Homili Hari Minggu Biasa ke-XXVIII/A – 2017

Hari Minggu Biasa ke-XXVIIIA
Yes 25:6-10a
Mzm 23:1-3a. 3b-4.5.6
Flp 4:12-14.19-20
Mat 22:1-14

Perjamuan Tuhan bagimu juga!

Kita mengawali perayaan syukur hari Minggu ini dengan sebuah Antifon Pembuka berbunyi: “Jika Engkau menghitung-hitung kesalahan, ya Tuhan, siapakah dapat bertahan? Tetapi Engkau suka mengampuni, ya Allah Israel.” (Mzm 130:3-4). Antifon Pembuka ini kiranya mampu membuka wawasan kita untuk memahami bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu biasa ke-XXVIII/A ini. Kita semua percaya bahwa Tuhan Allah menunjukkan kasih dan kemurahan hati-Nya dengan mengundang orang-orang pilihan-Nya supaya berpartisipasi dalam perjamuan yang sudah disiapkan-Nya. Perjamuan yang disipkan-Nya ini sangat lezat dan diperuntukan bagi orang-orang khusus atau orang-orang pilihan-Nya. Namun sayang sekali karena orang-orang pilihan-Nya memilih masa bodoh dengan undangan ini. Inilah sebuah dosa yang dibuat oleh umat Tuhan karena mereka tidak mengindahkan undangan-Nya. Namun demikian, Tuhan tidak memiliki sifat menghitung-hitung kesalahan manusia dan menyimpan dalam hati-Nya. Tuhan itu penyayang dan murah hati. Hanya Dialah yang mengampuni dan melupakan dosa-dosa manusia. Sebab itu Ia juga mengundang orang baik dan jahat untuk ikut dalam perjamuan-Nya.

Nabi Yesaya menunjukkan sifat Allah sebagai Bapa yang murah hati dan penyayang dengan menceritakan rencana Allah yang istimewa untuk menyelamatkan manusia. Tuhan semesta alam menyiapkan hidangan bagi segala bangsa di Gunung Sion. Hidangan yang dimaksud adalah makanan mewah, jamuan dengan anggur tua, memiliki lemak dan sumsum. Tuhan menunjukkan wajah-Nya yang murah hati dengan: mengoyakan kain kabung yang diselubungkan kepada segala bangsa. Tuhan sendiri meniadakan maut untuk selama-lamanya. Tuhan menghapuskan air mata dari wajah semua orang. Tuhan menjauhkan aib manusia di seluruh bumi. Semua ini dilakukan Tuhan karena Dialah satu-satunya penyelamat kita. Kita perlu bersyukur bahkan bersorak sorai karena keselamatan yang telah diadakan Tuhan bagi kita semua. Ini adalah masa keselamatan yang dijanjikan Tuhan kepada semua orang. Masa keselamatan ditandai dengan adanya kebahagiaan yang menggantikan segala kepedihan dan derita yang dialami manusia.

Nubuat nabi Yesaya ditafsirkan secara baru oleh Yesus dalam Injil. Ia juga mengundang setiap orang untuk berpartisipasi dalam perjamuan nikah. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan yang ditujukkan kepada para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Dalam perumpamaan ini terdapat dua kelompok orang yang diundang untuk berpartisipasi dalam perjanuam nikah. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mendapat undangan untuk ikut serta dalam perjamuan. Namun orang-orang ini tidak mau datang. Raja masih memiliki kesabaran. Ia menyuruh para hambanya untuk mengingatkan kembali para undangan bahwa hidangan untuk perjamuan sudah disediakan, lembu-lembu jantan dan ternak peliharaan telah disembelih. Para undangan masih tetap tidak mengindahkannya. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka sendiri dan lalai menjawabi undangan Tuhan. Mereka bahkan menangkap, menyiksa dan membunuh para hamba. Raja itu marah dan menunjukkan murkanya dengan membakar kota dan membinasakan para pembunuh. Kelompok pertama ini kiranya dikhususkan bagi orang-orang Yahudi yang pertama-tama menerima undangan Tuhan.

Raja menyuruh hamba-hambanya untuk mengundang kelompok kedua. Mereka berada di persimpangan-persimpangan jalan dan orang lain yang mereka temui untuk ikut berpartisipasi dalam perjamuan nikah. Para hamba itu berhasil mengumpulkan orang jahat dan orang baik untuk ikut serta dalam perjamuan. Sayang sekali karena di antara para tamu di kelompok kedua ini masih ada satu orang yang tidak mengenakan pakaian pesta. Orang yang tidak berpakaian pesta ini mendapat siksaan yang besar. Prinsipnya, banyak yang dipanggil namun sedikit yang dipilih.

Pikiran kita terarah pada raja yang mengundang semua orang baik kelompok pertama dan kelompok kedua untuk ikut serta dalam perjamuan nikah anaknya. Ia murah hati sehingga mengundang semua orang. Namun dia juga menunjukkan sikapnya yang keras ketika para undangan tidak mengindahkan undangannya dan berlaku kasar pada para hambanya. Ia juga berlaku kejam terhadap undangan yang tidak berpakaian pesta. Raja ini menggambarkan Tuhan yang murah hati kepada kita semua. Ia mengundang kita untuk ikut serta dalam perjamuan ekaristi, untuk mengenang paskah putera-Nya. Satu hal yang perlu kita sadari di sini adalah kita semua diundang, dipanggil tetapi Ia tetap memiliki kehendak. Ia dapat menerima, dapat juga mengusir kita dari hadapannya.

Orang-orang yang diundang menunjukkan sikapnya yang sangat manusiawi. Ada yang sibuk dengan pekerjaan sehingga menjadi alasan untuk tidak mengikuti undangan, ada juga yang keras hati hingga berlaku jahat terhadap para hamba. Ada yang tidak berpakaian pesta. Semua ini membuktikan ketidaktaatan manusia terhadap kehendak Allah. Orang-orang yang diundang ini menggambarkan hidup kita di hadirat Tuhan. Banyak kali kita tidak taat kepada kehendak-Nya. Kita menjauh dari Tuhan dan tidak mengandalkan-Nya. Salah satu sikap hidup yang fatal adalah ketika kita dengan sadar menutup diri terhadap kasih dan kerahiman Tuhan.

Apa yang harus kita lakukan?

Tuhan juga mengundang anda dan saya untuk ikut serta dalam perjamuan bersama-Nya. Ekaristi yang kita rayakan bersama adalah tanda bahwa kita semua mengalami paskah Kristus dan hendak bersatu dengan-Nya. Ekaristi harian dan Mingguan adalah ekaristi sementara yang mengarahkan kita untuk mengalami Ekaristi abadi di surga.

Sikap batin yang hendak kita lakukan adalah berpasrah kepada Tuhan sebagaimana dialami oleh St. Paulus. Dalam bacaan kedua kita mendengar bagaimana Paulus menunjukkan diri sebagai abdi Tuhan. Ia menjawabi panggilan Tuhan dan setia sampai tuntas. Dia juga berpakaian pesta sesuai kehendak Tuhan. Sebab itu meskipun di dalam penjara, ia tetap bersukacita dalam Tuhan. Ia berani berkata: “Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Ia juga bersyukur karena jemaat di Filipi senantiasa berbuat baik baginya. Jemaat ikut terlibat dalam penderitaannya. Maka kita melihat Paulus mengalami kasih dari Tuhan dan sesama.

Pada hari ini kita diingatkan untuk kembali kepada Tuhan. Dia memanggil, Dia mengundang kita untuk mengalami perjamuan kekal bersama-Nya. Hal yang terpenting di sini adalah kita berusaha untuk mengikuti kehendak Tuhan. Dia yang memanggil, Dia juga yang memilih orang yang tepat untuk ikut dalam perjamuan abadi di Surga.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply