Homili 4 Februari 2017

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-IV
Ibr 13:15-17.20-21
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Mrk 6:30-34

Tuhanlah Gembalaku!

Seorang sahabat memiliki kebiasaan menulis dan mendoakan kembali Mazmur-Mazmur di dalam Kitab Suci. Salah satu Mazmur yang lebih sering didoakannya adalah Mazmur ke-23 tentang Tuhan sebagai gembala. Di dalam Mazmur ini Daud berdoa: “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku…” Ia mengatakan bahwa setiap hari ia mendoakan Mazmur ini untuk mengingatkannya bahwa Tuhan benar-benar merupakan gembala yang baik baginya. Saya mendengar kesaksiannya dan mengatakan dalam hati bahwa kesaksiannya benar adanya. Tuhan selalu menjadi gembala baik, setia dalam mengenali domba-dombanya dan mengantar kepada keselamatan. Tuhan menjadi gembala yang baik membuat kita tidak mengalami kekurangan suatu apapun sebab penyertaan-Nya kekal selamanya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini meneguhkan kita untuk selalu dekat dengan Tuhan, meniru kehidupan-Nya selaku gembala yang baik bagi hidup kita. Penulis surat kepada umat Ibrani memberikan kepada kita beberapa pokok pemikiran untuk menjadi dekat dan bersahabat dengan Tuhan sang gembala dan sesama kita. Pertama-tama kita semua diajak untuk menaikan pujian dan syukur kita sebagai tanda kita memuliakan nama Tuhan kita hanya melalui nama Yesus Kristus. Ini adalah persembahan diri kita. Kedua, kita diingatkan untuk selalu berbuat baik dan memberi bantuan kepada sesama. Perbuatan baik yang kita lakukan ini berguna untuk memuliakan nama Tuhan. Ketiga, kita diingatkan untuk selalu mentaati para pemimpin. Mengapa kita perlu taat kepada para pemimpin? Sebab mereka menjaga keselamatan jiwa kita. Dukungan kita kepada para pemimpin akan membuat mereka setia menjalani tugas pengabdiannya.

Tuhan Yesus adalah gembala yang baik. Ia sendiri mengakui diri-Nya seperti ini (Yoh 10:11). Melalui darah perjanjian yang kekal Allah damai sejahtera telah menghidupkan kembali Yesus sebagai Gembala Agung segala domba. Dengan mengikuti Yesus dari dekat maka semoga Ia mengerjakan di dalam diri kita apa yang berkenan kepada-Nya. Sebab hanya bagi Yesus dan Dialah kemuliaan selama-lamanya. Tugas kegembalaan Yesus adalah selalu berada bersama dengan umat-Nya. Ia selalu membaringkan, membimbing, menuntun kita semua ke jalan yang lurus kepada Bapa. Dengan demikian kita juga akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.

Tuhan Yesus sebagai gembala yang baik mengasihi domba-domba yakni umat yang percaya kepada-Nya. Ia sendiri berkata: “Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku. Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku” (Yoh 10:27). Perkataan Yesus ini nyata adanya. Ketika Ia mengajak para murid-Nya untuk beristirahat sejenak karena kesibukan dan pelayanan mereka sehingga mereka tidak makan, ternyata orang-orang juga mencari Yesus. Dengan demikian Ia menunjukkan sikap kegembalaan-Nya dengan rasa belaskasihan-Nya kepada mereka. Ia pun mendekati mereka dan mengajar mereka.

Sikap Yesus sebagai gembala yang baik adalah tidak mengenal lelah, tidak menghitung keringat yang keluar, tidak menghitung jasa-jasa-Nya. Sikap yang sama hendaknya menjadi sikap kita setiap hari. Semangat kegembalaan dapat kita lakukan dengan bersyukur, melakukan perbuatan-perbuatan baik dan mentaati pimpinan. Semua ini dilakukan sendiri oleh Yesus dan tugas kita adalah mengikuti-Nya.
Bagaimana dengan kita? Kita juga dapat menjadi gembala baik bagi sesama dalam hidup setiap hari. Apakah kita memiliki hati yang berbelas kasih seperti hati Yesus sendiri? Apakah kita selalu bersyukur kepada Tuhan, berbuat baik dan mentaati para pemimpin kita? Para orang tua, kaum muda dan anak-anak dapat saling menggembalakan satu sama lain dengan semangat Yesus.

Hari ini, ucapkanlah dengan penuh iman: “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” Rasakan kekuatan doa ini dan serukanlah syukurmu kepada Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply