Homili Pesta Takhta St. Petrus -2017

Pesta Takhta St. Petrus, Rasul
1Ptr 5:1-4
Mzm 23:1-3.4.5.6
Mat 16:13-19

Gembalakanlah kawanan domba-Ku!

Pada hari ini kita semua merayakan pesta Takhta St. Petrus. Para penginjil memberi kesaksian bahwa Tuhan Yesus sendiri memilih dan menentukan Petrus sebagai Kefas atas wadas untuk mendirikan Jemaat-Nya. Yesus berkata: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:18). Perkataan Yesus ini menjadi sebuah kenyataan. Tuhan Yesus memberi kuasa kepada Petrus untuk memimpin Gereja dengan mendirikan dua takhta keuskupan. Takhta pertama didirikan di tengah-tengah kaum Yahudi dan orang-orang kafir di Antiokia pada tahun 35. Petrus memimpun jemaat di Antiokia selama tujuh tahun. Pada tahun 65, Petrus menetap di Roma dan menjadi gembala pertama di kota Roma. Petrus juga mendirikan takhta kedua di kota Roma.

Apa yang kita pikirkan pada saat merayakan Pesta Takhta St. Petrus ini? Pikiran kita pertama-tama tertuju kepada figur St. Petrus sebagai gembala yang diangkat Tuhan untuk memimpin Gereja. Beliau kita hormati sebagai wakil Kristus, dan memiliki kuasa rohani bagi seluruh Gereja katolik. Kuasa rohani Petrus ini disebut primat St. Petrus yang diberikan oleh Yesus kepadanya (Yoh 21:15-19). Hingga saat ini figur St. Petrus kita temukan dalam diri para Paus sebagai Uskup Roma dan kepala Gereja Universal. Sebab itu perayaan hari ini juga menjadi momen untuk mendoakan Sri Paus dan semua intensinya. Pikiran kita juga tertuju pada para uskup yang memimpin gereja-gereja local. Mereka memiliki Takhta atau Cathedra di setiap Gereja Katedral. Semoga mereka menjalankan kuasa kegembalaan mereka dengan sebaik-baiknya.

Petrus memiliki nama lain yakni Simon anak Yohanes. Pekerjaannya adalah nelayan di sekitar danau Galilea. Setiap hari ia mencari ikan bersama saudaranya Andreas. Yesus mengenal mereka, setiap kali melewati tempat kerja mereka di Kapernaum. Ia pun memanggil Simon dan saudaranya Andreas dan mereka segera mengikuti Yesus dari dekat. Simon dan Andreas bahkan dijanjikan untuk memiliki sebuah pekerjaan baru yakni sebagai penjala manusia (Mat 4:19). Penjala manusia berarti mengusahakan pekerjaan Tuhan supaya mensejahterakan manusia secara jasmani dan rohani. Petrus bersama Yakobus dan Yohanes nantinya menjadi murid inti dari Yesus.

Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar kisah perjalanan bersama sebagai satu komunitas ke daerah Kaisarea Filipi. Di tempat ini Yesus bertanya kepada mereka bagaimana pendapat orang tentang diri-Nya sebagai Anak Manusia. Para murid merasa bahwa pertanyaan ini mudah sehingga mereka langsung menjawabnya bahwa orang di luar komunitas mengatakan Yesus adalah Yohanes Pembabtis, nabi Elia, nabi Yeremia atau salah seorang nabi. Anggapan ini tentu berdasar pada ingatan-ingatan mereka akan para nabi besar dalam sejarah Israel termasuk Yohanes Pembaptis yang barusan dibunuh oleh Herodes.

Pertanyaan Yesus berlanjut, yakni menurut para murid-Nya sendiri, siapakah Yesus sebenarnya. Semua murid memilih untuk diam. Petrus memecahkan keheningan dengan berkata: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16:16). Jawaban Petrus ini merupakan anugerah Allah sendiri, sebab Ia sendiri berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Yesus adalah Anak kekasih Allah Bapa sendiri. Dialah Sabda yang menjadi daging dan tinggal bersama manusia. (Yoh 1:14).

Terhadap jawaban Petrus yang penuh iman ini, Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang disurga” (Mat 16:17). Allah Bapalah yang memiliki rencana untuk membuka hati manusia supaya mengenal lebih dalam lagi Allah Bapa yang adalah Kasih. Petrus disapa secara istimewa “berbahagialah”.

Selanjutnya, ia mendapat perutusan istimewa:

Pertama, Petrus menjadi Chefas atau batu karang. Petrus adalah batu karang (petra) berarti Petrus mendapat tugas untuk melindungi umat yang dibagun oleh Yesus dari berbagai marabahaya yang mengancam. Alam maut dalam bahasa Yunani disebut hades dan bahasa Yahudinya syeol tidak mampu melenyapkan orang-orang yang mengimani Yesus Kristus. Artinya Yesus benar-benar memiliki kuasa yang luar biasa bagi Gereja atau kumpulan orang beriman.

Kedua, Petrus diberikan kunci kerajaan Surga. Petrus tidak dipilih oleh Yesus untuk menentukan siapa saja yang boleh masuk ke dalam surge. Ia diberi kunci untuk menahan kekuatan-kekuatan maut, ancaman-ancaman jahat supaya tidak masuk dalam Kerajaan Surga. Petrus memegang kunci supaya menutup pintu surga rapat-rapat dari berbagai kejahatan. Maka di sini pemahaman kita adalah Petrus bukan juru kunci yang mengabsen siapa yang boleh masuk ke dalam Kerajaan Surga atau tidak masuk, melainkan dialah yang mengunci pintu Kerajaan Surga dari ancaman kejahatan.

Tugas Petrus di dalam Gereja adalah sebagai gembala bagi kawanan domba Allah. Ia mengaku sebagai saksi penderitaan Kristus dan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak maka ia menasihati para gembala untuk berlaku sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik menggembalakan kawanan dimba Allah yang ada padanya dengan sukarela bukan dengan terpaksa, tidak mencari keuntungan, penuh dengan semangat pengabdian diri. Faktor keteladanan sangat ditekankan oleh Petrus bagi para gembala. Apabila para gembala dapat berlaku sebagai gembala yang baik maka pada saatnya nanti sang gembala itu akan mendapat mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Pada perayaan istimewa ini, marilah kita bersyukur karena memiliki Gereja yang didirikan di atas wadas perkasa, di atas batu karang, di atas para rasul. Tuhan Yesus sendiri menyertau Gereja-Nya hingga akhir zaman. Sebab itulah, meskipun banyak marabahaya yang mengancam namun Gereja tidak akan pernah hancur karena penyertaan Yesus itu kekal. Hari ini kita mendoakan Bapa Paus yang bertakhta untuk menggemabalakan kawanan domba Allah dengan tulus hati.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply