Homili 6 April 2017

Hari Kamis, Pekan Prapaskah ke-V
Kej 17:3-9
Mzm 105:4-5.6-7.8-9
Yoh 8:51-59

Tuhan tidak melupakan janji-Nya!

Ingatlah janji-janjimu kepada sesamamu pada hari ini. Sekarang, berhentilah sejenak dan bertanyalah dalam hatimu: Apakah anda sudah menepati janjimu? Kalau anda menepati janjimu maka syukurilah. Pertanyaan lain: Apakah anda sudah mengingkari janjimu? Mungkin anda sempat mencari-cari alasan untuk membenarkan diri, misalnya lupa, sibuk dan alasan-alasan lainnya. Semuanya ini sangat manusiawi dan membantu kita untuk belajar. Tetapi dengan besar hari anda harus berani menyesal dan mengungkapkannya dengan jujur. Dengan demikian anda tidak perlu membohongi dirimu sendiri. Sekarang pikirkanlah janji-janjimu yang lain. Bapa dan ibu yang menikah dan masih hidup bersama dengan pasanganmu, apakah anda setia menjalani janji pernikahanmu atau mengingkari dan tidak setia lagi. Bagi kami yang memiliki janji imamat dan kaul-kaul kebiaraan juga memeriksa batin, apakah kami setia pada janji-janji yang kami sudah ikrarkan secara publik atau kami malah mengingkarinya dengan sadar tanpa ada rasa bersalah dalam hati kami. Bagi para pejabat publik boleh memeriksa batin, apakah sumpah jabatannya sudah dilakukan sepenuhnya atau mengingkarinya demi kepentingan pribadi, kelompok dan partai tertentu. Hidup kita akan berubah menjadi indah kalai sumpah dan janji itu kita lakukan dengan sepenuh hati.

Kita mendengar Sabda Tuhan dari bacaan pertama tentang sebuah keteladanan yang luar biasa dari Tuhan Allah bagi manusia. Ketika itu Ia menampakkan diri-Nya kepada Abram. Abram mengenal-Nya maka ia berlutut dan menyembah. Tuhan Allah lalu mengikat perjanjian dengannya. Isi perjanjiannya adalah: Abraham akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Tandanya adalah adanya perubahan nama dari Abram menjadi Abraham. Tuhan akan membuatnya beranak cucu sangat banyak; ia akan dibuat oleh Tuhan menjadi bangsa-bangsa. Raja-raja akan berasal dari keturunannya.

Tuhan Allah tidak hanya mengadakan perjanjian dengan Abraham saja tetapi perjanjian ini mengikat seluruh keturunan Abraham di masa depan. Sebab itu perjanjian Tuhan ini bersifat kekal. Tuhan akan menjadi Allah bagi Abraham dan keturunannya.Tuhan juga berjanji untuk memberikan tanah Kanaan kepada Abraham dan keturunannya selama-lamanya.Dengan demikian, Tuhan tetap menjadi Allah bagi mereka. Perjanjian ini harus tetap dipegang teguh oleh Abraham dan keturunannya.

Para peziarah yang berdatangan dari luar Yerusalem mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan karena mengalami kasih dan kebaikan Tuhan. Kasih dan kebaikan Tuhan adalah buah dari janji Tuhan untuk tetap tinggal bersama umat-Nya. Sebab itu mereka berkata: “Selama-lamanya Tuhan ingat akan perjanjian-Nya.” Apa yang harus mereka lakukan di Yerusalem? Mereka mencari Tuhan dengan wajah-Nya yang kudus dan segala kekuatan-Nya. Semua perbuatan-perbuatan ajaib dilakukan-Nya, segala mukjizat dan ketetatapan-Nya diucapkan dengan sempurna kepada umat kesayangan-Nya. Mereka semua adalah keturunan Abraham yang sudah terikat dengan perjanjian Tuhan. Perjanjian Tuhan terikat bagi setiap orang di seluruh bumi. Untuk itu setiap orang yang merasakan perjanjian Tuhan diharapkan supaya tidak mengeraskan hatinya, tetapi membuka diri untuk mendengar suara Tuhan.

Masa prapaskah adalah kesempatan bagi kita untuk membenahi diri. Proses membenahi diri pertama-tama adalah dengan melihat segala janji yang kita ucapkan sesuai panggilan dan profesi kita masing-masing. Apakah kita setia selalu dalam menepati segala janji kita? Kita sebagai orang yang dibaptis setia dalam menghayati janji-janji baptis kita? Bapa dan ibu setia dalam menghayati janji perkawinan? Para imam dan biarawan-biarawati setia menghayati janji imamat dan kaul-kaul kebiaraan? Para pejabat publik setia dalam menghayati sumpah jabatannya? Mari kita memeriksa batin dan membenahi diri kita masing-masing.

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut untuk selama-lamanya. Ia menunjukkan diri-Nya sebagai Mesias yang datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Namun orang-orang pada zaman-Nya tidak menerima kehadiran-Nya. Orang-orag di kampung halaman-Nya kecewa dan menolak Dia. Orang-orang kebanyakan melihat tanda-tanda, mendengar pengajaran-Nya tidak mendengar Yesus karena hatinya keras.

Bentuk-bentuk penolakan terhadap Yesus dilakukan oleh orang-orang Yahudi saat itu. Mereka menganggap-Nya kerasukan setan. Mereka membandingkan Yesus dengan Abaham dan para nabi yang sudah mati. Sebab itu mereka berani mempertanyakan jati diri Yesus, kira-kira Dia itu sebanding dengan siapa. Orang-orang Yahudi saat itu memang memiliki mata namun tidak melihat, memiliki telinga namun tidak dapat mendengar. Mereka sulit untuk menerima Yesus dalam hidup mereka.

Apa yang Yesus lakukan dalam situasi yang sulit ini? Ia membuka mata dan hati mereka supaya percaya kepada-Nya sebagai Anak Allah. Ia mengaku bahwa Bapa memuliakan diri-Nya sebagai Anak. Dia juga membuka pikiran mereka bahwa Ia lebih dahulu ada sebelum Abraham ada. Namun demikian orang-orang saat itu tetap menutup dirinya terhadap janji Tuhan bagi mereka.

Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk memandang Yesus sebagai kepenuhan janji Allah bagi kita. Ia berjanji untuk menunjukkan kasih setia-Nya bagi manusia dengan mengutus Yesus Putera-Nya yang tunggal supaya baransiapa percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal. Kita semua merindukan hidup kekal bersama Yesus. Mari kita kembali kepada-Nya. Mari kita berjanji untuk setia dalam mengikuti-Nya dari dekat sampai tuntas.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply