Homili 2 Mei 2017

Hari Selasa, Pekan Paskah III
St. Athanasius, Uskup dan Pujangga Gereja
Kis 7:51-8:1a
Mzm 31:3c-4.6ab.7b.8a.17.21ab
Yoh 6:30-35

Berpasrah kepada Allah

Pada hari ini kita mengenang St. Athanasius, Uskup dan Pujangga Gereja. Beliau lahir di Alexandria pada tahun 297 dan meninggal dunia pada tanggal 2 Mei 373. Pada tahun 318 beliau ditahbiskan sebagai Diakon dan diangkat menjadi sekretaris Uskup Alexandria. Ia bersahabat dengan St. Antonius Abas, maka dia juga akhirnya menjadi seorang pertapa. Ia kemudian diangkat menjadi uskup di Alexandria. Ia meninggal dunia pada tanggal 2 Mei 373. Selama hidupnya Athanasius dikenal sebagai pembela terbesar ajaran Gereja Katolik tentang Tritunggal Mahakudus dan Misteri Inkarnasi. Ia juga merupakan Bapak Ortodoksi karena kegigihannya dalam mempertahankan ajaran Gereja Katolik yang diserang oleh para bidaah.

Sambil mengenang kegigihan St. Athanasius, kita juga berjumpa dengan St. Stefanus, Martir pertama di dalam Gereja Katolik. Ketika para rasul mengalami kesulitan dalam melayani Sabda Tuhan di Yerusalem, mereka menyempatkan diri untuk mengangkat para pelayan (Diakonos) untuk melayani para janda dan kaum miskin, juga melayani meja. Stefanus adalah salah satu dari tujuh daikon terpilih. Ia terkenal baik dan penuh dengan Roh Kudus. Ia mempertanggungjawabkan imannya di hadapan sidang Mahkamah Agama Yahudi. Ia berkata: “Hai orang-orang yang keras kepala, yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus; sama seperti nenek moyangmu demikian juga kamu.” Stefanus mengingatkan mereka akan sikap nenek moyang mereka yang membunuh para nabi padahal mereka inilah yang menubuatkan tentang kedatangan orang benar yakni Yesus Kristus. Yesus yang sama telah dibunuh oleh mereka.

Perkataan Stefanus ini menimbulkan amarah yang besar. Mereka menyerbu dan melemparinya dengan batu hingga tewas. Sebelumnya ia masih sempat menengadah ke langit untuk berdoa dan melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Dalam keadaan sekarat Stefanus masih berdoa: “Ya Tuhan Yesus, terimalah Rohku dan janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka.” Stefanus meninggal dunia sebagai Martir. Saulus memberi kesaksian bahwa Stefanus meninggal sebagai martir.

Mengikuti Yesus Kristus dari dekat bukanlah hal yang mudah. Setiap orang perlu berani untuk mempertahankan iman dan kasih-Nya kepada Tuhan Yesus Kristus. Orang harus berani berpasrah kepada Tuhan, dengan memikul salibnya, menyangkal dirinya dan mengikuti Yesus Kristus dari dekat. Tuhan Yesus sendiri menunjukkan diri sebagai martir agung. Ia mencurahkan darah-Nya yang mulia untuk keselamatan kita. Ia juga mengampuni semua orang yang membunuh-Nya. Ia sungguh berpasrah kepada kehendak Bapa.

Sikap hidup Yesus ini benar-benar diikuti oleh diakon Stefanus. Ia mempertanggungjawabkan imannya di hadapan manusia namun darahnya yang mahal menjadi taruhannya. Ia dilempari dengan batu, namun masih tegar untuk mempertahankan imannya. Ia masih melihat Yesus dan mengikutinya ke surga. Ia juga serupa dengan Yesus ketika berusaha untuk mengampuni orang-orang yang membunuhnya.

Dalam bacaan Injil kita mendengar banyak orang yang datang kepada Yesus  meminta tanda yang dapat Yesus tunjukkan sebagai bukti bahwa Dia sungguh Anak Allah. Lebih lagi mereka mengingat kembali mukjizat yang baru dilakukan Yesus, dengan menggandakan roti dan ikan sehingga mereka dapat makan sepuasnya. Namun ada di antara mereka yang selalu mencari cela untuk menjatuhkan Yesus. Mereka berdalih bahwa nenek moyang mereka sudah makan mana di padang gurun.

Yesus mengingatkan mereka bahwa peristiwa yang dialami nenek moyang mereka dengan memakan mana yang turun dari surga, bukanlah pemberian Musa melainkan pemberian dari Bapa sendiri. Bapa di surga murah hati dan memberi roti yang benar dari surga. Roti yang dari Allah adalah roti yang turun dari Surga dan yang memberi hidup kepada manusia.

Yesus menunjukkan wajah Bapa yang murah hati. Ia senantiasa memberikan pertolongan kepada anak-anak-Nya tepat pada waktunya. Apa saja yang dibutuhkan anak-anak-Nya diberikan-Nya dengan penuh kasih. Tuhan memberi Roti supaya manusia dapat hidup. Tuhan memberi Roti, yang tidak lain adalah Tubuh Yesus Putera-Nya. Dialah Roti Hidup! Dengan demikian barangsiapa yang datang kepada Yesus tidak akan lapar lagi. Barangsiapa yang percaya kepada Yesus tidak akan haus lagi.

Allah Bapa selalu murah hati kepada semua orang. Kita perlu syukuri kasih dan kebaikan Allah Bapa bagi kita. Tuhan hanya meminta supaya kita datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya. Orang yang datang mendekati Tuhan akan kenyang, orang yang percaya kepada-Nya akan mendapat kepuasan sehingga tidak haus lagi.

Belajar dari St Stefanus, marilah kita berusaha untuk berpasrah kepada Tuhan. Marilah kita hidup dalam Roh dan siap memberi diri kepada Tuhan dan sesama kita. Mari kita bermurah hati seperti Bapa di Surga.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply