Homili Hari Raya St. Yusuf Suami St. Maria – 2017

Hari Raya St. Yusuf, Suami St.  Maria
2Sam 7:4-5a.12-14a.6
Mzm 89:2-3.4-5.27.29
Rm 4:13.16-18.22
Luk 2:41-51a

Yusuf adalah seorang Ayah yang setia

Pada hari ini Gereja Katolik memperingati Hari Raya St. Yusuf, suami St. Perawan Maria dan Bapa pengasuh Yesus. Para penginjil dan tradisi Gereja Katolik mengajarkan bahwa St. Yusuf itu memiliki kebajikan-kebajikan tertentu, yang ditunjukannya secara nyata yakni saleh, jujur, bijaksana, rendah hati, dan sangat bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya untuk memperhatikan keluarga kudus dari Nazaret. Di dalam Gereja, St. Yusuf sendiri dikenal sebagai pelindung seluruh gereja universal, kaum buruh, keluarga Kristen dan orang-orang yang sedang berada dalam sakratul maut. Paus Yohanes XXIII memasukkan namanya dalam Doa Syukur Agung Pertama, Kanon Romawi. Sebab itu para romo selalu mendoakannya dalam perayaan Ekaristi bersama Bunda Maria.

St. Yusuf menunjukkan kebajikan-kebajikannya untuk mendukung karya penyelamatan Allah tidak menonjol seperti Bunda Maria. Nama Yusuf tidak banyak disebutkan di dalam Injil dan tradisi Gereja bahkan tidak ada satu kata pun yang dikutip oleh para penginjil. Namun diam itu bukan berarti tidak bermakna apa-apa. Yusuf memilih untuk melayani keluarga kudus dengan rendah hati. Dia setia melakukan pekerjaannya sebagai tukang kayu untuk memenuhi kebutuhan keluarga judus dari Nazaret. Dia memilih diam, tidak ingin menonjolkan dirinya di hadapan umum namun sangat aktif dalam membangun keluarga kudus dari Nazaret.

Saya mengingat kembali perkataan Beato Paulus VI, ketika berkunjung ke Nazaret, beliau berkata: “Nazaret adalah suatu sekolah, di mana kita dapat mulai mengetahui bagaimana kehidupan Kristus, dan bagaimana kita dapat memahami Injil-Nya. Di Nazaret kita secara sederhana dapat mengamati dan mempertimbangkan bagaimana Yesus Putera Allah itu dapat dikenal secara mendalam dan dengan penuh makna”. Pada akhir kunjungannya, beliau berkata: “Semoga keluarga kudus dari Nazaret menunjukkan esensi setiap keluarga; sebuah keharmonian kasih, kesederhanaan dan keindahan yang menakjubkan, kekudusannya dan karakter yang tak terlukai; semoga ini mendidik kita untuk menyadari betapa manisnya dan mendasaranya sebuah keluarga dalam masyarakat.” Dalam suasana indahnya keluarga kudus ini, Yusuf hadir dan memberi inspirasinya bahkan terhadap keluarga masa kini.

Keterlibatan aktif Yusuf di dalam keluarga kudus Nazaret terbukti dalam tanggung jawabnya terhadap kehidupan rohani keluarga. Penginjil Lukas mengisahkan tentang peziarahan keluarga kudus setiap tahun ke Yerusalem menjelang Hari Raya Paskah. Ketika itu Yesus baru berusia duabelas tahun. Setelah upacara dan kegiatan peribadatan berakhir, mereka kembali ke Nazaret. Yesus tertinggal di Yerusalem, sementara orang tuanya berpikir bahwa Ia bersama-sama dengan kaum keluarga dan kenalan mereka. Setelah mengetahui bahwa Yesus tidak ada bersama mereka maka, Maria dan Yusuf kembali ke Yerusalem. Mereka mencari Yesus dan setelah tiga hari barulah mereka menemukan-Nya di kalangan para cendekiawan. Para cendekiawan sangat kagum dengan kepintaran-Nya. Ia menjawab semua pertanyaan dengan mudah.

Apa yang terjadi pada Maria dan Yusuf sebagai orang tua? Penginjil Lukas menceritakan bahwa ketika mereka menemukan Yesus sedang bersoal jawab dengan kaum cendekiawan, mereka berdua sangat tercengang terhadap Yesus. Yusuf memilih untuk diam namun Maria sebagai ibu mengungkapkan perasaannya kepada Yesus: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau”. Meskipun Maria yang berbicara kepada Yesus namun perkataan Maria ini menggambarkan bagaimana Yusuf memiliki rasa tanggung jawab sebagai ayah yang baik dan setia. Ia juga memiliki kecemasan tersendiri dalam mencari Yesus. Setelah peristiwa ini, Yesus kembali bersama-sama dengan mereka ke Nazaret, dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.

Yusuf adalah seorang ayah dan suami yang bertanggung jawab, setia dan tulus sepanjang hidupnya. Ia bekerja dan melayani diam-diam namun memiliki pengaruh yang besar terhadap keluarga kudus di Nazaret. Maria saja mengakui Yusuf sebagai pribadi yang memiliki kecemasan tersendiri untuk mencari yang terbaik di dalam diri Yesus. Yusuf adalah seorang tukang kayu maka ia mewariskan kepada Yesus sapaan-sapaan yang menunjukkan Ydsus sungguh Allah dan sungguh manusia. St Yosef mewariskan keahliannya kepada Putranya sehingga Yesus sendiri dikenal sebagai “anak tukang kayu” (Mat 13:55) dan “tukang kayu” (Mrk 6:3).

Para kudus dalam sejarah Gereja menghiormati St. Yusuf. Misalnya, St Bernardinus dari Siena (wafat thn 1444) pernah berkata, “Yusuf dipilih oleh Bapa yang kekal sebagai pelindung yang dapat diandalkan dan penjaga harta pusaka-Nya yang termulia, yaitu, Putra Ilahinya dan Maria. Ia melaksanakan panggilannya ini dengan ketaatan penuh hingga akhirnya Tuhan memanggilnya dengan berkata, `Mari, hambaku yang baik dan setia, masuklah ke dalam sukacita Tuan-mu’”.

St Theresia dari Avila (wafat thn 1582) dalam Riwayat Hidupnya menulis, “Aku menjadikan St Yosef pembela dan pelindungku, aku mempercayakan diriku sepenuh hati kepadanya. Ia datang menolongku dengan cara yang paling nyata. Bapa tercinta dari jiwaku ini, pelindungku terkasih ini, bergegas menarikku keluar dari situasi yang dapat melemahkan tubuhku, seperti ia merenggutku dari mara bahaya yang lebih besar dari alam lain yang membahayakan kehormatan dan keselamatan kekalku! Dan menyempurnakan sukacitaku, ia senantiasa menjawab doa-doaku lebih dari yang aku mohon dan harapkan. Aku tidak ingat, bahkan sekarang, bahwa aku pernah memohon sesuatu kepadanya yang tidak ia perolehkannya bagiku. Aku terpesona atas kemurahan luar biasa yang Tuhan anugerahkan kepadaku melalui santo yang kudus ini, dan atas segala mara bahaya di mana Ia telah membebaskan aku, baik tubuh maupun jiwa.”

St. Yohanes Paulus II dalam “Redemptoris Custos” (1989) mendorong umat beriman untuk memandang St Yosef dalam abad kita yang sulit ini: “Perlindungan ini sepatutnyalah dimohonkan karena senantiasa diperlukan Gereja, bukan hanya sebagai pembela melawan segala mara bahaya, melainkan juga, dan sungguh terutama, sebagai daya dorong bagi komitmennya yang telah diperbaharui untuk evangelisasi di dunia dan evangelisasi kembali di tanah-tanah dan bangsa-bangsa di mana “agama dan kehidupan Kristen dahulunya berkembang dan … sekarang dihadapkan dengan ujian yang berat” …. Kiranya St Yosef menjadi bagi kita semua seorang guru yang luar biasa dalam melayani misi keselamatan Kristus, suatu misi yang merupakan tanggung jawab dari setiap dan masing-masing anggota Gereja: para suami dan para isteri, para orangtua, mereka yang hidup dengan bekerja dengan tangan mereka atau dengan pekerjaan lain apapun, mereka yang dipanggil ke dalam kehidupan kontemplatif dan mereka yang dipanggil ke dalam karya kerasulan.”

Mari kita belajar dari kehidupan pribadi St. Yusuf. Dia adalah seorang ayah yang baik dan setia dalam keluarga. Semoga Yusuf menginspirasikan banyak ayah dan suami dalam keluarga untuk setia selamanya. Yusuf menginspirasikan ketulusan dalam bekerja dan melayani. Ada kecemasan tersendiri dalam hidupnya bagi keluarga. Ia sangat mencintai pekerjaan-pekerjaannya di dalam keluarga. St. Yusuf doakanlah kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply