Homili 7 Juni 2017 (Injil untuk Daily Fresh Juice)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-IX
Tob. 3:1-11a,16-17a
Mzm. 25:2-4a,4b-5ab,6-7bc,8-9
Mrk. 12:18-27

 

Aku percaya akan kebangkitan orang mati!

Pada malam Paskah tahun ini saya merayakan misa bersama umat di sebuah stasi kecil, di pinggiran kota Dili, Timor Leste. Pada saat homili saya melontarkan pertanyaan ini kepada umat: “Apakah kalian percaya akan kebangkitan orang mati?” “Kami percaya”, jawab mereka serentak. Lalu saya bertanya lagi: “Mengapa malam hari ini kita semua mengakui percaya akan kebangkitan orang mati?” Mereka semua terdiam sejenak, ada yang saling berbisik satu sama lain. Tiba-tiba seorang remaja putri yang duduk di depan mengangkat tangan dan berkata: “Pastor, kita semua percaya akan kebangkitan orang mati sebab Tuhan Yesus sendiri telah bangkit dari kematian-Nya. Ia sekarang hidup selamanya maka kita juga pasti hidup seperti Dia karena kita percaya kepada-Nya”. Semua umat yang hadir memberi acungan jempol kepada remaja putri ini karena mereka yakin bahwa jawabannya itu super benar. Memang, remaja putri itu mungkin belum pernah membaca Katekismus Gereja Katolik, namun jawabannya itu sebenarnya merupakan intisari dari Katekismus Gereja Katolik (KGK, 988-991). Ini adalah pengalaman malam paskah yang indah dan membahagiakan kami semua.

Pada masa hidup Yesus, ada dua kelompok masyarakat Yahudi yang selalu berhadapan dengan pertanyaan ini: “Apa yang terjadi setelah kita meninggal dunia?” Kelompok pertama adalah kaum Farisi yang menegaskan bahwa mereka percaya akan kebangkitan orang mati. Dasar pemikiran mereka adalah teks-teks Kitab Suci yang menggambarkan adanya kehidupan setelah kematian (Yes 26:19; Dan 12: 2-3; 2Mak 7:9; 12:43-46). Konsep kaum Farisi tentang kebangkitan orang mati adalah adanya kelanjutan hidup di dunia dengan hidup kekal. Namun hidup kekal jauh lebih membahagikan dan penuh dengan kesuburan. Kelompok kedua adalah kaum Saduki yang mengakui dirinya sebagai orang-orang yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Mereka menyangkal adanya kebangkitan orang mati sebab mereka hanya mendasarkan kepercayaan mereka pada Kitab Taurat Musa (Pentateuk), di mana di dalamnya tidak disebutkan tentang adanya kebangkitan orang mati.

Bacaan Injil hari ini menampilkan kehadiran kaum Saduki yang berpendapat bahwa tidak ada kebangkitan orang mati. Mereka memberi sebuah kasus perkawinan Levirat yang terjadi dalam sebuah keluarga. Mereka berdalil: “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.” (Mrk 12: 19). Untuk lebih jelas maka mereka memberikan sebuah contoh yakni ada tujuh bersaudara yang mengawini seorang wanita dengan maksud mendapatkan keturunan tetapi nyatanya tidak meninggalkan keturunan, hingga wanita itu pun mati. Pertanyaan penting bagi mereka: “Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia” (Mrk 12:23).

Tuhan Yesus hebat! Ia memberikan sebuah pernyataan retorik kepada kaum Saduki dengan berkata: “Kalian sesat, justru karena kalian tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah” (Mrk 12:24). Ini merupakan pernyataan Yesus yang menyulitkan mereka. Mereka memiliki kompetensi untuk menfasir Kitab Suci, namun dalam hal kebangkitan orang mati mereka menunjukkan ketidakmampuan diri mereka. Untuk membuka wawasan mereka tentang kebangkitan orang mati maka Tuhan Yesus memeberikan ide cemerlang yang tentunya tidak berlawanan dengan kenyataan di dalam Kitab Suci. Kebangkitan orang mati bukan re-animasi jenasah orang yang sudah meninggal dunia atau menghidupkan kembali orang-orang yang sudah berada di liang kubur sebagaimana diyakini orang-orang Farisi tertentu.

Kebangkitan orang mati bagi Yesus adalah sebuah transformasi tubuh jasmani menjadi sebuah ciptaan yang baru yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan Allah sendiri. Maka Tuhan Yesus mengatakan bahwa di masa kebangkitan orang mati, orang tidak kawin dan dikawinkan. Mereka justru hidup seperti malaikat di Surga. Tubuh mereka kekal, immortal atau tidak dapat mati lagi. Hubungan perkawinan pun tidak ada lagi. Tubuh manusia yang fana akan mengalami transformasi menjadi tubuh ilahi supaya dapat berpartisipasi dalam kehidupan ilahi. Perkataan Yesus ini sekaligus merupakan undangan bagi mereka dan kita yang mendengar Injil hari ini untuk semakin beriman kepada Tuhan dan kuasa ilahi-Nya yang terungkap di dalam Kitab Suci.

Pada akhirnya Tuhan Yesus juga membuka wawasan mereka untuk mengerti pengalaman Musa di padang gurun (Kel 3:6), ketika Tuhan sendiri mewahyukan diri-Nya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Dan Yesus melanjutkan: “Allah bukanlah Allah orang mati melainkan Allah orang hidup.” Bagi Yesus, kaum Saduki benar-benar sesat! Yesus berhasil membuka wawasan mereka dan saya yakin beberapa orang Saduki yang mencobai Yesus ini akan takjub dengan jawaban cerdas Yesus.

Kita kembali kepada pengalaman pada malam paskah dan jawaban cerdas dari remaja putri yang mirip dengan ajaran Katekismus Gereja Katolik bahwa kita percaya akan kebangkitan orang mati karena Tuhan Yesus Kristus telah bangkit dan kita berpartisipasi dalam kehidupan ilahi-Nya. St. Paulus mengatakan: “Dan Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu…” (1Kor 15:17). Kenyataannya, Yesus sudah bangkit maka iman kita haruslah semakin kuat kepada-Nya. Kita tidak percaya sia-sia, tetapi kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kapan kita akan mengalami kebangkitan dan kehidupan kekal? Ketika kita mati. St. Theresia dari Avila pernah berdoa: “Aku ingin melihat Allah, dan untuk melihat- Nya aku harus mati”.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau mengajar kami untuk percaya kepada Allah orang hidup bukan Allah orang mati. Semoga hari ini kami membaharui iman kami untuk menjadi semakin serupa dengan Engkau sendiri yang sudah bangkit dengan mulia dan berpartisipasi dalam kehidupan ilahi-Mu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply