Homili Hari Kamis sesudah Rabu Abu

Hari Kamis Sesudah Rabu Abu
Ul 30:15-20
Mzm 1:1-2.3.4.6
Luk 9:22-25

Apakah pilihan hidupmu sudah tepat?

Seorang pemuda pernah berbicara dengan saya. Ia mengatakan kepadaku bahwa hingga saat ini ia mengalami kesulitan untuk menentukan salah satu pilihan hidupnya yang tepat. Ia memiliki pekerjaan yang baik sehingga hingga saat ini sudah mandiri hidupnya, ia aktif dalam berbagai kegiatan kategorial di gereja parokinya bahkan menjadi pengurus. Ia meluangkan waktunya untuk melayani orang-orang miskin dalam kegiatan-kegiatan sosial kantor dan kelompok kategorial. Namun demikian ia masih kesulitan untuk menetukan pilihan hidupnya yang tepat, terutama dalam menemukan pasangan hidupnya. Ia berdoa namun Tuhan belum memberikan orang yang tepat untuk mendampinginya. Saya mendengar ceritanya dengan penuh perhatian, tanpa ada komentar apapun untuk memberikan solusi baginya. Bagi saya, pilihan hidup adalah kasih karunia dari Tuhan maka cukuplah ia memiliki iman dan harapan kepada Tuhan maka semua akan sempurna pada waktunya.

Kita senantiasa berada pada titik yang sama dalam hal menentukan pilihan-pilihan hidup kita. Mungkin saja anda dan saya sering mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu dalam hidup ini. Ada banyak keraguan yang menghantui diri kita, kurang percaya diri, ada ketakutan tertentu ketika berhadapan dengan persoalan tertentu dalam hidup kita. Kita membutuhkan iman dan harapan kepada Tuhan. Kita tidak dapat berjalan sendiri tanpa ada pertolongan dari Tuhan yang selalu tepat pada waktunya. Masa prapaskah merupakan kesempatan yang tepat untuk memantapkan iman, harapan dan kasih kita kepada Tuhan. Masa untuk membaharui hidup kita di hadirat Tuhan yang maha pengasih dan penyayang.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Kamis ini membantu kita untuk menentukan pilihan hidup kita sesuai dengan rencana dan kehendak Allah. Musa dalam Kitab Ulangan mengatakan kepada umat Israel: “Ingatlah, pada hari ini aku menghadapkan kepadamu kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan”. Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan Allah harus berani memilih untuk memihak Allah atau menjauh dari Allah. Memihak Allah berarti mereka akan mengalami kehidupan dan keberuntungan. Menjauh dari Allah berarti membuka diri kepada kematian dan kecelakaan. Pilihan di hadapan mereka dan mereka harus berani mengambil keputusan di hadirat Tuhan.

Apabila bangsa Israel mampu menentukan pilihan-pilihannya maka mereka akan mengerti maksud dari Musa sebagai pemimpin mereka. Musa sendiri akan memerintahkan Bangsa Israel untuk mengasihi Tuhan Allah dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan sendiri oleh Tuhan dan berpegang pada perintah, ketetapan serta peraturan-Nya. Orang mampu mengasihi Tuhan kalau ia dapat mendengar Tuhan dalam hidupnya. Dengan mendengar Tuhan maka ia dapat mentaati dan mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya. Bagi Musa, apabila bangsa Israel mengasihi Tuhan maka ia akan mendapat berkat berlimpah. Hidupnya akan berkelimpahan. Sebaliknya mereka akan mendapat kutukan dan kebinasaan kalau mereka berpaling dari Tuhan, tidak mendengar Tuhan, mau disesatkan untuk menyembah berhala. Mereka tidak akan masuk ke tanah terjanji.

Pengalaman Musa bersama bangsanya sendiri adalah pengalaman hidup kita di dalam Gereja. Kita sendiri berhadapan dengan pilihan-pilihan hidup kita. Satu hal yang penting bagi kita adalah keterbukaan hati untuk menerima kehendak Allah di dalam hidup kita. Andaikan kita terbuka untuk menerima kehendak Allah maka kita akan berada dalam pihak Tuhan sendiri. Apa pun kesulitannya kita akan berusaha setia kepada Tuhan. Namun, andaikan kita menutup diri terhadap kehendak Tuhan maka ketika ada kesulitan, kita pun akan menjauh dari Tuhan.

Mazmur Tanggapan terhadap bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengarahkan kita untuk senantiasa menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Sesungguhnya berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berjalan di jalan orang berdosa dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang dan malam merenungkannya (Mzm 1:1-2).

Apa yang harus kita lakukan untuk menentukan pilihan hidup yang tepat?

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil membagikan pengalaman pribadi-Nya. Ia mengakui akan menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli Taurat lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Untuk itu bagi setiap pengikut-Nya, diharapkan untuk hidup serupa dengan-Nya. Hidup serupa dengan Yesus berarti mengikuti jejak kaki-Nya. Yesus memberi petunjuk ini: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”

Kita harus berani memilih untuk menjadi serupa dengan Yesus atau tidak. Menjadi serupa dengan Yesus berarti siap menyangkal diri dan memikul salib. Kita menjadikan orang lain sebagai prioritas dalam hidup kita. Kita selalu menjadi nomor dua bukan nomor satu. Kita berani memikul salib, menerima semua penderitaan dan kemalangan supaya sesama kita bahagia dalam hidupnya. Semangat rela berkorban akan mendatangkan kebaikan bagi hidup kita sendiri yakni hidup kekal sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan sendiri.

Masa prapaskah menjadi masa di mana kita menentukan pilihan hidup kita di hadapan Tuhan. Memihak Tuhan berarti siap menderita seperti Kristus sendiri maka hidup kekal adalah jaminannya. Menjauh dari Tuhan berarti kematian atau kehilangan nyawa. Mari kita memulai masa tobat ini dengan menentukan pilihan hidup yang menyelamatkan bukan membinasakan diri kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply