Homili 22 November 2017

Peringatan Wajib St. Sesilia
2Mak. 7:1,20-31
Mzm. 17:1,5-6,8b,15
Luk. 19:11-28

Tuhan Yesus selalu mendahului!

Seorang sahabat mengatakan rasa kekagumannya kepada Tuhan Yesus. Ia mengakui bahwa setiap kali ia meminta sesuatu kepada Tuhan, Tuhan selalu melakukan sesuatu yang mendahului semuanya. Ia percaya bahwa Tuhan sendiri yang menggerakkan hatinya dan menyadarkannya bahwa ia sedang membutuhkan ini dan itu. Tuhan yang mendahuluinya mengatur jalan yang tepat untuk keluar dari semua masalah kehidupan. Maka dalam permenungannya ia mengagumi Tuhan karena Tuhan selalu mendahului semua rencana-Nya sebelum ia datang kepada Tuhan untuk menyampaikannya melalui doa dan pujian. Saya yakin bahwa pengalaman sahabat ini juga menjadi pengalaman banyak di antara kita. Kadang-kadang kita hendak menyatakan maksud kita kepada Tuhan, namun Tuhan mendahului sesuatu yang membuat kita terheran-heran dan mengaguminya. Kuncinya adalah pada iman dan kepercayaan kita kepada-Nya.

Kita mendengar bacaan Injil yang inspiratif dan menarik perhatian kita hari ini. Tuhan Yesus selalu mendahului untuk membuka wawasan kita tentang bagaimana mengalami kebahagiaan kekal. Ketika Tuhan Yesus mendekati kota Yerusalem, banyak orang berpikir bahwa Kerajaan Allah akan segera nampak. Mengapa orang-orang di Yerusalem berpikir sejauh itu? Sebab pada waktu itu mereka sendiri sedang berjuang untuk mengusir bangsa Romawi yang sedang berkuasa di Palestina. Mereka melihat sosok Yesus sebagai pemersatu banyak orang dan berharap bahwa Dialah orang yang tepat untuk menjadi raja di Yerusalem. Ketika mereka mendengar Yesus semakin dekat memasuki kota Yerusalem, banyak orang berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat supaya Yesus menjadi raja.

Namun demikian ada sebuah fakta historis lain tentang situasi sosial politik masa itu. Ketika itu Arkhelaus melakukan perjalanan ke Roma untuk dinobatkan sebagai raja oleh Kaisar Agustus. Arkhelaus akan menggantikan posisi Herodes Agung yang meninggal dunia. Menurut sejarahwan Giuseppe Flavio, pada saat yang sama ada sekitar 50 orang Yahudi juga yang berangkat ke Roma secara terpisah untuk memohon kepada kaisar supaya menghapus dinasti Herodes di Palestina. Ini berarti Arkhelaus tidak akan diberi gelar sebagai raja oleh Kaisar. Ketika Arkhelaus kembali ke Yerusalem, ia menjadi murka terhadap orang-orang Yahudi di Yerusalem.

Apa reaksi Yesus terhadap harapan banyak orang Yahudi saat itu? Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang Mina. Konon ada seorang bangsawan yang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk dinobatkan sebagai raja. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan mereka sepuluh mina yang dipakai untuk berdagang dan mencari keuntungan tertentu. Ia akan mengambil keuntungan yang menjadi haknya pada saat kembali. Perlu diketahui bahwa pada saat itu satu mina nilainya 60 duit (satu duit beratnya 11,5 gram).

Pada saat bangsawan itu kembali, ia memanggil para hambanya untuk melaporkan hasil dagangan mereka. Hamba pertama mengatakan bahwa dengan satu mina yang diterima dari tuannya, ia mendapat keuntungan 10 mina. Hamba itu dianggap setia, patut mendapat pujian dan berhak untuk menguasai 10 kota. Hamba kedua datang dan mengatakan bahwa ia sudah mendapat keuntungan lima mina. Ia juga mendapat pujian dan diberi kepercayaan untuk menguasai lima kota. Hamba ketiga datang dan mengembalikan mina milik tuannya sebab ia takut terhadap tuannya. Tuannya itu dianggap keras, mengambil dari apa yang tidak pernah dia taruh, dan menuai dari apa yang tidak pernah dia tabor. Hamba itu pun dihakimi sesuai dengan perkataannya. Konsekuensinya adalah ia mendapat siksaan yang besar. Bahkan semua yang menjadi miliknya diambil dan ia tidak memiliki apa-apa lagi.

Kisah Injil ini adalah kisah kehidupan kita sendiri di hadapan Tuhan. Kita semua bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan hidup. Kita bekerja untuk menjadi manusia yang berpartisipasi dalam diri Tuhan Allah yang sedang bekerja.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply