Homili Hari Sabtu setelah Rabu Abu

Hari Sabtu Setelah Rabu Abu
Yes 58:9b-14
Mzm 86: 1-2.3-4.5-6
Luk 5:27-32

Perbuatan baik selalu bercahaya

Saya pernah mendengar dari beberapa konfrater, sebuah pertanyaan seperti ini: “Apakah anda sudah berbuat baik sepanjang hari ini?” Pertanyaan sederhana ini membantu setiap konfrater untuk memeriksa batin sebelum istirahat malam. Tentu saja harapannya adalah pada pagi hari berikutnya setiap konfrater sudah memiliki ide yang jelas: “Perbuatan baik apa yang dapat saya lakukan sepanjang hari ini?” Berbuat  baik itu penting dan harus. Ketika kita berbuat baik kepada sesama, perbuatan baik itu menjadi seperti bumerang. Artinya, perbuatan baik itu akan kembali kepada kita, bahkan melebihi  banyak penderitaan dan kemalangan. Misalnya kita diingatkan untuk tidak mengenakan kuk kepada sesama atau meletakkan bebab berat dalam hidup sesama kita. Kita tidak lagi menunjuk jari atau mempersalahkan sesama dan merasa diri sendiri paling benar. Kita memperhatikan orang yang lapar dan memuaskan hati orang yang tertindas. Perbuatan-perbuatan baik semacam ini laksana terang yang menerangi hidup kita dan hidup sesama. Mereka akan merasa diri sungguh-sungguh manusia karena mendapat perhatian dari orang lain.

Apabila kita berbuat baik kepada sesama maka Tuhan sendiri akan menaruh perhatian besar kepada kita. Ia akan senantiasa menuntun dan memberi kepuasan dalam hidup kita. Ia membaharui kekuatan hidup kita di hadirat-Nya. Perhatian Tuhan itu sama seperti seorang petani memperhatikan tanaman-tanamannya di kebun. Kasih Tuhan itu laksana mata air yang tidak pernah kering, tidak pernah mengecewakan hidup kita. Maka jawaban kita akan kasih Tuhan adalah melakukan perintah-perintah-Nya dengan tulus dan setia. Dengan demikian akan terbit terang dalam hidup kita dan menerangi kegelapan yang menyelimuti hidup banyak orang di sekitar kita.

Kita belajar dari Yesus yang berbuat baik kepada semua orang. Ia mengetahui bahwa orang-orang berdosa itu hidupnya jauh dari Tuhan, namun Ia mendekatkan mereka dengan diri-Nya sendiri. Ia berjalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia dan memanggil orang-orang berdosa untuk kembali ke jalan yang benar. Kita mendengar kisah panggilan Lewi atau Matius dalam bacaan Injil hari ini. Lewi bekerja sebagai pemungut cukai. Ia berada di zona nyaman, banyak hartanya. Ia mungkin mendapat harta secara legal dan ilegal seperti banyak orang di zaman ini.

Tuhan Yesus mengetahui hidup pribadi Lewi. Sebab itu Ia memanggil Lewi untuk mengikuti-Nya dari dekat. Lewi menjawabi ajakan dan panggilan Tuhan ini dengan sikap segera meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus tanpa syarat. Lewi memulai hidup baru karena meninggalkan hidup lamanya. Sebagai tanda syukur atas panggilan maka Lewi mengadakan perjamuan, tanda sukacita besar di pihaknya di hadirat Tuhan Yesus Kristus. Yesus dengan tegas mengatakan bahwa kehadiran-Nya di dunia ini bukan untuk mencari orang benar dan sehat melainkan orang berdosa untuk diselamatkan. Orang-orang berdosa dipanggil untuk bertobat.

Apa yang harus kita lakukan?

Kita belajar untuk selalu berbuat baik kepada semua orang, tanpa memandang siapakah orang itu. Semua orang adalah manusia yang bermartabat dan perlu sekali menjunjung martabat manusia. Kita belajar dari Yesus yang benar-benar memperhatikan martabat manusia khususnya para pendosa. Ia menganugerahkan hidup baru kepada Lewi. Kita perlu menghindari sikap kaum Farisi yang hanya bersifat legalis tetapi tidak menjunjung tinggi kemanusiaan dan hak-hak hidup manusia.

Sebuah doa yang indah kita ambil dari Mazmur Tanggapan bacaan-bacaan misa hari ini. Kita berdoa supaya Tuhan menyendengkan telinga dan menjawab semua harapan dan doa kaum papa dan miskin. Kita berani berkata: “Tunjukanlah kepadaku jalan-jalan-Mu ya Tuhan, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu.” (Mzm 86:11a). Kita adalah orang berdosa, sekurang-kurangnya mengakui Tuhan sebagai Allah kita dan memohon belas kasih-Nya. Tuhan kita memang sungguh baik dan suka mengampuni. Tuhan Allah adalah kasih sehingga kasih setia-Nya harus terus membaharui hidup kita.

Mari kita belajar untuk selalu berbuat baik dan bermurah hati kepada sesama manusia. Tuhan sudah lebih dahulu melakukannya maka sekarang saatnya bagi kita untuk hidup sebagai pribadi yang mampu mengasihi Tuhan dan sesama. Pribadi yang selalu berbuat baik kepada semua orang. Apakah pada hari ini anda sudah berbuat baik?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply