Homili Hari Minggu Biasa ke-IVA-2017

Hari Minggu Biasa IV/A
Zef 2:3; 3:12-13
Mzm 146:7.8-9a.9bc-10
1Kor 1:26-31
Mat 5:1-12a

Tuhan, semoga aku bahagia!

Saya pernah merayakan misa peringatan seorang santo pelindung di sebuah lingkungan. Sebagian besar umat di lingkungan itu mengikuti perayaan Ekaristi dengan penuh perhatian. Koordinator lingkungan sempat menyampaikan kepadaku bahwa doa umat akan didoakan secara spontan oleh umat yang sudah ditentukan sebelumnya. Hal yang menarik perhatianku adalah salah seorang umat mendoakan doanya dengan singkat, jelas dan tepat. Bunyi doanya adalah: “Tuhan semoga kami semua merasa bahagia” dan semua umat menjawab amen. Saya sendiri tersenyum karena untuk pertama kalinya mendengar doa spontan yang singkat, padahal biasanya umat di lingkungan itu mendoakan doa yang panjang dalam doa umat. Saya selalu mengingat doa ini dan menjadikannya sebagai doa pribadiku di depan sakramen Mahakudus: “Tuhan, semoga aku bahagia”. Saya mendoakan doa ini dalam hati sambil mata saya tertuju kepada Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Doa ini sudah menjadi milikku dan merasa bahwa mukjizat Tuhan selalu terjadi dalam hidupku karena ternyata doa sederhana ini mengubah banyak hal di dalam hidupku untuk menjadi lebih baik lagi. Tuhan menghendaki agar saya menjadi pelayan-Nya yang bahagia.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini membantu kita untuk menyadari rencana Tuhan bagi setiap pribadi. Tentu saja Tuhan menghendaki agar setiap orang menjadi pribadi yang bahagia. Dalam situasi apa saja orang mesti merasa bahagia karena Tuhan tetap menyertai hidupnya. Nabi Zaefanya dalam bacaan pertama mengingatkan orang-orang Yudea untuk selalu mencari Tuhan sebagai sumber kebahagiaan. Ketika itu orang-orang Yudea ditaklukan oleh bangsa Asiria. Mereka harus pergi ke sebuah negeri asing dan rasanya tak ada masa depan bagi mereka. Zefanya mengajak mereka supaya selalu mencari Tuhan dan bersikap rendah hati di hadapan Tuhan. Nabi Zefanya berkata: “Carilah Tuhan, hai semua orang yang rendah hati di negeri, hai semua yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati, mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan Tuhan” (Zef 2:3). Tuhan mengingatkan Israel bahwa Ia sendiri kan membiarkan suatu umat yang rendah hati dan lemah, yang senantiasa mencari perlindungan pada nama Tuhan. Umat baru yakni sisa Israel akan setia kepada Tuhan. Tuhan berkenan memelihara mereka sebagai umat kesayangan-Nya. Sisa Israel adalah kaum miskin dan kecil yang menantikan kebahagiaan abadi dari Tuhan. Sisa Israel adalah orang suci hatinya dan bersatu selamanya dengan Tuhan.

St. Paulus dalam bacaan kedua mengangkat rakyat jelata dan kaum miskin sebagai model kekudusan. Artinya, apa yang dilihat manusia berbeda dengan penglihatan dan rencana Tuhan. Orang-orang kecil, kaum papa dan miskin memiliki tempat yang istimewa di mata Tuhan. Paulus berusaha mengingatkan umat di Korintus tentang hidup mereka yang nyata ketika dipanggil Tuhan. Mereka adalah orang-orang sederhana di mata manusia. Tidak ada banyak orang yang bijak, tidak banyak yang berpengaruh, tidak banyak yang berpengaruh dan tidak banyak yang terpadang. Paulus mengatakan bahwa orang-orang kecil dan sederhana, yang bodoh di mata dunia itu dipilih oleh Allah untuk mempermalukan orang-orang yang bijaksana. Orang-orang lemah di mata manusia akan mempermalukan orang-orang yang kuat. Orang-orang yang tidak terpandang di mata manusia dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti. Dengan demikian tidak ada seorang pun yang bermegah di hadirat Tuhan.

Paulus dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan Allah akan membuat setiap pribadi menjadi bagian dalam Kristus. Yesus Kristus adalah hikmat bagi kita semua. Hanya Yesus saja yang dapat membenarkan, menguduskan dan menebus kita. Tidak ada nama lain yang tinggi dan mulia selain nama Yesus Kristus yang menyelamatkan kita dengan kasih karunia-Nya. Tuhan Yesus sendiri bersyukur kepada Bapa karena semuanya disembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Ia menyatakan kepada orang-orang kecil (Mat 11:25).

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus menyapa setiap orang yang datang kepada-Nya dengan sebuah kata yang indah: “Berbahagialah”. Tuhan Yesus tidak memberi kiat supaya para murid-Nya berbahagia. Mereka sendiri sudah memiliki potensi untuk menjadi bahagia di hadirat Tuhan. Apa yang menjadi potensi mereka? Ada di antara mereka yang datang kepada-Nya miskin di hadapan Allah, mereka yang berduka cita, mereka yang lemah lembut, mereka yang lapar dan haus akan kebenaran, mereka yang murah hati, mereka yang suci hatinya, mereka yang membawa damai dan mereka yang dianiaya. Yesus juga menyapa para murid-Nya yang karena nama Yesus maka mereka dicela dan dianiaya serta difitnah. Mereka mendapat pahala yang besar di surga. Sabda Bahagia menunjukkan wajah kerahiman Allah. Kasih dan kebaikan Allah melimpah bagi semua orang yang datang kepada-Nya.

Apakah anda merasa bahagia dalam hidupmu? Bahagia itu sederhana, ketika orang dengan sadar membuka hatinya kepada Tuhan dan mengikuti kehendak-Nya. Bahagia itu sederhana ketika seorang mengasihi dengan tulus dan semua orang yang dikasihi itu benar-benar merasa bahwa memang dirinya dikasihi. Bahagia itu ketika seorang merasa bahwa Tuhan adalah segalanya dalam hidup pribadinya.

Apa yang Tuhan kehendaki bagi kita pada pekan biasa ke-empat ini? Tuhan menghendaki supaya kita berhati anawim, yang hanya mengandalkan Tuhan dalam hidup ini. Kita menunjukkan kebahagiaan dengan menjauhkan segala bentuk kekerasan, kebencian, dan rasa dendam dan menggantinya dengan sikap lemah lembut, bersahabat dan kesediaan untuk mengampuni. Ketamakan hanya akan menghancurkan hidup kita di hadirat Tuhan dan sesama. Kebaikan yang kita hayati merupakan kemartiran kita di hadapan Tuhan dan sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply