Homili Hari Minggu Biasa ke-XXIX/A – 2017

Hari Minggu Biasa ke-XXIX/A
Yes 45:1.4-6
Mzm 96: 1.3.4-5.7-8.9-10a.c
1Tes 1:1-5b
Mat 22:15-21

Berani mempertanggungjawabkan iman

Kita mengawali perayaan syukur pada hari Minggu Biasa ke-XXIX/A ini dengan sebuah Antifon Pembuka, yakni dari doa Raja Daud, bunyinya: “Aku berseru kepada-Mu, sebab Engkau mendengarkan daku, ya Allah. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah kata-kataku. Jagalah aku bagaikan biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu” (Mzm 17: 6,8). Pikiran kita terarah kepada Tuhan Allah yang setia mendengar doa-doa dan seruan kita secara pribadi. Ia mendengar dengan baik karena Ia mengasihi kita. Ia bahkan memasang telinga-Nya untuk mendengar semua perkataan yang keluar dari dalam mulut kita. Tuhan peduli dengan kehidupan pribadi kita masing-masing sehingga Ia menjaga kita laksana biji mata dan menyembunyikan sekaligus melindungi kita dari bahaya yang mengancam hidup kita.

Sabda Tuhan pada hari Minggu Evangelisasi ini, membuka pikiran kita untuk percaya bahwa Tuhan pasti menepati semua janji-janji-Nya kepada kita, sebab Ia sendiri telah menciptakan kita serupa dengan wajah-Nya sendiri. Bangsa Israel yang mengalami pembuangan ke negeri asing yakni di Babilonia pernah merasa sendirian, seolah-olah Tuhan meninggalkan mereka semua. Mereka mengeluh dan meratap seraya membayangkan masa lalu yang begitu indah di Yerusalem. Tuhan mendengar mereka. Sebab itu Ia menyiapkan mereka dengan mengutus para nabi untuk menghibur dan meneguhkan mereka. Tuhan bahkan berjanji bahwa pada suatu saat bangsa Israel akan kembali ke Yerusalem, mendirikan Bait Allah yang mempersatukan mereka untuk memuji dan memuliakan-Nya.

Kita mendengar dalam bacaan pertama, Tuhan menepati janji-Nya untuk mengembalikan bangsa Israel ke Yerusalem. Melalui nabi Yesaya, Tuhan mengatakan bahwa Dialah yang memegang tangan kanan Koresh untuk menundukkan bangsa-bangsa di depannya, raja-raja pun dilucuti dan membuka pintu-pintu yang akan dilewati bangsa kesayangan-Nya. Perhatian Tuhan tertuju kepada Yakub hamba-Nya dan Israel pilihan-Nya. Tuhan menunjukkan diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai satu-satunya Yahwe yang menyelamatkan. Ia berkata: “Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, kecuali Aku tidak ada Allah yang lain.” Allah kita esa dan tidak ada Allah lain yang berjanji untuk menyelamatkan seperti Allah kita. Perkataan Tuhan ini bukan hanya sekedar kata kosong, tetapi Tuhan menepati janji-Nya untuk mengembalikan Israel kepada tempatnya semula yaitu di Yerusalem. Nabi Yesaya adalah misionaris Yahwe yang berhasil mendekatkan kasih Allah kepada bangsa Israel dan menginsafkan mereka bahwa janji Tuhan untuk menyelamatkan mereka akan segera terlaksa. Ini adalah injil, khabar sukacita bagi bangsa Israel.

St. Paulus dalam bacaan kedua, membagikan pengalamannya sebagai Penginjil bagi Gereja di Tesalonika. Ia tidak bekerja sendirian tetapi bersama teamnya yakni Silwanus dan Timotius. Mereka menyalami jemaat di Tesalonika karena jemaat ini hidup di dalam Allah dan Bapa Tuhan Yesus Kristus. Sebagai pemimpin jemaat dan penginjil, mereka juga menyampaikan penyertaan Tuhan melalui kasih karunia dan dama sejahtera dari Tuhan bagi jemaat di Tesalonika. Selanjutnya, mereka menunjukkan DNA penginjil mereka. Mula-mula mereka menyampaikan jemaat bahwa janji untuk mendoakan mereka kepada Tuhan selalu mereka lakukan. Setiap nama jemaat mereka sebutkan dalam doa-doa mereka.

Paulus, Silwanus dan Timotius juga mengingat kebajikan-kebajikan teologal yang dimiliki oleh jemaat di Tesalonika. Kebajikan-kebajikan teologal ini merupakan kekuatan bagi mereka sebab mereka adalah jemaat yang memiliki iman, kasih dan harapan kepada Tuhan Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita. Pada akhirnya dengan bangga Paulus mengatakan bahwa Injil yang mereka beritakan itu bukan hanya dengan kata-kata saja melainkan dengan kekuatan dalam Roh Kudus dan kepastian yang kokoh. DNA penginjil harus menyatakan kebenaran Injil Allah bagi manusia. Roh Kuduslah yang menginspirasikan sabda Tuhan bukan semata-mata pikiran manusia.

Kita belajar dari Paulus yang menunjukkan sikapnya sebagai penginjil sejati. Ia terbuka untuk menerima dan memahami jemat di Tesalonika apa adanya. Di dalam jemaat sendiri mereka memiliki potensi sebagai tanda bahwa Allah ada dan bekerja di dalam jemaat. Potensi yang dimiliki jemaat adalah kebajikan-kebajikan teologal yang mereka tunjukan yakni iman, kasih dan harapan. Ini adalah kekuatan jemaat sekaligus kekuatan Paulus dan teamnya sebagai Penginjil.

Dalam bacaan Injil kita mendengar kisah orang-orang Farisi yang berunding untuk menjerat Yesus dengan pertanyaan tertentu tentang apakah boleh membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Kaum Farisi menyuruh para murid mereka dan kaum Herodian untuk mencobai Yesus dengan pertanyaan ini. Pikiran mereka adalah kalau saja Yesus salah menjawabnya maka akan menjadi alasan untuk menangkap Dia karena Dia membangkang terhadap pemerintahan Romawi di Palestina. Mereka mula-mula menunjukkan kemunafikan mereka dengan bermulut manis. Tetapi Yesus mengetahui hati mereka dan mengoreksi mereka.

Pertanyaan mereka adalah apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka: boleh atau tidak boleh. Ia justru meminta mereka untuk menunjukkan satu dinar kepada-Nya. Ia menanyakan mereka, pada uang satu dinar itu terdapat gambar dan tulisan siapa. Mereka menjawab Yesus, gambar dan tulisan Kaisar. Yesus mengatakan kepada mereka supaya memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi haknya dan kepada Tuhan Allah yang wajib mereka berikan kepada-Nya.

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang hal-hal yang praktis dalam hidup kita. Banyak kali kita sadar atau tidak sadar bertegar hati sehingga mencobai Tuhan Yesus melebihi murid-murid orang Farisi dan kaum Herodian. Kita boleh mengetahui semua hal tentang Yesus tetapi keraguan terhadap existensi-Nya selalu ada dalam diri kita. Iman kita kepada Yesus mungkin masih kecil sehingga masih meragukan-Nya. Tetapi Tuhan Yesus tahu hidup kita. Dia akan membantu kita untuk berefleksi dengan perkataan-Nya ini: “Mengapa kalian mencobai Aku hai orang-orang munafik?” Kata-kata ini menyadarkan kita semua untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Ingat, “Jangan pernah mencobai Tuhan Allahmu”.

Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa kita adalah warga negara dunia dan warga negara surga. Tugas kita adalah melakukan tugas dan kewajiban kita sebagai warga negara yang baik. St. Petrus berkata: “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.” (1Ptr 2:13-15). Warga negara yang baik akan tunduk pada pemerintahnya, apa pun dan siapapun mereka.

Tuhan Yesus juga mengingatkan kita sebagai ciptaan yang paling mulia. Tuhan menciptakan kita serupa dengan wajah-Nya sendiri. Kita membaca dalam Kitab Kejadian: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kej 1:26-27). Dia jatuh cinta setelah menciptakan dan memberkati manusia. Ini berarti kita memberikan diri kita kepada Tuhan. Finalitas kita adalah kekudusan karena Dia menciptakan kita serupa dengan wajah-Nya sendiri.

Apakah kita dapat mempertanggungjawabkan iman kita?

Hari Minggu Evangelisasi ini membantu kita untuk mempertanggungjawabkan iman kita dalam beberapa hal ini:

Pertama, kita belajar untuk setia kepada janji-janji yang sudah kita buat di hadapan Allah dan sesama manusia. Tuhan menepati janji-Nya dan tak pernah ingkar janji kepada manusia. Para suami istri apakah kalian setia menghayati janji perkawinanmu? Para imam, biarawan dan biarawati, apakah kalian setia pada kaul-kaul kebiaraan dan janji imamatmu? Para pemerintah, apakah kalian setia menjalani sumpah jabatanmu?

Kedua, kita memiliki potensi ilahi yang nampak dalam kebajikan-kebajikan teologal yaitu iman, kasih dan harapan kepada Tuhan Yesus Kristus. Apakah kita menyadari kebajikan-kebajikan ini sebagai potensi dalam hidup kita di hadapan Tuhan?

Ketiga, kita diciptakan sebagai anak-anak Allah yang hidup di dunia ini. Sebab itu marilah kita berlaku sebagai warga negara yang baik yang taat dan mendukung pemerintahan. Marilah kita memberi diri kita kepada Tuhan sebab tujuan hidup kita adalah bersatu dengan Tuhan selama-lamanya.

Kita bangga sebagai orang Katolik. Kita bangga sebagai pengikut Kristus. Mari kita wujudkan Kristus dan Injil-Nya dalam karya-karya Evangelisasi. Dia akan menyertai kita hingga akhir zaman.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply