Homili 29 Desember 2016

Masa Natal 29 Desember 2016
1Yoh 2:3-11
Mzm 96:1-2a.2b-3.5b-6
Luk 2:22-35

EKMA: Emang Kamu Mengenal Allah?

Pada suatu kesempatan saya diundang untuk mengikuti sebuah acara talkshow yang dibawakan oleh seorang Romo. Beliau adalah moderator sebuah kelompok kategorial di sebuah keuskupan. Para peserta yang hadir dalam talkshow ini adalah kaum muda dan remaja juga beberapa orang dewasa dengan mengangkat sebuah tema yang menarik yakni Emang Kamu Mengenal Allah (EKMA). Talkshow dimulai dengan sebuah pertunjukan drama singkat yang menceritakan dua geng anak remaja melakukan tawuran. Salah seorang anak remaja menderita luka-luka tetapi ditinggalkan oleh teman-temannya di pinggir hutan. Geng anak remaja yang merupakan musuh mendapatkan anak remaja yang sudah terluka akibat perbuatan rekan-rekannya yang lain. Ada di antara teman-temannya yang berniat membunuhnya tetapi ketua geng itu menenangkan mereka. Ia mengatakan bahwa meskipun dia adalah anak geng sebelah tetapi dia juga manusia. Mereka sudah salah sasaran maka tugas mereka adalah merawat remaja yang luka itu sampai sembuh dan mengembalikannya ke lingkungannya semula. Banyak yang tidak setuju namun suara pemimpin adalah suara Tuhan. Mereka merawatnya sampai sembuh dan mengembalikannya ke lingkungannya semula.

Drama sederhana ini sepintas tidak memiliki banyak makna. Tetapi ada hal yang menarik yakni dalam situasi tertentu orang dapat berubah perilakunya terhadap musuh karena perasaan sebagai manusia. Ada rasa belas kasihan terhadap sesama manusia maka kemarahan dan kebencian dapat berubah menjadi kasih yang tulus kepada sesama. Romo yang membawakan talkshow itu mengatakan bahwa sikap mengasihi musuh dan berbelas kasih adalah sikap Allah yang nampak dalam diri manusia.

Romo juga menampilkan sebuah video. Ada seorang pemburu hewan liar yang sedang berjalan di hutan. Ia melihat seekor monyet yang sedang menggendong anaknya. Pemburu itu siap membidik senjata hendak menembak induk monyet. Namun ia memperhatikan perilaku induk monyet yang berusaha melindungi anaknya sebelum siap untuk ditembak sang pemburu hewan liar itu. Berkali-kali induk monyet itu mencium anaknya sambil menangis. Maka sang pemburu itu pun menangis dan melepaskan senjatanya lalu kembali ke rumahnya. Ia berpikir bahwa induk monyet saja menjaga anaknya sampai menangis. Dia sebagai pemburu hewan liar adalah manusia yang berhati nurani maka sepatutnya ia harus bersikap manusiawi. Setelah selesai menunjukkan Video ini, Romo bertanya kepada semua peserta: “Emang Kamu Mengenal Allah?”

Dua kisah ini membuka pikiran kita untuk mengerti dengan baik pertanyaan EMKA: Emang Kamu Mengenal Allah? Ini merupakan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada kita masing-masing dan kita berusaha untuk menjawabnya dengan jujur dan tulus di depan Tuhan Allah sendiri. Apakah kita secara pribadi benar-benar mengenal Allah? Dari kedua kisah di atas membantu kita untuk mengenal Allah yang berbelas kasih, sabar dan mengasihi bahkan musuh sekali pun.

St. Yohanes dalam bacaan pertama mengingatkan komunitasnya dengan perkataan ini: “Dan inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Sebab barangsiapa mengatakan Aku mengenal Dia tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran” (1Yoh 2:3-4). Mari kita memeriksa bathin kita. Apakah kita sudah mengenal Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya? Atau kita mengaku mengenal Allah tetapi nyatanya tidak mengikuti perintah-perintah-Nya. Mungkinkah kita dikelompokkan sebagai kaum pendusta zaman ini?

St. Yohanes melanjutkan bahwa barangsiapa menuruti Firman Allah maka kasih Allah akan sempurna di dalam diri orang itu, dengan demikian kita benar-benar hidup di dalam Dia. Dengan tegas Yohanes berkata: “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1Yoh 2:6). Ini sebuah perkataan yang sangat mendalam bagi kita. Kita hidup di dalam Allah berarti kita wajib hidup seperti Kristus telah hidup. Kristus hidup di dalam Allah. Dialah Sabda yang menjelma menjadi manusia. Dia yang semula adalah Sabda dan Sabda adalah Allah sendiri.

Di samping melakukan perintah-perintah Allah, Yohanes juga mengingatkan kita semua untuk menghayati perintah baru yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus yaitu perintah cinta kasih. Dalam kasih tidak ada lagi kebencian. Orang yang masih membenci sesama menunjukkan ketidakmampuannya untuk mengasihi. Allah adalah kasih maka kalau kita kembali ke pertanyaan Emang Kamu Mengenal Allah, maka titik pijak kita adalah kasih. Kasih Allah kepada semua orang yang jahat dan baik. Ia mengutus Yesus datang untuk menyelamatkan semua orang. Ketika orang tidak membuka dirinya kepada keselamatan maka ia tidak akan memperolehnya.

Kita dapat mengenal Allah sebagai kasih melalui Yesus Kristus sang terang sejati dan cahaya para bangsa. Dalam bacaan Injil kita mendengar tentang kisah Yesus dipersembahkan di dalam Bait Allah. Keluarga kudus menjumpai dua orang benar di dalam Bait Allah yaitu Simeon dan Hanna. Kedua pribadi ini penuh dengan Roh Kudus dan menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus mengurapi mereka supaya tidak mati sebelum melihat Mesias. Kehendak Roh Kudus pun terjadi. Simeon dan Hanna bersukacita karena melihat Yesus, sang Mesias.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Dia membuka diri-Nya supaya kita mengenal-Nya melalui perintah-perintah kasih-Nya, melalui Firman-Nya dan melalui sosok-sosok para kudus yang sudah lebih dahulu mengenal Tuhan. Mereka adalah orang tua, guru, para gembala dan siapa saja yang mendekatkan kita dengan Tuhan. Mari kita mengenal Tuhan Allah melalui bertumbuh dalam Sabda-Nya dan dalam kesetiaan untuk melakukan perintah kasih-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply