Homili 26 September 2017

Hari Selasa, Pekan Bisa ke-XXV
Ezr 6: 7-8.12b.14-20
Mzm 122:1-5
Luk 8:19-21

Mendengar dan melakukan Sabda

Kita sedang memasuki hari-hari terakhir bulan Kitab Suci Nasional 2017. Umat yang tergabung dalam komunitas-komunitas basis dan lingkungan tertentu sudah menutup pertemuan untuk pendalaman Kitab Suci. Mereka juga sempat melakukan berbagai acara yang menarik. Ada yang melakukan quis Kitab Suci, lomba baca Kitab Suci, bible camp, lectio divina dan ziarah bersama. Tentu saja acara-acara seperti ini bertujuan untuk menambah iman dan kepercayaan kepada Tuhan, menambah keakraban dan persahabatan dengan Yesus dalam Kitab Suci dan juga mempererat tali persaudaraan sebagai sesama umat. Ada banyak umat memiliki kesan yang baik setelah mengikuti berbagai kegiatan dalam bulan Kitab Suci Nasional ini. Mereka mengakui bahwa iman mereka bertambah kuat, cinta kasih mereka kepada Tuhan Yesus Kristus juga semakin teguh. Sharing-sharing bersama dalam pertemuan telah mengubah hidup mereka menjadi semakin beriman dan bersaudara.

Pertanyaan penting bagi kita adalah ada apa setelah melakukan berbagai kegiatan selama bulan Kitab Suci Nasional ini? Apakah perasaan-perasaan seperti iman semakin kuat, cinta kepada Tuhan bertambah tinggal kenangan saja? Atau benar-benar ada transformasi dalam hidup keseharian sebagai umat Allah. Selama bulan Kitab Suci Nasional ini kita kembali belajar mendengar dan melakukan Sabda. Tuhan Yesus pernah berkata: “Berbahagialah orang yang mendengar Sabda Tuhan dan melakukannya” (Luk 11:28). Berbahagialah orang yang mendengar sabda. Kita perlu berusaha untuk menjadi pendengar yang aktif.

Mengapa kita perlu menjadi pendengar Sabda yang aktif? Kita mendengar Sabda supaya dapat mengalami Allah dalam hidup kita. Tuhan Allah bersabda kepada semua orang tanpa membedakan siapakah dan apakah orang itu. Mungkin ia adalah orang berdosa, atau ia adalah orang baik, tetapi sama-sama mendengar Sabda yang sama. Sabda yang keluar dari mulut Allah itu didengar dengan baik dan akan membantu setiap pribadi untuk mengalaminya. Kita mendengar Sabda supaya menjadi saudara bagi semua orang. Kita tidak hanya mendengar sabda saja, tetapi ada perubaha radikal setelah mendengar bersama yakni dengan sendirinya kita menjadi saudara dalam Tuhan. Kita mendengar Sabda supaya menjadi rasul Sabda. Tugas kita setelah mendengar Sabda adalah melakukan sabda dalam hidup setiap hari. St. Yakobus pernah berkata: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Sabda dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak 1:22). Tuhan Yesus akan tetap menyapa kita berbahagialah apabila kita mampu mendengar dan melakukan sabda sehingga menghasilkan buah dalam ketekunan.

Penginjil Lukas hari ini mengisahkan bahwa pada suatu kesempatan Tuhan Yesus mendapat kunjungan dari ibu dan saudara-saudara Yesus. Namun mereka kesulitan untuk mencapai-Nya karena orang banyak yang berkumpul untuk mendengar perkataan-Nya dan hendak mendapatkan kesembuhan. Sebab itu orang mengatakan kepada Yesus: “Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Dikau”. (Luk 8:20).  Namun Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengar Sabda Allah dan melaksanakannya” (Luk 8:21).

Perikop singkat ini kaya makna. Banyak orang berpikir bahwa Tuhan Yesus memiliki saudara dan saudari. Ada yang berpikir bahwa Bunda Maria dan St. Yusuf memiliki anak setelah kelahiran Yesus. Bukanlah demikian! Pada zaman dahulu hubungan kekerabatan memang sangat dijunjung tinggi. Sebab itu saudara dan saudari sepupu juga dianggap sebagai saudara sendiri. Hubungan kekerabatan semacam ini menyatukan pribadi mereka secara alamiah bersama Yesus. Hubungan persaudaraan dengan Yesus juga dapat terjadi dengan mendengar Sabda dan melaksanakannya dalam hidup setiap hari. Pribadi-pribadi ini disapa Yesus sebagai ibu dan saudara-saudara-Nya.

Pada hari ini kita semua bertanya dalam hati. Apakah kita juga mendengar dan melakukan sabda dalam hidup ini? Kalau kita sudah sedang mendengar dan melakukan sabda maka Tuhan Yesus akan tetap menyapa kita: “Berbahagialah”. Kerinduan kita semua adalah ketika Tuhan Yesus tetap menyapa kita sebagai ibu dan saudara sebab kita setia mendengar dan melakukan Sabda-Nya. Kita sebagai ibu dan saudara yang tinggal bersama dalam satu Rumah Tuhan. “Mari kita pergi ke rumah Tuhan dengan sukacita” (Mzm 122:1).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply