Homili 20 Januari 2017

Hari Jumat, Pekan Biasa II
Ibr 8:6-13
Mzm 58:8.10.11-12.13-14
Mrk 3;13-19

Kupanggil Engkau dengan nama-Mu

Ada seorang pemuda yang merasa bangga terhadap ayah dan ibunya. Mereka memiliki perhatian yang besar kepadanya. Ia selalu merasakan kehadiran mereka di dalam hidupnya. Tugas orang tua sebagai pendidikan benar-benar dirasakannya. Misalnya, ketika membuat kekeliruan tertentu, ia selalu mendapat teguran dan nasihat yang bagus untuk mengubah hidupnya. Dan satu hal yang  menjadi kebanggaannya adalah ia selalu dipanggil oleh orang tua dengan nama yang mereka berikan kepadanya. Nama yang diberikan sejak lahir tanpa ada embel-embel lain. Sebab itu ketika namanya dipanggil, ia selalu merasa bahagia. Ia merasa dikasihi oleh orang tua apa adanya.

Pengalaman sederhana ini membuat kita semua merenung sejenak. Banyak kali kita mempermainkan nama yang diberikan orang tua, menyapa sesama dengan nama yang aneh-aneh. Nama itu menunjukkan jati diri kita. Lagi pula nama baptis misalnya, menunjuk pada orang kudus yang menjadi model dan pelindung hidup kita. Sebab itu baiklah kita memanggil sesama sesuai dengan namanya sendiri. Jangan pernah mempermainkan namamu dan nama sesamamu.

Pada hari ini kita berjumpa dengan Yesus yang sedang naik ke atas bukit. Naik ke atas bukit berarti saat untuk bersekutu dengan Bapa di tempat kudus-Nya. Dalam persekutuan itu, Yesus memanggil dengan nama orang-orang tertentu yang mengikuti-Nya untuk menjadi utusan atau Rasul. Yesus memanggil mereka sesuai dengan nama-nama mereka sesuai dengan kehendak-Nya. Tujuan panggilan ini adalah menjadi mitra atau rekan kerja Yesus. Mereka sudah datang kepada-Nya maka Ia memanggil dan menetapkan mereka untuk menyertai Dia dalam melakukan tugas perutusan Bapa yakni menyelamatkan semua orang. Apa yang harus mereka lakukan? Mereka bertugas untuk mewartakan Injil dan menerima kuasa untuk mengusir setan-setan. Semua ini adalah pekerjaan Yesus dan para rasul ikut terlibat di dalam karya-Nya.

Inilah nama-nama para pilihan dan penetapan yang akan membentuk komunitas para rasul: Simon Petrus, kedua putra Zebedeus yakni Yakobus dan Yohanes yang disapa Boanerges (anak-anak guruh), Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang akan mengkhianati Dia. Tuhan Yesus memilih dan menetapkan mereka sesuai dengan kehendak hati-Nya.Orang-orang yang dipanggil Yesus juga merupakan pribadi-pribadi yang tidak sempurna. Simon Petrus menyangkal Yesus tiga kali. Anak-anak Zebedeus memiliki ambisi tertentu dalam hidupnya. Thomas kurang percaya. Yudas Iskariot akan mengkhianati Yesus. Para rasul memang unik dan memiliki kelemahan-kelamahan tertentu namun Tuhan Yesus memilih dan menetapkan mereka sebagai utusan-Nya.

Mengapa Tuhan Yesus mengambil sikap seperti ini? Bukankan sebagai Anak Allah Dia tahu bahwa mereka masing-masing memiliki kelemahan-kelemahan manusiawi? Ya, Tuhan Yesus memang datang ke dunia bukan untuk mencari orang benar tetapi orang berdosa untuk diselamatkan. Tuhan Yesus menguatkan mereka yang penuh kelemahan manusiawi supaya mereka menjadi kuat untuk terlibat dalam segala karya-Nya. Hanya Yudas Iskariot saja yang menutup hatinya sehingga mengkhianati Yesus. Sambil memandang para rasul pilihan Yesus, kita memandang diri kita sendiri. Anda dan saya juga sama dengan para rasul yang dipanggil Tuhan Yesus untuk mengikuti-Nya dari dekat di dalam Gereja Katolik. Sakramen pembaptisan telah menjadikan kita sebagai orang kudus pilihan-Nya. Sakramen-sakramen lain dalam Gereja turut menguduskan kita.

Tuhan Yesus memanggil para murid-Nya menunjukkan diri-Nya sebagai Imam Agung kita. Penulis surat kepada umat Ibrani mengatakan bahwa sekarang Yesus telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung sebab Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia yaang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. Kita semua tahu bahwa sudah ada Perjanjian Lama yang merupakan ikatan kasih antara Allah dan manusia. Namun berkali-kali perjanjian itu dilanggar oleh umat Israel. Sebab itu melalui Yesus Kristus, Putera Allah, Tuhan Allah sendiri membaharui perjanjian-Nya.

Apa yang Tuhan lakukan untuk membaharui perjanjian-Nya dengan manusia? Tuhan berjanji untuk akan menaru hukum-Nya ke dalam akal budi mereka dan menuliskannya juga di dalam hati mereka. Dengan demikian Tuhan akan menjadi Allah bagi mereka dan Israel menjadi umat-Nya. Semua orang akan mengenal Tuhan dan merasakan kerahiman-Nya. Dosa-dosa mereka akan diampuni oleh Tuhan bahkan Ia berjanji tidak akan mengingat dosa-dosa mereka. Perjanjian baru ini sekaligus mengganti perjanjian lama atau perjanjian pertama.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena kasih dan kerahiman-Nya selalu menguatkan kita semua. Ia juga memanggil kita untuk menjadi murid-murid-Nya dan membaharui kita dengan sakramen pembaptisan. Air Pembaptisan menguduskan kita untuk menjadi serupa dengan Yesus sendiri. Kita juga diajak untuk menyadari panggilan dan penetapan Tuhan dalam hidup kita.Ia menetapkan kita menjadi orang-orang pilihan-Nya yang kudus. Be saints!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply