Homili Hari Minggu Biasa ke-XII/A

Hari Minggu Biasa ke-XII/A
Yer. 20:10-13
Mzm. 69:8-10,14,7,33-35
Rm. 5:12-15
Mat. 10:26-33

Jangan Takut!

Ada seorang pemuda yang pernah mampir di komunitasku. Ia meminta waktuku untuk mendoakannya sebab ia sedang memiliki banyak persoalan hidup di dalam keluarga dan di tempat kerjanya. Usai mendoakannya, ia berkesempatan untuk membagikan pengalamannya kepadaku. Ia merasa bahwa Tuhan tidak mendengarkan doa-doanya padahal ia setia mendoakan novena, berziarah ke tempat-tempat ziarah terkenal, namun masalah-masalah kehidupan tetap datang silih berganti. Ia merasa seakan tidak memiliki masa depan lagi. Sebab itu ia memohon supaya saya dapat mendoakan dan memberkatinya. Saya mendengar dengan penuh perhatian semua cerita kehidupannya ini. Saya mengajaknya untuk tetap berdoa dan berpasrah kepada Tuhan. Semoga segala kecemasan dan ketakutannya tidaklah menghalanginya untuk bertumbuh. Harapan saya adalah sebaiknya ia jangan takut terhadap masa depannya. Dia juga tidak sekedar menjadi penakluk tetapi harus menjadi penguasa hidupnya bersama Tuhan.

Banyak kali kita mengalami hidup seperti orang muda ini. Nada-nada pesimisme dapat saja menguasai hidup kita kapan dan di mana saja kita berada. Akibatnya, Tuhan bukan lagi menjadi sahabat tetapi sebaliknya menjadi musuh. Namun demikian, apakah kita mesti bertahan dengan situasi seperti ini di hadapan Tuhan dan sesama? Saya kira tidak harus demikian. Kita harus bertumbuh dalam iman dan kepercayaan yang lebih kuat bahwa Tuhan kita itu jauh lebih agung dari semua kesulitan dan masalah-masalah kehidupan.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengantar kita untuk bertumbuh sebagai pribadi yang memiliki iman yang dewasa. Iman yang dewasa dalam arti ketika mengalami kesulitan dan aneka masalah-masalah kehidupan, tidak mudah untuk menyerah tetapi tetap berani untuk mengatasi kesulitan hidup. Dalam bacaan pertama kita mendengar nabi Yeremia membagi pengalaman rohaninya tentang penderitaan dan kemalangan. Ia merasakan kegentaran yang datang dari segala jurusan. Ada suara yang mengatakan: “Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!” Ia juga merasa bahwa semua sahabat karibnya mengintainya dan berpikir apakah ia dapat tersandung dan jatuh: “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia” (Yer 20:10).

Dalam situasi yang menakutkan ini, Yeremia merasa membutuhkan Tuhan. Ia kembali kepada Tuhan dan berharap kepada-Nya. Sebab itu ia berkata: “Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa” (Yer 20:11). Yeremia bahkan mengakui bahwa pengalaman hidupnya ini adalah sebuah ujian dari Tuhan. Tuhan melihat batin dan hatinya. Pengalaman nabi Yeremia ini haruslah menjadi pengalaman keseharian kita. Setiap pengalaman yang menakutkan haruslah menjadi kesempatan bagi kita untuk menata diri kita supaya tidak takut karena Tuhan selalu menyertai kita. Masalahnya adalah kita lebih mudah menyerah kepada segala persoalan kehidupan kita, padahal Tuhan kita jauh lebih agung dari semua masalah kehidupan kita. Dialah yang senantiasa menyertai kita hingga akhir zaman.

Dalam bacaan Injil kita mendengar kelanjutan dari wejangan Yesus kepada kedua belas murid terpilih. Mereka akan melakukan semua pekerjaan Yesus yakni melepaskan segala penyakit dan kelemahan dan mengusir setan-setan. Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus sebagai tanda hadirnya Kerajaan Allah di dunia ini. Namun Yesus juga sudah mengisyaratkan mereka tentang aneka penderitaan yang akan mereka alami. Tentu isyarat semacam ini menakutkan sekaligus menguatkan mereka. Misalnya: “Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Mat 10: 22).

Yesus tahu bahwa para murid-Nya akan mengalami ketakutan tertentu. Ada empat ungkapan sekaligus Yesus yang berhubungan dengan rasa takut dalam diri para murid. Pertama, supaya jengan membiarkan diri kita diintimdasi oleh rasa ketakutan (Mat 10:26). Kedua, supaya kita jangan takut terhadap orang yang membunuh tubuh tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa (Mat 10:28). Ketiga, supaya kita seharusnya takut kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun badan di dalam neraka (Mat 10:28). Keempat, supaya kita jangan takut terhadap segala sesuatu (Mat 10:31). Pesan-pesan Yesus ini hendaknya menguatkan iman kita supaya jangan bermental penakut.

Kita seharusnya memiliki rasa takut akan Allah (Sir 34:14). Sesunggunya takut akan Allah bukan hanya permulaan kebijaksanaan (Mzm 111:10) tetapi juga iman yang menuntun kita kepada kasih. Ketika kasih itu menjadi sempurna maka dapat melenyapkan semua ketakutan di dalam hidup kita (1Yoh 4:18). Kita perlu bersyukur karena Tuhan sendiri menganugerahkan rahmat ketidaktakutan. Sebab itu kita seharusnya membaharui penguatan yang kita terima dari Tuhan (Yes 11:2-3). Kita juga bertumbuh dalam iman melalui mendengar dengan baik semua perkataan Tuhan (Rom 10:17) dan bertumbuh dalam kasih melalui proses pemurnian diri kita dengan taat kepada kebenaran (1Ptr 1:22).

St. Paulus dalam bacaan kedua memberikan aroma optimisme kepada kita semua yang sering dilanda rasa ketakutan. Paulus mengambil contoh bagaimana Adam jatuh ke dalam dosa dan menyebabkan semua orang mengalami dosa asal. Dosa satu orang menyebabkan semua orang berdosa. Namun demikian, kasih karunia Allah itu jauh lebih besar dari segala dosa yang kita lakukan. Dengan demikian penebusan berlimpah menjadi milik semua orang yang percaya kepada-Tuhan Allah melalui Yesus Kristus. Tuhan Allah sendiri mengaruniakan Yesus sebagai kasih karunia yang menyelamatkan kita. Lebih jelas, St. Paulus berkata: “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab jika karena pelanggaran satu orang, semua orang telah jatuh ke dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan atas semua orang karena satu orang yaitu Yesus Kristus” (Rom 5:15).

Pada hari ini kita semua perlu membaharui diri kita di hadapan Tuhan dan sesama. Kita membaharui semua komitmen kita untuk tidak merasa takut tetapi berpasrah, menyerahakan diri secara total kepada Tuhan dan seluruh kehendak-Nya. Jangan takut!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply