Food For Thought: Jangan banyak berharap…

Jangan banyak berharap

Ada seorang pemuda menulis pesan singkat kepadaku pada malam hari ini. Ia meminta waktu saya untuk mendengarnya membagi pengalaman kesehariannya di tempat kerjanya. Selama setahun terakhir ini, ia mendapat kepercayaan untuk menjadi kepala salah satu divisi di perusahaan tempat ia bekerja. Kepercayaan dari perusahaan baginya merupakan sebuah kesempatan emas untuk berkembang dalam kariernya. Ia memiliki prinsip-prinsip hidup yang jelas yaitu dedikasi, tekun, jujur, komitmen, loyal dan aneka kualitas lainnya. Semua prinsip ini adalah warisan yang sangat berharga, yang dia peroleh dari ayah dan ibunya. Semua kualitas ini ditunjukkan dalam disiplin dirinya. Ia selalu masuk kerja tepat pada waktunya. Ia memiliki rencana kerja setiap hari. Dan satu hal lagi yang penting adalah hasratnya untuk selalu bekerja sebagai sebuah team work.

Pada mulanya ia merasa bahagia karena teamnya bekerja bersama-sama. Sebab itu divisi yang dipimpinnya juga menjadi sorotan khusus. Mereka melihat di dalam dirinya sosok leader yang dapat diandalkan di masa depan. Kepercayaan lain di dalam perusahaan itu menantinya. Semua kepercayaan kepadanya tidak membuatnya menjadi pribadi yang rendah hati. Namun selama beberapa hari terakhir ini ia mengalami banyak kesulitan dengan staf tertentu dalam divisinya. Kerjasama dan komitmen mereka mulai menurun. Suara-suara like and dislike mulai bermunculan terhadapnya. Ia memeriksa bathinnya, terutama apakah ada kekeliruan dan kesalahan tertentu yang dibuatnya. Sebagai seorang leader, ia menemukan kelemahannya dalam mengoreksi staf yang tidak disiplin dalam belerja. Banyak kali ia mengungkapkan apa adanya, tetapi yang menerima koreksi merasa tersinggung.

Saya mendengar semua sharing pengalaman pribadinya. Saya mengatakan kepadanya bahwa dia tidak sendirian mengalami hal tersebut di dalam perusahaannya. Banyak orang yang menjadi pemimpin pasti memiliki pengalaman dipuji dan dicaci maki. Tuhan Yesus saja dicaci maki, menderita sengsara bahkan hingga wafat di kayu salib. Sebab itu kalau ia benar-benar menyadari pengalaman dan panggilannya untuk mengabdi pada perusahaan itu maka ia harus selalu berpikir positif terhadap semua orang yang bekerja bersamanya. Saya juga mengingatkannya untuk selalu membaharui komitmennya dalam bekerja: dedikasi, tekun, jujur, komitmen, loyal dan lainnya. Setiap hari baru adalah kesempatan untuk membaharui kejujurannya dalam bekerja. Setiap hari baru adalah kesempatan baginya untuk membaharui dedikasinya pada perusahaan tempat ia bekerja. Dan banyak hal lain yang kami bicarakan bersama.

Bagaimana ia dapat mengatasi kesulitan dalam berelasi dengan stafnya? Saya mengingatkannya untuk membangun komunikasi yang baik. Mereka membutuhkan waktu untuk berbicara dari hati ke hati. Kadang-kadang orang yang melawan kita bukanlah musuh dalam kategori kita. Orang-orang yang melawan kita adalah orang-orang yang sangat perhatian dengan kita. Mereka menginginkan supaya kita berkembang dan menjadi leader yang terbaik. Belum tentu kaum Yes-man adalah yang terbaik bagi kita.

Banyak di antara kita pasti memiliki pengalaman yang mirip atau berbeda. Namun yang pasti kita akan tetap bertemu dengan orang-orang tertentu yang selalu berprinsip like and dislike. Saya mengingat perkataan Paulo Coelho seperti ini: “Jangan berharap disukai oleh semua orang sebab tak seorangpun yang bisa menyenangkan hati setiap orang”. Saya sepakat dengan Coelho. Banyak kali tenggelan dalam harapan untuk dipuji, diapresiasi, disukai. Kita sendiri lupa bahwa kita juga mengalami kesulitan untuk menyenangkan hati sesama yang lain.

Maka janganlah banyak berharap. Pikirkanlah selalu, apa yang dapat saya lakukan untuk kebaikan semua orang. Tugas kita adalah mewujudkan kasih Tuhan kepada semua orang. Kalau toh ada yang tidak menyukai diri kita, teruslah melayani dan berbuat baik. Hanya kasih dan perbuatan baik yang dapat mengubah hati sesama yang keras seperti batu menjadi hati manusia yang mampu mengasihi.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply