Food For Thought: Pembenci itu…

Terima kasih para pembenciku!

Ada seorang pemuda pernah membagi pengalamannya di tempat kerja. Ia merasa bersyukur sebab ia boleh memulai kariernya langsung setelah menyandang sebutan “fresh graduated”. Ia sendiri memiliki banyak bakat, skill dan berkepribadian yang baik. Itulah sebabnya ia mudah beradaptasi dan dalam waktu singkat ia menjadi leader bagi teman-temannya yang lain di tempat kerjanya. Tentu saja banyak orang memberi jempol tanda setuju dan menyukai keberadaannya tetapi ada juga yang memberi jempol terbalik tanda tidak menyukainya. Ia juga cepat mendapat promosi di tempat kerjanya karena ia memiliki andil yang besar untuk kebaikan perusahaan. Hasilnya dirasakan oleh banyak orang. Tentu saja ia senang karena kariernya berkembang, ada kepercayaan dari managemen perusahaan baginya untuk melanjutkan serta meningkatkan semua kualitas pekerjaannya.

Kepercayaan dari managemen perusahaan terhadapnya memang sangat besar. Namun demikian ia merasa bahwa musuh-musuhnya juga makin banyak. Banyak rekan-rekan kerjanya tidak menyukainya. Apalagi dia berasal dari etnis tertentu dan masuk kategori minoritas. Banyak rekan-rekan kerjanya sangat rasis. Dengan demikian dia sempat mengisolasikan dirinya. Namun ketika membicarakannya dengan seorang pastor, ia mendapat saran untuk tetap bertahan dan berusaha untuk menunjukkan prestasi. Ia harus berani untuk menunjukkan kebenaran dan keadilan. Ia pun bertahan dan hendak menunjukkan kualitas kerjanya.

Banyak di antara kita mungkin memiliki pengalaman yang mirip. Ada saja kesulitan yang datang silih berganti dalam hidup kita. Ada rasa benci dan iri hati. Apa yang harus kita lakukan? Kita harus melihat bahwa tantangan atau kesulitan dalam hidup ini merupakan kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi. Kalau kita tidak melihatnya sebagai kesempatan maka kita tidak akan bertahan. Lihatlah dalam masyarakat kita, banyak orang yang dapat mengatasi persoalan dengan hidup lebih tenang. Namun ada juga yang berubah perilakunya sehingga menjadi tidak focus, gagal paham dan lainnya sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain.

Paulo Coelho pernah berkata: “Para pembenci sesungguhnya adalah pengagum-pengagum yang yang bingung dan tidak paham mengapa orang-orang menyukai kita”

Kata-kata ini bagi saya sangat super. Para pembenci selalu ada bersama kita. Kita patut berterima kasih kepada para pembenci kita karena mereka sebenarnya adalah pengagum diri kita, hanya mereka malu untuk mengatakan apa adanya kepada kita. Apakah anda seorang pembenci? Apakah anda pernah merasa malu karena membenci?

Terima kasih para pembenciku. Terima kasih para pembencimu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply