang lahir bagi kita. Kita semua diselamatakan oleh kerahiman Allah, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan. Dengan kata lain, kita semua diselamatkan karena rahmat dan berkat permandian kelahiran kembali dan berkat pembaruan yang dikerjakan Roh Kudus yang dilimpahkan-Nya kepada kita lantaran Yesus Kristus sebagai Juru Selamat kita. Konsekuensinya adalah kita dibenarkan oleh kasih karunia Allah.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena kelahiran Yesus Kristus dapat mengangkat kita menjadi anak-anak Allah. Yesus yang merendahkan diri-Nya dengan lahir di dalam kandang yang hina, menjadi bayi yang lemah supaya kita juga belajar menjadi rendah hati dan kuat dalam iman kita. Semoga kelahiran Yesus Kristus membaharui diri kita dan kita pun menjadi terang bagi sesama. Yesus lahir dalam keluarga kita masing-masing. Hosanna in excelsis Deo!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply