Homili Hari Minggu II/A – 2017

Hari Minggu Biasa II/A
Yes 49:3.5-6
Mzm 40: 2+4ab.7-8a.8b-9.10
1Kor 1:1-3
Yoh 1:29-34

Mendengar dan mengalami Yesus

Kita memulai perayaan Ekaristi Hari Minggu Biasa kedua dengan antifon pembuka yang inspiratif: “Seluruh bumi hendaknya sujud menyembah Dikau, ya Allah, dan bermazmur bagi-Mu, meluhurkan nama-Mu, ya Allah yang Mahatinggi” (Mzm 66:4). Perayaan Ekaristi merupakan kesempatan bagi kita untuk berkumpul bersama sebagai saudara seiman, untuk bersujud dan menyembah Tuhan Allah sebab Dialah pencipta kita. Dialah Allah yang Mahatinggi yang hanya kepada-Nya kita bersujud dan menyembah-Nya sebagai satu-satunya Tuhan kita. Menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah Ekaristi atau Misa pada hari Minggu merupakan kesempatan untuk bersujud dan menyembah Tuhan? Ataukah kita hanya sekedar berkumpul sebagai saudara saja dan selesai? Artinya berkumpul tanpa bersama dengan Tuhan.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengarahkan kita untuk percaya bahwa Tuhan Allah menawarkan keselamatan universal kepada kita semua melalui Yesus Kristus Putra-Nya. Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Sebab itu kita patut mendengar dan mengalami Yesus di dalam hidup kita. Mengapa kita perlu mendengar dan mengalami Yesus dalam hidup kita? Sebab hanya Yesus saja yang menjadi Hamba Tuhan supaya dengan penghambaan-Nya ini kita memperoleh martabat baru sebagai anak-anak Allah. Dia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa kita dan membaptis kita dengan Roh Kudus sebagai tanda keselamatan.

Dalam bacaan pertama kita mendengar madah kedua Hamba Yahwe. Hamba Yahwe dipanggil dan ditetapkan Tuhan untuk memulihkan bangsa Israel sesuda pembuangan di Babel. Pemulihan yang dimaksud adalah pemulihan pertobatan mental dan moral. Ketika itu Tuhan berkata kepada Hamba Yahwe: “Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku” (Yes 49:3). Yesaya merasa yakin akan kasih Tuhan Allah yang telah membentuknya dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya. Tugas dari sang Hamba Yahwe adalah mengembalikan Yakub kepada Tuhan Allah. Hidup lama anak-anak Yakub akan dibaharui supaya layak di hadapan Tuhan sendiri. Tuhan dengan tegas berkata: “Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai di ujung bumi”. (Yes 49:6).

Kita menyadari betapa pentingnya tugas sang nabi. Dia adalah utusan Allah, yang sekaligus menjadi Hamba Yahwe untuk membawa manusia untuk menjadi semakin dekat dengan Tuhan. Hamba Yahwe itu berprinsip bahwa ia datang untuk melakukan kehendak Tuhan sendiri bukan kehendak dirinya sebagai nabi atau Hamba Yahwe.

St. Paulus dalam bacaan kedua mengakui diri bahwa ia juga dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul Kristus Yesus. Tugasnya sebagai rasul Yesus Kristus adalah menguduskan jemaat di Korintus dan orang lain yang berseru dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kekudusan adalah kasih karunia dari Allah. Sebab itu dengan tegas ia mengatakan: “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kita”. (1Kor 1:3). Nabi dan rasul perlu menyadari tugas utamanya untuk menguduskan jemaat. Konsekuensinya adalah pemimpim jemaat haruslah membawa jemaat atau gereja kepada kekudusan.

Dalam bacaan Injil kita medengar bagaimana Yohanes Pembaptis berusaha untuk membawa para murid-Nya kepada Yesus Kristus. Ia mengajak para muridnya untuk memandang Yesus yang sedang lewat di depan mereka. Ia berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Tentu sangat lucu apabila kita memahami perkataan Yohanes secara harafiah. Yohanes hendak mengatakan kepada mereka tentang apa yang sudah mereka ketahui tentang anak domba paskah dalam dunia Perjanjian Lama. Yohanes juga hendak mengatakan peran Yesus sebagai Anak Domba artinya Dialah satu-satunya yang mengorbankan diri bagi manusia. Dialah yang rela wafat di kayu salib demi keselamatan manusia. Dia mencurahkan darah-Nya yang mulia di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita. Inilah yang merupakan kelebihan dari Yesus yang juga diakui Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis sendiri mengatakan tentang Yesus kepada para muridnya tentang pengalaman di sungai Yordan. Ia mengatakan bahwa sesudah dirinya datang, akan datang seorang yang lebih sudah mendahului kedatangannya yaitu Yesus Kristus. Yohanes diutus untuk menyiapkan kedatangan-Nya. Yohanes membaptis dengan air, Yesus membaptis dengan Roh Kudus. Sebab itu menurut Yohanes, Yesus sungguh-sungguh Anak Allah.

Pada hari Minggu Biasa kedua ini Tuhan menghendaki agar kita menjadi nabi dan rasul yang membawa semua orang untuk menjadi semakin dekat dengan Tuhan. Nabi Yesaya membawa umat Israel untuik menjadi dekat dengan Tuhan Allah. St. Paulus menguduskan jemaat di Korintus. Yohanes Pembaptis membawa para muridnya untuk bersatu dengan Yesus Kristus. Ia merelakan para murid meninggalkannya untuk bersatu dengan Tuhan Yesus. Kita pun dipanggil kepada jalan yang sama untuk membawa sesama kepada Tuhan bukan kepada diri kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply