Homili Hari Raya Penampakan Tuhan 2019

HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Hari Anak Misioner Sedunia
Yes. 60:1-6
Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13
Ef. 3:2-3a,5-6
Mat. 2:1-12

Itu Tuhan!

Kita mengawali perayaan Hari Raya Penampakan Tuhan ini dengan sebuah antiphon yang bagus: “Lihatlah! Tuhan, sang Penguasa telah datang; dalam tangan-Nya kerajaan, kekuasaan dan pemerintahan” (Mal 3:1; 1Taw 19:12). Kita semua diingatkan untuk melihat Tuhan yang datang sebagai Penguasa. Kita tentu melihat, mengagumi, mengasihi dan percaya kepada-Nya tanpa batas. Mengapa kita mau melihat, mengagumi, mengasihi dan percaya kepada-Nya tanpa batas? Sebab Dialah yang memiliki tangan untuk berkuasa dan memerintah atas diri kita. Artinya bahwa seluruh hidup kita akan selalu terarah hanya kepada-Nya. Hidup kita terarah kepada Dia yakni Yesus sebagai Raja damai kita.

Ada sebuah kisah Injil yang menarik perhatian kita. Setelah Tuhan Yesus wafat dan bangkit dari maut, para rasul-Nya mengalami kekecewaan yang besar. Mereka ingin kembali ke dalam hidup sebelumnya yakni sebagai nelayan, meskipun Yesus sudah mengatakan bahwa mereka akan menjadi penjala manusia. Penginjil Yohanes mengisahkan tentang penampakan diri Yesus kepada para murid-Nya di pantai danau Galilea (Yoh 21: 1-14). Ketika itu Petrus mengatakan kepada teman-temannya bahwa ia pergi untuk menangkap ikan. Keenam temannya yang lain juga ingin mengikutinya untuk menangkap ikan. Sepanjang malam mereka tidak mendapat seekor ikan pun. Pada pagi harinya Tuhan Yesus menampakkan diri kepada mereka dan menyuruh mereka untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Mereka berhasil menangkap 153 ekor ikan, jalanya tidak koyak. Dari semua murid yang ad di dalam perahu, hanya Yohanes yang mengekspresikan imannya kepada teman-temannya: “Itu Tuhan” (Yoh 21: 7). Yohanes percaya bahwa Tuhan Yesus sedang menampakkan diri kepada mereka sehingga ia berani bersaksi ‘Itu Tuhan’. Pandangan mereka terarah kepada Tuhan yang menampakkan diri-Nya kepada mereka. Mereka melihat Dia dengan mata mereka.

Pada Hari Raya Epifani ini, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada para bangsa dan menunjukkan diri-Nya sebagai Raja, Tuhan dan penebus kita. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Raya ini mengingatkan kita untuk memandang Tuhan yang menampakkan diri-Nya kepada kita. Itu Tuhan! Pandanglah Dia dengan mata imanmu. Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya mengingatkan Yesusalem untuk menjadi terang. Ia berkata: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu.” (Yes 60:1). Yesaya melihat bahwa dunia penuh dengan kegelapan, kekelaman masih menutupi berbagai bangsa, namun Tuhan akan memberikan terang-Nya kepada Yerusalem untuk menerangi bumi dan bangsa-bangsa itu. Tuhan hadir sebagai Terang bagi Yerusalem. Perkataan tentang Terang, nantinya Tuhan Yesus akan mengatakan diri-Nya sebagai Terang dunia (Yoh 8:12; 9:5). Terang yang datang ke dunia, bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yoh 1:5). Karena terang Tuhan terbit atas Yerusalem maka semua orang akan datang kepada-Nya. Yesaya menutup nubuatnya dengan berkata: “Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan” (Yes 60:6). Orang yang datang kepada terang tidak dengan tangan kosong. Mereka mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan.

Nubuat nabi Yesaya memang masih samar-samar. Nubuatnya menjadi semakin nyata dalam diri Yesus Kristus. Santu Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (bacaan kedua) menegaskan bahwa rahasia Allah dinyatakan kepadanya melalui wahyu. Pada masa lampau rahasia Allah itu dinyatakan kepada umat manusia namun pada masa ini semuanya dinyatakan dalam Roh kepada para rasul dan para nabi-Nya yang kudus. Namun ada satu hal yang lebih menarik lagi dalam perkataan Paulus ini: “Orang-orang bukan Yahudi, karena berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.” (Ef 3:6).

Dalam bacaan pertama dan bacaan kedua ini kita dapat menarik sebuah benang merah untuk memperdalam pemahaman kita akan perayaan hari raya penampakan Tuhan ini: Terang Tuhan akan turun atas Yerusalem sehingga bangsa-bangsa datang membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan. Ini menjadi tanda bahwa karena berita Injil, orang-orang bukan Yahudi juga menjadi ahli waris anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus sebagai terang bangsa-bangsa membawa keselamatan bagi semua orang. Itulah sebabnya pada hari ini kita boleh mengatakannya sebagai perayaan natal bangsa-bangsa. Tuhan Yesus tidak hanya datang bagi bangsa Israel tetap bahwa semua bangsa ikut mendapatkan keselamatan yang ada dalam nama Yesus Kristus.

Bagaimana kita dapat memahami perayaan Natal segala bangsa dalam perayaan suci ini? Penginjil Matius adalah satu-satunya penginjil yang menulis kisah kedatangan orang-orang majus dari Timur. Mereka melihat bintang yang terangnya beda dan mengikutinya hingga tiba di Yerusalem. Konon ada tiga majus yang kemudian dikenal namanya dalam tradisi Gereja: Melkhior, Gaspar dan Baltasar. Kiranya nama ketiga majus ini dikaitkan dengan tiga persembahan yang disebutkan dalam injil Matius yaitu emas, kemenyan dan mur. Emas menandakan Yesus sebagai raja, kemenyan menandakan Yesus sebagai Tuhan dan mur sebagai tanda bahwa Yesus akan menderita dan wafat bagi orang berdosa. Semua ini mereka persembahkan kepada bayi Yesus di dalam sebuah rumah bersama Maria ibu-Nya.

Ada tiga hal penting yang patut kita renungkan dalam perayaan penampakkan Tuhan ini:

Pertama, Orang-orang majus datang dari Timur. Mereka bukan orang Yahudi melainkan orang kafir. Mereka melihat terang bintang, datang dengan membawa hartanya untuk menyembah Yesus sebagai Raja, Tuhan dan Penyelamat. Pertanyaan penting bagi kita: kalau saja orang-orang kafir ini datang untuk menyembah Yesus, bagaimana dengan kita yang sudah dibaptis dan mengakui diri sebagai orang Kristen? Apakah kita lebih baik dari orang kafir yang datang untuk menyembah Yesus? Semoga kita bukanlah orang yang mengakui diri percaya kepada Yesus padahal sebenarnya kita adalah orang yang tidak beriman.

Kedua, Orang-orang majus datang dari Timur dengan mengendarai unta. Perjalanan mereka dari Persia, melewati padang gurun dan membutuhkan waktu yang lama. Ini membutuhkan keberanian, dan pengurbanan diri yang besar. Apakah kita juga mengurbankan diri kita bagi Gereja Kristus saat ini? Apakah pelayanan-pelayanan kita itu tulus atau hanya untuk mencari nama dan popularitas? Berkurbanlah, layanilah dengan sukacita.

Ketiga, Orang-orang majus membawa persembahan emas, kemenyan dan mur. Bagi mereka, Yesus adalah Raja, Tuhan dan Penyelamat yang wafat. Apakah kita juga memiliki persembahan yang berkenan bagi Tuhan? Apakah kita mampu mempersembahkan diri kita, hati kita yang suci dan murni bagi Tuhan? Apakah kita tulus mempersembahkan suka dan duka hidup kita bagi Tuhan dan sesama kita?

Ketiga pertanyaan ini membimbing kita untuk ikut datang dan menyembah Yesus, sang terang hidup kita. Mari kita mengarahkan pandangan kita untuk melihat Tuhan. ‘Itu Tuhan!’ Ia menampakkan diri-Nya bagi kita. Selamat Hari Raya Epifani, Hari Raya Natal segala bangsa. Selamat hari anak-anak Misioner 2019.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply