Homili 21 November 2017

Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah
2Mak. 6:18-31
Mzm. 4:2-3,4-5,6-7
Luk. 19:1-10

Terimalah Yesus dengan sukacita!

Pada suatu hari saya merayakan misa syukur di sebuah stasi misionaris. Perayaan misanya berlangsung meriah. Usai perayaan Ekaristi, ketua dewan stasi mengucapkan terima kasih kepada semua umat yang terlibat untuk memeriahkan perayaan Ekaristi itu. Ia mengatakan bahwa Ekaristi hari itu sangat meriah sebagai tanda bahwa mereka benar-benar mau menerima Tuhan Yesus dengan sukacita. Saya merenungkan kata-kata sederhana dari ketua dewan stasi ini: “Menerima Yesus dengan sukacita”. Umat sederhana di tempat terpencil ini memiliki kerinduan untuk mengalami kehadiran Yesus dalam Ekaristi, menerimanya dengan sukacita dalam hidup mereka. Saya memperhatikan wajah umat saat itu juga diliputi oleh sukacita yang besar. Mungkin karena mereka mendapat pelayanan Ekaristi sebulan sekali. Satu sikap iman yang tepat adalah selalu siap untuk menerima Tuhan dengan sukacita.

Pada hari ini kita mendengar bacaan Injil tentang kisah Zakheus. Kisah hidup Zakheus ini adalah kisah dan gambaran hidup kita di hadirat Tuhan. Mengapa saya katakan kisah ini sebagai sebuah kisah dan gambaran hidup kita di hadirat Tuhan? Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus barusan menyembuhkan si buta tanpa nama dan memasuki kota Yerikho. Di kota Yerikho terdapat seorang kepala pemungut cukai yang sangat kaya bernama Zakheus. Ia juga sudah lama mendengar nama Yesus dan hendak menjumpai-Nya. Sayang sekali tubuhnya pendek dan di hadapannya terdapat orang lain yang bertubuh tinggi. Ia lalu mencari jalan untuk melihat Yesus dengan cara memanjat pohon ara. Zakheus boleh berencana untuk melihat Yesus tetapi ternyata Yesuslah yang pertama melihatnya. Itulah Tuhan kita. Ketika kita jatuh dalam dosa, ketika kita mencari-Nya, Dia selalu melakukan pendekatan pertama bagi kita.

Yesus menengada dan melihat Zakheus di atas pohon. Ia berkata: “Zakheus, segeralah turun. Hari ini Aku aku mau menumpang di rumahmu.” Reaksi Zakheus adalah ia turun dan membawa Yesus ke rumahnya serta menerima-Nya dengan sukacita. Ini adalah sebuah bentuk pengalaman akan belas kasih Tuhan Allah secara nyata. Di mata manusia Zakheus adalah orang yang tidak layak untuk dikunjungi Yesus. Sebab itu ada banyak orang yang bersungut-sungut sambil mengatakan bahwa Yesus menumpang di rumah orang berdosa. Hal ini berbeda dengan Yesus. Ia bersukacita mengunjungi dan menyelamatkan seorang pendosa. Belas kasih Tuhan itu dapat mengubah segala sesuatu, mengubah hidup setiap orang berdosa menjadi kudus sesuai dengan kehendak-Nya.

Wujud pertobatan Zakheus adalah keberaniannya untuk mengembalikan semua yang bukan menjadi haknya. Ia berkata: “Tuhan, separuh dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Perubahan radikal dalam diri Zakheus ini diapresiasi oleh Yesus dengan berkata: “Hari ini terjadilah keselamatan di rumah ini sebab orang ini pun anak Abraham. Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Apakah kita menyerupai Tuhan Yesus? Tuhan Yesus senantiasa berkeliling dan berbuat baik. Ia melewati Yerikho menunju ke Yerusalem untuk menyelamatkan semua orang yang berdosa. Dia selalu memulai inisiatif pertama dengan mencari, memanggil dan menyelamatkan. Ia senantiasa berjalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia untuk menunjukkan belas kasihan Allah Bapa yang berlimpah kepada kaum pendosa. Ia memenangkan hati banyak orang karena kasih-Nya! Yesus bergaul dengan orang berdosa bukan untuk menjadi seorang pendosa. Ia justru menghancurkan dosa manusia dan menyelamatkannya.

Apakah kita menyerupai Zakheus? Zakheus adalah pribadi yang tidak sempurna namun ia merindukan Tuhan untuk menyempurnakannya. Ia mencari jalan untuk mengenal Yesus, bahkan ia memanjat pohon untuk melihat siapakah Yesus itu sebenarnya. Ia murah hati untuk menerima Yesus dengan sukacita. Ia bahkan bersedia untuk mengembalikan yang bukan merupakan haknya. Separuh hartanya hendak diberikan kepada orang miskin, dan akan mengembalikan empat kali lipat hak milik orang yang diperasnya. Ini adalah sebuah pertobatan yang radikal! Kalau anda sadar sebagai orang berdosa maka anda akan mencari Tuhan dan memohon pengampunan-Nya.

Apakah kita menyerupai orang banyak yang hanya melihat Tuhan Yesus dan Zakheus sebagaimana adanya? Orang banyak memandang Tuhan Yesus dengan bersungut-sungut karena Ia menumpang di rumah orang berdosa. Mereka tidak melihat perbuatan baik Yesus. Misi Yesus adalah menyelamatkan orang berdosa. Memang, kalau kejahatan menguasai hidup manusia maka semuanya pasti serba gelap. Mereka memandang Zakheus sebagai orang berdosa yang tidak layak di hadapan Tuhan dan manusia. Ini adalah kebiasaan banyak orang: suka menilai orang lain sebagai orang berdosa dan lupa bahwa dirinya juga orang berdosa.

Mari kita memandang diri kita sendiri. Apakah kita cocok dan menjadi serupa dengan Yesus yang mencari dan menyelamatkan jiwa sesama tanpa memandang siapakah dia itu? Apakah kita cocok dan menjadi serupa dengan Zakheus yang berusaha mencarai keselamatan dalam Yesus Kristus? Yesus adalah satu-satunya keselamatan baginya. Apakah kita cocok dan menjadi serupa dengan orang yang hanya berdiri dan menilai orang lain dan lupa bahwa diri kita juga adalah orang berdosa. Jujurlah kepada Tuhan maka Ia akan menurunkan belas kasih berlimpah kepadamu. Dengan demikian hatimu juga akan dilimpahi sukacita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply