Homili Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria -2017

Pesta Kelahiran S.P Maria
Rom 8:28-30
Mzm 13: 6ab.6cd
Mat 1:1-16.18-23

Aku Bersukacita dalam Tuhan

Pada hari ini Gereja Katolik merayakan Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria. Di dalam Liturgi Gereja Katolik, kita memperingati hari kelahiran tiga pribadi yang penting dan sangat berpengaruh dalam hidup iman kita. Kita mengenang kelahiran St. Yohanes Pembaptis pada tanggal 24 Juni, kelahiran Bunda Maria pada hari ini 8 September dan kelahiran Yesus Kristus pada tanggal 25 Desember. Kita mengenang Yohanes Pembaptis, sebagai figur yang menyiapkan jalan bagi Tuhan. Seruan tobat dan pembaptisan di sungai Yordan merupakan cara Yohanes membawa orang untuk mengenal dan tinggal bersama Yesus sang Anak Domba Allah. Kita mengenang Bunda Maria sebab dia adalah figur yang selalu ada bersama dengan Tuhan Yesus, Puteranya. Memang tidak ada data-data biblis tentang kelahirannya, namun Gereja Katolik menjunjung tinggi tradisi-tradisi yang dapat dipakai sebagai sumber untuk mempertegas iman dan kepercayaan kita. Kita mengenang kelahirang Yesus Kristus, Putera Allah dan Putera Bunda Maria. Dialah satu-satunya Penebus kita. Semua kenangan ini selalu menunjukkan sukacita istimewa, lebih lagi berkaitan dengan penebusan yang berlimpah dalam diri Yesus Kristus.

Perayaan hari kelahiran Bunda Maria sendiri merupakan sebuah devosi populer yang dimulai sejak abad ke-VI Masehi. Perayaan ini dimulai di Yerusalem lalu menyebar ke seluruh dunia. Sebagai buktinya, di Yerusalem dari dahulu hingga saat ini terdapat sebuah Gereja yang didedikasikan kepada St. Ana, ibunda St. Perawan Maria. Konon Uskup Agung  Yerusalem (Patriarkat) bernama Sofronius di tahun 603 Masehi, meresmikan Gereja santa Ana, dan menunjukan lokasi ini  sebagai tempat kelahiran Bunda Maria. Tanggal 8 September ditetapkan sebagai tanggal untuk memperingati kelahiran St. Perawan Maria. Perayaan ini merupakan sebuah simbol dari permulaan karya keselamatan Allah (seminggu) sehingga layak untuk diperingati pada hari ke-8. Angka 8 sendiri dalam Kitab Suci dapat berarti awal masa baru. Kita bisa membandingkan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda yang ditetapkan pada tanggal 8 Desember dengan mengacu pada tanggal 8 September sebagai Hari Kelahiran Santa Perawan Maria, 4 bulan sebelumnya.

Perlu diketahui juga bahwa pesta kelahiran Santa Perawan Maria ini pada mulanya dirayakan oleh gereja-gereja Timur. Baru pada abad ke-7M, pesta ini dimasukkan ke dalam kalender liturgi. Adalah Paus St. Sergius I, yang dikenal sebagai penyusun sebuah litani dan prosesi yang menjadi bagian dari perayaan liturgi pada hari pesta kelahiran Bunda Maria ini. Paschasius Radbertus (+860) menulis bahwa pesta Kelahiran Santa Perawan Maria disebarluaskan ke Gereja di seluruh dunia dan menjadi hari raya wajib di Gereja Latin pada tahun 1007 M. Berkaitan dengan pesta kelahiran Bunda Maria ini, St. Andreas dari Crete menulis: “Pesta ini membentuk hubungan antara Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Pesta ini menunjukkan bahwa Sang Kebenaran menggantikan simbol-simbol dan figur-figur serta bahwa Perjanjian Baru telah menggenapi Perjanjian Lama. Oleh karena itu, semua ciptaan bernyanyi dengan sukacita, memuliakan dan berpartisipasi dalam kebahagiaan hari ini. Hari ini, pada kenyataannya, adalah hari di mana Pencipta dunia membangun bait-Nya. Hari ini adalah hari di mana oleh sebuah karya yang luar biasa, ciptaan menjadi tempat berdiam yang diinginkan Sang Pencipta.”

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan. St. Paulus dalam bacaan pertama mengatakan bahwa Tuhan Allah tetap bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Orang-orang yang mengasihi Dia adalah orang-orang limited edition, istimewa sesuai dengan rencana Allah sendiri. Mengapa orang-orang ini istimewa di hadirat Tuhan Allah? Hanya ada satu jawaban yang pasti yakni Tuhan sendiri yang menghendakinya. Tuhan sejak semula memilih dan menentukan orang-orang pilihan-Nya untuk menjadi serupa dengan Yesus Kristus Putera-Nya. Dengan demikian Yesus Kristus sendiri tetaplah menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Konsekuensinya adalah bahwa semua orang yang ditentukan dari semula oleh Tuhan juga mendapatkan panggilan-Nya. Mereka yang mendapatkan panggilan itu akan dibenarkan oleh Tuhan. Mereka yang dibenarkan juga akan dimuliakan oleh Tuhan sendiri.

Perkataan Paulus ini kita pahami dalam konteks pesta kelahiran Bunda Maria seperti ini: Orang-orang yang ditentukan, dipanggil, dibenarkan dan dimuliakan pertama-tama adalah orang tua Bunda Maria yakni Ana dan Yoakim. Kedua orang tua ini adalah orang kudus pilihan Allah yang layak untuk melahirkan Maria sebagai ciptaan teramat mulia, limited edition yang nantinya menjadi ibunda Yesus Kristus. Mengapa limited edition? Sebab Maria sendiri dikandung tanpa noda dosa. Santa Perawan Maria mendapat anugerah Khusus, panggilan khusus sebagai Ibunda Yesus Kristus. Dia senantiasa bersukacita di dalam Tuhan. Hatinya teta mengagungkan Tuhan dan jiwanya bersorak-sorai hanya kepada Tuhan Allah saja (Magnificat). Meskipun Maria menjadi ibunda Yesus, namun Yesus sendiri adalah Anak Allah, Dialah yang tetap sulung dari banyak saudara.

St. Matius menulis silsilah Yesus. Nama-nama yang disebutkan dalam silsilah Yesus tidak semuanya sempurna. Adalah sekumpulan manusia yang memiliki banyak keterbatasan, namun kehendak Tuhan Allah selalu mengatasi segalanya. Misalnya disebutkan dalam silsilah Yesus, ada empat nama wanita asing yakni: Tamar (perempuan Kanaan dalam Matius 1:3), Rahab (perempuan Kanaan dalam Matius 1:5), Rut (perempuan dari Moab dalam Matius 1:5) dan Betsyeba (meski ia berasal dari Israel, namun ia pernah menjadi “bangsa asing” karena menikahi “Uria orang Het itu”, dalam Matius 1:6). Dari keempat nama wanita asing ini, kita tahu bahwa tiga di antaranya memiliki masa lalu yang kelam. Pertama, Tamar, untuk memperoleh keturunan dari Yehuda maka ia rela menyamar menjadi seorang pelacur kuil ( קְדֵשָׁה – Qedesyah). Kedua, Rahab itu kita kenal sebagai mantan perempuan sundal (Yosua 2:1). Ketiga, Batsyeba sewaktu masih menjadi istri Uria, dia berzinah dengan Daud. Selanjutnya karena kematian Uria, ia menjadi istri Daud. Perkawinannya dengan Daud melahirkan Salomo dan Natan. Tuhan Allah memang memiliki kehendak untuk menyelamatkan semua orang. Orang berdosa juga memiliki andil untuk keselamatan dan diselamatkan oleh Tuhan sendiri.

Tuhan Allah memilih Bunda Maria sebagai Ibu Yesus, sang Penebus. Pilihan ini sangat tepat karena Tuhan memperhatikan kerendahan Maria sebagai hamba-Nya. Ia melihat hati Maria yang dikandung tanpa noda dosa, penuh dengan suka cita ilahi. Pada hari ini, hati kita pun bersukacita sambil mengenang kelahirannya.

Saya mengakhiri homili ini dengan meminjam doa St. Theresia dari Kalkuta ini: “Maria, berikan kepadaku hatimu: yang begitu indah, begitu murni, tak bernoda; hatimu begitu penuh dengan cinta dan kerendahan hati bahwa saya dapat menerima Yesus didalam Roti Kehidupan dan mencintai-Nya seperti dirimu mencintai-Nya dan melayani-Nya di dalam samaran orang-orang miskin yang menyusahkan”.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply