Homili Hari Kenaikan Tuhan Yesus/A – 2017

Hari Raya Kenaikan Tuhan/A
Kis 1:1-11
Mzm 47:2-3.6-7.8-9
Ef 1:17-23
Mat 28:16-20

Aku menyertai kamu senantiasa

Pada hari ini kita merayakan hari Raya Tuhan Yesus naik ke Surga. Perayaan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus ini mengingatkan kita bahwa sudah empat puluh hari kita merayakan Paskah. Banyak di antara kita mengatakan bahwa waktu berjalan begitu cepat sehingga tidak terasa kita tiba juga pada hari yang ke-empat puluh ini. Katekismus Gereja Katolik mengingatkan kita akan perkataan Tuhan Yesus berikut ini: “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yoh 12:32). Ditinggikan pada salib berarti pula ditinggikan waktu kenaikan ke surga dan peninggian pada salib sekaligus memaklumkan kenaikan ke surga itu. Itulah permulaannya. Yesus Kristus, Imam tunggal perjanjian baru dan abadi, “bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia… tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita” (Ibr 9:24). Dalam surga Kristus melaksanakan imamat-Nya secara terus-menerus. “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi pengantara mereka” (Ibr 7:25). Sebagai “imam besar untuk hal-hal baik yang akan datang” (Ibr 9:11), Ia adalah pusat dan selebran utama liturgi yang menghormati Bapa di surga (Why 4:6-11) [GK, 662].

Tuhan Yesus bangkit dengan mulia, menampakkan diri-Nya kepada para murid dan tinggal bersama mereka selama empat puluh hari. Pada akhir masa ini, Tuhan Yesus dalam segala kemanusiaan-Nya masuk ke dalam kemuliaan Allah. Kitab Suci menggungkapkan hal ini melalui gambaran “awan” dan “surga” atau langit. Kita sebagai manusia berusaha untuk mendapat tempat dalam Allah. Kita semua percaya bahwa Ia naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Dari situ Ia sendiri akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Ini adalah ungkapan iman dan kepercayaan yang kita akui dengan bangga sebagai pengikut Kristus sendiri. Kita mengingat kembali Katekismus Gereja Katolik yang mengajarkan begini: “Sekarang Kristus duduk di sisi kanan Bapa: “Dengan ungkapan ‘di sisi kanan Bapa’ kita mengerti kemuliaan dan kehormatan Allah di mana Putera Allah yang sehakikat dengan Bapa, hidup sejak kekal dan di mana Ia sekarang, setelah dalam waktu terakhir Ia menjadi daging, juga duduk secara badani, karena daging-Nya turut dimuliakan” (Yohanes dari Damaskus, f. o. 4,2). [KGK, 663].

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Raya kenaikan Tuhan ini mengarahkan kita semua pada Yesus Kristus Tuhan kita. Di dalam bacaan pertama kita mendengar kesaksian St. Lukas dalam Kisah Para Rasul. Yesus Kristus datang ke dunia untuk menghadirkan Kerajaan Allah melalui semua pekerjaan dan tanda-tanda heran dan juga segala perkataan yang diucapkan-Nya dalam segala pengajaran-Nya. Ia menderita, wafat dan bangkit dengan mulia. Ia menampakkan diri-Nya kepada para murid sebagai bukti bahwa Ia wafat dan bangkit dari kematian-Nya. Ia menampakkan diri berulang kali menandakan bahwa Ia hidup. Ia berbicara tentang Kerajaan Allah kepada para murid-Nya.

Yesus duduk dan makan bersama para murid-Nya. Ini benar-benar membuktikan bahwa Ia sungguh hidup di tengah-tengah mereka. Ia menyuruh mereka untuk tidak meninggalkan Yerusalem tetapi menunggu kedatangan Roh Kudus yang sudah dijanjikan Bapa melalui-Nya sebagai Anak. Para murid akan menerima kuasa dan menjadi saksi-saksi-Nya mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi. Para murid menyaksikan sendiri bagaimana Yesus naik ke Surga. Awan menutupi-Nya dari pandangan mereka. Mata mereka tetap menatap ke langit. Dikisahkan bahwa pada saat itu juga ada dua malaikat berpakaian putih mengatakan kepada para murid bahwa Yesus sudah naik ke Surga, tetapi Ia juga akan datang kembali.

St. Lukas memberikan gambaran tentang Tuhan Yesus naik ke Surga untuk mengatakan kepada kita bahwa hidup Kristiani akan bermakna ketika kita memiliki optimisme dan harapan untuk tinggal bersama Tuhan Yesus. Dengan mata yang terus menatap ke atas, kita melihat masa depan dengan optimisme dan penuh harapan bahwa Ia akan datang kembali dan membawa kita ke tempat di mana Ia berada. Kenaikan Yesus ke Surga membantu kita untuk selalu bersukacita sepanjang hidup ini. Kita bersukacita karena penebusan berlimpah yang boleh diberikan kepada kita. Pemazmur mengatakan: “Allah telah naik diiringi sorak sorai. Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala” (Mzm 47:6).

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus memohon supaya Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dengan demikian mata hati kita menjadi terang dan mampu mengerti tentang pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya. Dalam hal ini betapa kaya kemuliaan yang telah dijanjikan-Nya bagi para kudus dan hebatnya kuasa bagi orang-orang beiriman. Kekuatan yang diberikan Tuhan sesuai dengan daya kekuatan Allah yang membangkitkan Yesus Kristus dari kematian-Nya dan mendudukan Dia di sebelah kanan-Nya di dalam surga. Dengan demikian Yesus memiliki kuasa atas segala-galanya. Semua makhluk tunduk dan taat kepada-Nya. Berkaitan dengan ini, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Duduk di sebelah kanan Bapa berarti awal kekuasaan Mesias. Penglihatan nabi Daniel dipenuhi: “Kepada-Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap. Kerajaan-Nya tidak akan musnah” (Dan 7:14). Sejak saat ini para Rasul menjadi saksi-saksi “kekuasaan-Nya”, yang “tidak akan berakhir” (Syahadat Nisea-Konstantinopel). [KGK, 664).

Penginjil Matius dalam Injilnya mengatakan bahwa Yesus adalah Emanuel, artinya Allah beserta kita. Kita semua yakin bahwa perkataan Matius ini benar-benar menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Ia selalu hadir dalam hidup manusia. Pada akhir Injilnya, Matius sekali lagi mengulangi perkataan Yesus ini: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:20). Janji kasih dan penyertaan Tuhan Yesus ini dialami oleh para murid dalam menjalankan perutusan mereka. Tugas perutusan mereka adalah sebagai saksi Kristus. Mereka terlibat aktif dalam menghadirkan Kerajaan Allah. Yesus berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat 28:18-20).

Tuhan Yesus berjanji untuk tetap menyertai kita semua hingga akhir zaman. Ini adalah sebuah janji yang sudah sedang dialami oleh Gereja. Sejarah Gereja sudah membuktikan sendiri bahwa apapun penganiayaan, status sebagai minoritas bahkan sampai menjadi martir sekalipun, Ia tetap menyertai Gereja-Nya. Ia tidak pernah membiarkan Gereja berjalan sendiri tetapi Roh Kudus-Nya tetap menyertai dan menguatkan Gereja. Katekismus Gereja Katolik juga mengajarkan: “Kenaikan Kristus ke surga menggambarkan langkah masuk yang definitif dari kodrat manusiawi Yesus ke dalam kemuliaan Allah di surga, dari mana Ia akan datang kembali Bdk. Kis 1:11., tetapi untuk sementara tersembunyi bagi pandangan manusia Bdk. Kol 3:3. [KGK, 665]. Kini Dia menjadi satu-satunya pengantara kita kepada Bapa.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply