Homili 25 September 2017

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXV
Ezr 1:1-6
Mzm 126:1-6
Luk 8:16-18

Berbaliklah kepada Tuhan!

Ada seorang sahabat menempel lirik lagu yang dipopulerkan oleh Yehuda Singer pada dinding Facebooknya: “Oh Yerusalem kota mulia, hatiku rindu ke sana. Oh Yerusalem kota mulia, hatiku rindu ke sana. Tak lama lagi Tuhanku datanglah, bawa saya masuk sana. Tak lama lagi Tuhanku datanglah, bawa saya masuk sana”. Lagu ini memang cukup populer beberapa tahun silam, mengingatkan kita akan ziarah abadi kita ke Yerusalem baru sebagaimana dijanjikan Tuhan sendiri. Dengan menyebut nama kota ini, kita tentu memiliki kerinduan tersendiri akan Yerusalem abadi, Yerusalem spiritual, tempat di mana kita berbahagia bersama Tuhan selama-lamanya.

Pada hari Senin Pekan Biasa yang ke-XXV ini kita mendengar bacaan pertama dari Kitab Ezra. Dikisahkan bahwa pada tahun pertama pemerintahan Koresh Agung, raja negeri Persia, Tuhan menggerakkan hati Koresh untuk menggenapkan firman yang diucapkan nabi Yeremia. Perkataan ini membuka mata iman kita. Tuhan Allah turut bekerja untuk kebaikan orang-orang Yahudi melalui seorang raja dari negeri asing. Tuhan menggerakkan hatinya untuk menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya serta pemenuhan janji-Nya untuk menyelamatkan bangsa Yahudi di Babilonia

Dekrit raja Koresh Agung ini disampaikan secara lisan dan tulisan. Isi dekrit ini mengatakan bahwa barangsiapa merasa diri sebagai umat Allah, hendaknya ia kembali ke Yerusalem di tanah Yehuda untuk mendirikan rumah Tuhan, Allah Israel, yakni Allah yang diam di Yerusalem. Ini adalah warta sukacita yang luar biasa yang keluar dari mulut Koresh Agung. Semua keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin serta imam-imam dan orang Lewi berkemas-kemas untuk kembali ke Yerusalem. Ditambahkan bahwa semua orang yang hatinya digerakkan oleh Allah supaya kemnbali untuk mendirikan rumah Allah di Yerusalem. Hal yang menarik perhatian kita adalah semua orang yang akrab dengan mereka, membantu mereka dengan perak dan emas, harta benda dan ternak, pemberian yang indah-indah, dan juga semua benda yang dipersembahkan dengan sukarela.

Dekrit ini memiliki pengaruh yang besar bagi bangsa Israel. Mereka memiliki kerinduan yang besar untuk kembali ke Sion (Yerusalem), menikmati kembali kasih dan kebaikan Tuhan. Sejarah mencatat bahwa peristiwa pembuangan ke Babilonia ini merupakan peristiwa pembuangan orang-orang Yahudi dari Kerajaan Yehuda kuno ke Babilonia oleh Nebukadnezar II pada tahun 586 SM. Sebagaimana dikatakan dalam bacaan pertama, Koresh Agung mengeluarkan dekrit yang mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem pada tahun 538. Pada tahun 520-515 orang-orang Yahudi kembali ke wilayah Yehuda dipimpin oleh Zerubabel dan Imam besar Yesua. Pada saat itu orang-orang Yahudi memulai pembangunan bait Allah di Yerusalem.

Peristiwa orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem untuk mendirikan Bait Allah yang mempersatukan mereka semua, merupakan sebuah peristiwa iman bagi kita saat ini. Tuhan juga menggerakkan hati kita untuk kembali kepada-Nya, ketika kita menjadi hamba dosa. Kita tidak berdaya karena mengulangi dosa yang sama. Seruan bernuansa metanoia yakni “Barangsiapa termasuk umat Allah, hendaknya ia pulang ke Yerusalem dan mendirikan rumah Allah” akan menempatkan kembali kita di tempat yang benar bersama Tuhan. Kita perlu sadar diri sebagai umat Allah, yang telah dikuduskan pada saat dibaptis untuk kembali kepada Tuhan dengan bertobat.

Apakah sakramen tobat adalah sebuah kebutuhan kita? Sakramen tobat merupakan kesempatan untuk merasakan kembali kasih dan kebaikan Tuhan Allah. Mungkin saja selama ini kita telah berjalan begitu jauh dari Tuhan, kita mengeluh, memberontak kepada Tuhan. Kita perlu bertobat, kembali kepada Tuhan Allah kita. Sakramen tobat adalah sarana yang tepat untuk membantu kita kembali kepada Tuhan dan merasakan kasih serta kerahiman-Nya. Masalahnya adalah apakah kita masih sadar diri sebagai orang berdosa atau tidak. Ketika kita tidak sadar diri sebagai orang berdosa maka kita akan tetap mengulangi dosa-dosa yang sama.

Apa yang harus kita lakukan untuk kembali kepada Tuhan? Bait pengantar Injil hari ini mengingatkan kita untuk menjadi cahaya bagi sesama yang berada di dalam kegelapan. Tuhan Yesus berkata: “Hendaklah cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuji bapa-Mu yang di Surga.” (Mat 5:16). Perikop Injil kita hari ini juga mengingatkan kita untuk bercahaya bagi sesama dalam kegelapan. Diumpamakan dengan pelita yang dinyalakan, lalu ditempatkan di bawah tempayan atau di bawah tempat tidur. Pelita berguna ketika ditempatkan di atas kaki dian. Dengan demikian semua orang akan merasakan cahayanya. Adanya cahaya dalam hidup kita akan sangat bermanfaat sebab tidak ada yang tersembunyi, tidak ada rahasia di hadapan Tuhan.

Tugas kita sebagai Gereja adalah membawa terang dan menjadi terang bagi semua orang. Terang adalah perbuatan-perbuatan baik yang menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan itu tidak perlu dihitung karena kita menerima dari Tuhan lebih dari yang kita berikan. Perbuatan-perbuatan baik itu akan kembali kepada kita dan jumlahnya berlipat ganda. Apakah anda sudah berbuat baik pada hari ini? Berbuat baik dan kembalilah kepada Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply