Homili 26 April 2017

Hari Rabu, Pekan Paskah II
Kis 5:17-26
Mzm 34 2-3.4-5.6-7.8-9
Yoh 3:16-21

Berani bersaksi tentang kebenaran

Ada seorang sahabat yang pernah mengatakan bahwa untuk menguji kesetiaan iman seseorang dapatlah kita bayangkan sebuah situasi seperti ini: “Kita semua sedang mengikuti sebuah perayaan Ekaristi meriah di sebuah gereja. Pada saat konsekrasi secara tiba-tiba ada gempa bumi yang seolah akan menghancurkan bangunan gereja. Pada saat seperti ini kita akan melihat siapa yang berteriak sambil lari keluar dari dalam gedung gereja untuk menyelamatkan dirinya. Kita juga akan menemukan pribadi-pribadi yang tidak takut mati karena mencintai Tuhan Yesus Kristus.” Mungkin contoh seperti ini terlalu ekstrim namun baik untuk kita renungkan sebagai pengikut Kristus.

Pada hari ini kita mendengar kisah para rasul yang berani bersaksi tentang sebuah kebenaran yakni kebangkitan Kristus. Mereka adalah Petrus dan Yohanes yang secara terang-terangan mewartakan kebangkitan Yesus Kristus di hadapan banyak orang. Sebab itu para imam besar Yahudi dan pengikut-pengikutnya yakni kaum Saduki di Yerusalem menaruh rasa bencinya kepada mereka. Mereka menangkap kedua murid Yesus itu dan memenjarakan mereka. Semua orang di Yerusalem menyaksikan tindakan yang tidak adil ini. Namun ada satu hal yang menakjubkan yakni kedua murid ini tidak memberontak. Mereka siap untuk dipenjarakan karena mencintai Tuhan Yesus Kristus.

Dikisahkan bahwa pada malam harinya, secara ajaib, seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara dan mengeluarkan mereka dari dalam penjara. Malaikat itu masih berpesan kepada mereka begini: “Pergilah, berdirilah di Bait Allah, dan beritakanlah seluruh Firman hidup itu kepada orang banyak”. Para murid mentaati kehendak Tuhan melalui malaikat itu sehingga sebelum matahari terbit, mereka sudah berada di dalam Bait Allah untuk mengajar. Kita dapat membayangkan para murid ini benar-benar berani mati. Apapun ancaman yang mereka hadapi, namun mereka tetap berani untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Sikap heroik semacam ini yang masih menjadi warisan istimewa dalam Gereja.

Apa yang dilakukan oleh para imam besar dan para pengikutnya? Mereka tentu tersinggung, marah, kesal. Inilah sikap manusawi yang mengusai mereka saat itu. Sebab itu mereka menyuruh para Mahkamah Agama untuk mengambil rasul-rasul itu untuk dipenjarakan. Namun hal yang mengherankan mereka adalah pintu-pintu penjara tetap terkunci dengan sangat rapi, para pengawal juga tetap ada tetapi rasul-rasul itu tidak berada di dalam kamar tahanan. Hal yang menggemparkan mereka adalah para rasul itu sudah berada di dalam Bait Allah untuk mengajar. Kedua rasul itu diambil kembali tanpa kekerasan karena mereka takut dengan orang-orang yang percaya kepada Tuhan.

Kisah kedua rasul ini membuka wawasan kita untuk mengerti lebih dalam lagi tentang makna kesetiaan kepada Kristus. Orang yang setia kepada Kristus akan melakukan apa saja, bahkan menyerahkan nyawanya untuk Kristus. Ia akan menjadi pribadi yang berani bukan penakut. Kita temukan sendiri dalam diri kedua rasul yakni Petrus dan Yohanes. Petrus sebelumnya menyangkal Yesus tiga kali, Yohanes juga memiliki ambisi untuk memimpin bersama Yakobus saudaranya. Namun, masa lalu adalah kesempatan untuk mengubah mereka menjadi baru dalam Kristus. Mereka memberi diri sampai tuntas karena kasih kepada Kristus.

Kasih mendapat tempat istimewa dalam masa paskah ini. Dalam percakapan dengan Nikodemus, Tuhan Yesus mengungkapkan kasih Allah yang tiada batasnya bagi manusia di dunia ini. Ia berkata: “Sebab begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Tuhan Allah tidak hanya mengatakan tentang kasih tetapi kasih dalam perbuatan nyata. Mengasihi berarti memberi diri secara total. Tuhan Allah Bapa memberi Anak-Nya yang tunggal supaya mereka yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Yesus adalah utusan yang tepat bukan untuk menghakimi melainkan untuk menyelamatkan.

Hal lain yang juga menarik perhatian kita adalah Yesus mengungkapkan diri-Nya sebagai terang dunia. Orang tidak bersama Yesus adalah mereka yang berada dalam kegelapan. Ia mengatakan: “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat” (Yoh 3:19). Hanya orang yang melakukan kebenaran yang dapat menunjukkan terang sejati. Perbuatan-perbuatan mereka benar-benar dilakukan di dalam Allah.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia mengarahkan kita melalui sabda-Nya untuk berani bersaksi tentang kebangkitan Kristus Putera-Nya kepada semua orang. Kristus yang kita wartakan adalah kasih yang menyelamatkan semua orang. Apakah anda juga siap dan berani seperti para murid Yesus yang mewartakan kebangkitan-Nya? Apakah anda siap menderita karena mencintai Kristus?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply