Food For Thought: Berseralah kepada Tuhan…

Berserahlah kepada Tuhan!

Raja Daud adalah raja Israel yang memiliki kekuatan jasamani dan rohani. Ini bukan berarti ia lepas bebas dari berbagai kesulitan hidupnya. Ia mengalami banyak kesulitan, namun ia tetap percaya bahwa Tuhan pasti melakukan karya-Nya di dalam hidupnya. Buktinya, ia pernah bermazmur di hadapan Tuhan seperti ini: “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya dan Ia akan bertindak” (Mzm 37:5). Ini adalah sebuah ungkapan iman raja Daud kepada Tuhan  Allah ketika berhadapan dengan orang-orang fasik. Dalam situasi hidup yang sulit sekalipun, Raja Daud masih percaya bahwa Tuhan akan melakukan yang terbaik baginya. Ia menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan dan Tuhan memperhatikannya sebagai sebuah kebenaran. Apakah dengan demikian Daud tidak merasa kuatir lagi dengan musuh-musuhnya? Ternyata ia juga masih memiliki rasa kuatir. Tuhan menyapanya dalam kata-kata ini: “Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar goyah.” (Mzm 55:23). Kata-kata ini kemudian dipakai oleh St. Petrus untuk menguatkan komunitasnya (1Ptr 5:7). Satu hal yang penting di sini adalah bagaimana orang belajar untuk berserah atau berpasrah kepada Tuhan.

Kita mendengar sebuah kisah Injil Lukas yang indah pada hari ini (Luk 14:12-14). Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus diundang untuk makan bersama di rumah seorang pemimpin Yahudi. Sesampai di rumah itu, Yesus hanya menjumpai para sahabat, saudari dan saudara, kaum kerabat dan keluarga dan tetangga-tetangga yang kaya. Ia tidak menjumpai para sahabat-Nya yakni orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Sebab itu Yesus merasa lain sekali sebab Ia selalu ada bersama orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Tuhan Yesus menggunakan kesempatan ini untuk mengubah mindset kaum Farisi yang hadir di rumah itu. Ia mengatakan bahwa apabila mereka mengadakan pesta, maka sebaiknya mereka jangan mengundang orang-orang yang terhormat seperti para sahabat, saudari dan saudara, kaum kerabat dan keluarga dan tetangga-tetangga yang kaya. Mereka ini akan membalas undangan makan bersama di kesempatan yang lain. Sebaiknya mereka mengundang orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta sebab mereka ini tidak akan membalas undangan untuk bersantap bersama. Mereka memang tidak memiliki apa-apa untuk membalasnya. Balasan yang mereka akan terima dari Tuhan adalah pada hari kebangkitan orang-orang benar.

Kisah Injil ini sebenarnya berbicara tentang hidup kita yang nyata di hadirat Tuhan. Kita semua membutuhkan Tuhan sebab terlepas daripada-Nya kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5). Kita adalah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta dalam iman di hadirat Tuhan. Sebab itu kita masih diliputi berbagai kekuatiran dunia. Kita perlu sadar diri dan berserah kepada Tuhan. Sama seperti orang-orang anawim, orang miskin, cacat, lumpuh dan buta yang berharap kepada Tuhan, demikian juga hidup kita di hadirat-Nya. Hidup dengan penuh harapan kepada Tuhan. Tuhan memberi segalanya kepada kita, kita tidak memiliki apa-apa untuk membalas kasih dan kebaikan Tuhan. Tuhan tidak pernah menuntut ganti rugi dari pihak kita sebagai manusia. Ia memberi semuanya gratis sehingga kita tidak perlu hidup dalam kekuatiran. Balasan dari pihak kita adalah berdoa, mengangkat pujian kepada-Nya dan memperhatikan sesama kita. Kita mengasihi-Nya, kita juga mengasihi sesama kita apa adanya.

Lalu bagaimana dengan orang-orang lain? Apakah ini berarti orang-orang kaya, para saudara dan saudari, keluarga dan sahabat kenalan tidak layak? Tidak! Ketika mereka memiliki kesadaran untuk bersikap lepas bebas dari harta kekayaan mereka, merekapun akan tetap berserah kepada Tuhan. Harta kekayaan tidak menyelamatkan kita, hanya Tuhanlah yang dapat menyelamatkan kita. Harta kekayaan adalah sarana untuk memuliakan Tuhan sang pencipta bukan menghalangi kita untuk berjumpa dengan Tuhan.

Saya mengingat perkataan seorang penyair kuno dari Roma, namanya Vergilius. Ia berkata: “Cinta mengalahkan segalanya; marilah kita pun berserah diri pada cinta.” Dalam kaca mata iman, cinta adalah Tuhan sendiri. Tuhan mengalahkan segalanya, marilah kita berserah kepada Tuhan! Berseralah kepada Tuhan! Setuju?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply