Homili 20 Juli 2017

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XV
Kel 3:13-20
Mzm 105: 1.5.8-9.24-25.26-27
Mat 11: 28-30

Anda orang merdeka!

Ada seorang sahabat yang pernah membagikan pengalamannya dalam sebuah rekoleksi bersama. Ia mengaku sangat mengagumi ayahnya. Ia selalu memulai suatu pekerjaan dari hal yang paling kecil dan sederhana hingga menjadi besar dan berguna bagi seluruh keluarganya. Ayahnya tidak pernah mengeluh bahwa ia lelah atau super sibuk saat melakukan suatu pekerjaan. Ia selalu memiliki waktu untuk keluarga sebab itu semua anggota keluarga sungguh-sungguh merasakan kehadirannya. Pada suatu kesempatan sahabat ini mengatakan rasa kagum kepada ayahnya karena menunjukkan teladan yang terbaik sebagai seorang ayah dalam keluarga. Sang ayah hanya tersenyum dan sambil menepuk bahunya, ia berkata: “Nak, kita ini adalah orang merdeka. Kalau kita merasa sebagai orang merdeka maka selalu bersyukur kepada Tuhan sebab Dialah yang memerdekakan kita”. Kata-kata ini tidak pernah dilupakannya selama hidupnya karena memiliki power yang luar biasa.

Pada hari ini kita mendengar kisah Injil yang menarik perhatian. Tuhan Yesus bersabda: “Datanglah kepada-Ku kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28). Tuhan Yesus adalah utusan Allah Bapa yang datang ke dunia untuk memerdekakan kita dari belenggu dosa dan kelaliman. Ia mengundang semua orang yang letih dan lesu dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya. Orang-orang yang letih dan lesu itu memang mengalaminya sesuai dengan realita hidup mereka yang nyata. Orang-orang yang letih dan lesu juga mewakili orang-orang yang berada di bawah tekanan karena tafsiran para ahli Taurat dan kaum Farisi yang berlebihan terhadap hukum Taurat. Mereka menafsirkannya untuk orang lain, membebani orang lain. Para ahli Taurat dan kaum Farisi berada di zona nyaman. Tuhan Yesus sendiri mendeskripsikan para ahli Taurat dan kaum Farisi seperti ini: “Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak menyentuhnya” (Mat 23:4).

Selanjutnya Tuhan Yesus menunjukkan kereahiman-Nya kepada manusia. Ia berkata kepada orang-orang yang datang kepada-Nya: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati. Maka hatimu akan mendapat ketenangan. Sebab enaklah kuk yang Kupasang dan ringanlah beban-Ku” (Mat 11:29-30). Di sini, Tuhan Yesus tidak hanya mengundang supaya datang kepada-Nya. Ia juga meminta kita untuk datang dan belajar pada-Nya.

Apa yang Tuhan Yesus kehendaki bagi kita saat ini?

Pertama, Ia meminta kita untuk memikul kuk yang dipasang-Nya dan belajar pada-Nya. Kuk adalah alat yang menghubungkan dua atau lebih lembu menjadi satu untuk membantu membajak sawah dan ladang. Kuk juga menjadi simbol penindasan (1Raj 12:4; Kis 15:10). Kuk terbuat dari palang kayu melambangkan perbudakan dan membawa pekerjaan yang sangat berat. Para ahli Taurat dan kaum Farisi memberikan kuk kesombongan dan sangat memberatkan. Sedangkan Tuhan Yesus mengatakan bahwa kuk yang dipasang-Nya itu enak dan ringanlah beban yang dipikul-Nya.

Kedua, Tuhan Yesus mengundang kita untuk belajar dari pada-Nya. Kita memandang-Nya dan mempelajari kebajikan-kebajikan yang ditunjukkan-Nya yakni kelembutan hati dan kerendahan hati-Nya. Kita belajar dari Yesus yang lemah lembut dan rendah hati dan kita berdoa supaya Ia juga mengubah hati kita menjadi semakin serupa dengan hati-Nya. Kelembutan hati dan kerendahan hati adalah kunci untuk bersatu dengan Tuhan Yesus. Kita tetap berjalan dalam jalan kekudusan sebab Tuhan Yesus menyertai kita semua hingga akhir zaman.

Perkataan Tuhan Yesus ini adalah perkataan yang memerdekakan kita sebagai manusia. Tuhan Yesus adalah Kebenaran sejati yang memerdekakan kita semua (Yoh 8:32). Beban dosa kita pun ditanggung-Nya. Ia tidak menghitung-hitung berapa besar dosa yang kita sudah lakukan. Ia melihat kualitas iman kita kepada Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus. Tuhan Yesus memerdekakan kita karena Ia memiliki kuk yang sama, ringan dan enak. Ia sebagai Tuhan mau berjalan bersama dengan orang berdosa dan menyelamatkannya.

Tuhan Yesus memerdekakan kita, mengapa kita begitu sulit memerdekakan sesama dari berbagai beban dosa yang membelenggunya? Kita harus berani berkata: “Anda adalah orang merdeka”. Tuhan Yesus sudah memerdekakan kita dari beban dosa dan kelaliman.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply