Food For Thought: Tidak mengenal…

Tidak mengenal dia!

Ada seorang ibu yang meminta waktuku untuk berbicara sebentar di kantor. Ia berniat membagi pengalamannya tentang masalah hubungannya dengan salah seorang anaknya. Ia merasa malu karena anaknya telah membuat aib di dalam keluarga. Ia berkata: “Aib itu sangat dan sangat memalukan keluarga kami!” Sayang sekali karena ia tidak menjelaskan lebih lanjut aib apa sebenarnya yang telah dilakukan oleh anaknya itu. Saya pun tidak berniat menanyakan hal yang sangat privacy dari keluarga ini. Ia masih melanjutkan perkataannya: “Sudah enam bulan saya berusaha untuk tidak mengenal dia Romo”. Saya terdiam sejenak, kemudian bertanya kepadanya: “Anak ibu dilahirkan oleh siapa?” “Sayalah Romo”, jawabnya sambil tertawa. Saya bertanya lagi, “Lho kog tidak mau mengenalnya lagi?” Ia menjawab: “Ya karena aibnya benar-benar memalukan keluarga kami”. Saya coba membantunya dengan memberi beberapa pokok pikiran untuk mengolah emosinya dan berharap semoga ia menerima anaknya apa adanya, dan siap membuat rekonsilasi bersama dalam keluarga.

Banyak di antara kita yang memiliki pengalaman yang mirip-mirip dengan ibu dalam kisah ini. Mudah sekali para orang tua berkata, “Saya tidak mengenal dia” kepada salah seorang anaknya. Para orang tua mungkin sedang lupa bahwa anak adalah pemberian dari Tuhan gratis dan tugas mereka adalah menjadi pendidik nomor satu bagi anak-anak dalam keluarga. Anak-anak tetaplah anak dari orang tua. Orang tua juga pernah jadi anak-anak. Kita juga menyuadari bahwa aib yang terjadi dalam diri anak bukan semata-mata hanya kesalahan anak, tetapi juga kesalahan dari orang tua sebagai pendidik nomor satu. Perkataan yang sama bisa keluar dari mulut seorang saudara kepada saudara yang lainnya, meskipun mereka bersaudara kandung: “Saya tidak mengenal dia”. Begitu mudakah anda mengucapkan perkataan itu kepada saudaramu? Apa yang salah dalam pikiranmu sehingga pikiranmu dapat sesat?

Pada hari ini kita mendengar perkataan yang sama, meskipun konteksnya berbeda (Mat 17:10-13). Pada saat Tuhan Yesus dan ketiga murid terpilih yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes turun dari gunung, mereka berhadapan dengan suasana komunitasnya yang sedang kebingungan. Para murid yang bingung itu langsung bertanya kepada Yesus tentang jati diri Elia. Para ahli Taurat mengatakan kepada para murid Yesus bahwa Elia harus datang mendahului Mesias. Yesus mendengar dan mengakuinya dengan mangatakan bahwa Elia akan datang untuk memulihkan segala sesuatu. Selanjutnya, Yesus dengan tegas mengatakan: “Elia sudah datang namun orang tidak mengenal dia”. Para murid Yesus menangkap maksud-Nya bahwa yang Ia maksudkan adalah Yohanes Pembaptis. Dialah Elia baru yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan.

Kita mengingat ungkapan yang sama dalam prolog Injil Yohanes: “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi milik kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Yoh 1:11). Orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya karena mereka memang tidak mengenal-Nya. Andaikan mereka mengenal Dia yang adalah Yesus sebagai terang sejati dan Mesias tulen maka mereka akan mengenal dan menerima-Nya.

Pada hari ini pikiran kita dibuka lebar-lebar untuk sadar diri bahwa kita memang berhati nurani sebagai manusia. Banyak kali kita bersikap “tidak mengenal saudara kita”. Ini adalah sikap yang tidak terpuji. Bukankah kita tidak memilih orang untuk menjadi saudara kandung kita? Kalau kita tidak memilih maka kita harus berusaha untuk mengenalnya. Bukankah para orang tua harus mengenal anak-anaknya yang lahir dari dalam kandungannya? Dengan cara yang sama kita pun harus mengenal Tuhan yang telah mengasihi kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply