Homili 16 Maret 2020

Hari Senin, Pekan III Prapaskah
2Raj. 5:1-15a
Mzm. 42:2,3; 43:3,4
Luk. 4:24-30

Semoga Tuhan menyembuhkan kita

Kita semua memasuki pekan prapaskah ketiga. Fokus perhatian kita pada pekan ini adalah pada sakramen pembaptisan yang telah kita terima dan bagaimana mewujudkan secara nyata sakramen pembaptisan di dalam hidup kita setiap hari. Sekurang-kurangya sekali dalam setahun khususnya pada malam paskah kita membaharui janji baptis. Rumusan umum dari pembaharuan janji baptis adalah dalam bentuk dialog antara imam dan umat seperti ini: Imam: Apakah saudara menolak kejahatan dalam diri saudara sendiri dan dalam masyarakat? Umat: Ya, saya menolak. Imam: Apakah saudara menolak godaan-godaan setan dalam bentuk takhayul, perjudian dan hiburan yang tidak sehat? Umat: Ya, saya menolak. Imam: Apakah saudara menolak segala tindakan dan kebiasaan tidak adil dan tidak jujur yang melanggar hak-hak asasi manusia? Umat: Ya, saya menolak. Perhatikan pertanyaan imam dan jawaban umat memang sangat sederhana namun menuntut komitmen kita untuk melaksanakannya.

Dari rumusan umum permbaharuan janji baptis kita belajar untuk menjadi orang katolik yang terbaik. Pertama, sebagai orang yang sudah dibaptis kita berusaha supaya dengan rahmat Tuhan berani menolak kejahatan di dalam diri kita dan dalam masyarakat kita. Ini memang sebuah tantangan besar karena kejahatan bukan ditolak tetapi menjadi sahabat. Korupsi dan aneka penyelewengan dana banyak dilakukan oleh orang-orang yang nama pertamanya santu ini dan santa itu. Kalau kita mengunjungi penjara ternyata banyak saudara dan saudari kita sedang menginap di sana. Ini tandanya bahwa kita belum berani menolak kejahatan baik di dalam diri sendiri maupun dalam masyarakat. Kedua, Ternyata kita sebagai orang yang dibaptis masih membiarkan diri untuk dikuasai oleh godaan setan seperti takhayul, perjudian dan hiburan yang tidak sehat. Berapa orang yang berani jujur mengatakan memiliki jimat, air, batu dari gunung kawi dan lainnya? Banyak orang katolik suka memberi pinjaman uang dengan bunga yang tinggi. Ketiga, kita bangga sebagai orang yang dibaptis tetapi masih berlaku tidak jujur dan adil, suka menindas hidup sesama. Betapa kita begitu sadar ketika mengatakan “Ya, saya menolak!” tetapi ternyata masih menikmatinya. Kita butuh Tuhan Yesus untuk menyembuhkan kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk mengenal air (symbol Roh Kudus) dan kuasa penyembuhan dari Tuhan. Naaman adalah orang Syiria, panglima raja Aram, merupakan seorang terpandang, disayangi banyak orang namun sangatlah disayangkan karena ia sakit kusta. Ketika itu ada seorang gadis yang merupakan tawanan dari Israel. Ia juga prihati kepada sosok Naaman yang sedang sakit kusta. Sebab itu ia meminta kepada istri Naaman begini: “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.” (2Raj 5:3). Naaman merasa yakin akan perkataan gadis itu sehingga ia pun pergi meminta ijin kepada raja. Raja Aram mengijinkan Naaman untuk mengikuti proses pengobatannya.

Apa yang dilakukan Naaman? Setelah mendapat ijin khusus dari raja maka Ia pun menyiapkan diri untuk berangkat ke Israel. Ia membawa serta persembahan berupa barang-barang berupa sepuluh talenta perak, enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian. Surat raja Aram disampaikan kepada raja Israel. Reaksi spontan raja Israel terungkap dalam sikapnya yang mengoyakan pakaian dan mengungkapkan perkataan ini: “Allahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.” (2Raj 5:7).

Elisa sang abdi Allah meminta Naaman untuk membasuh dirinya di dalam sungai Yordan: “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” (2Raj 5:10). Perkataan abdi Allah ini dimentahkan begitu saja oleh Naaman. Ia berkata: “Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.” (2Raj 5:11-12). Namun demikian Naaman mendapat penguatan dari para pegawai sehingga ia pun membenamkan dirinya ke dalam air. Naaman menjadi tahir seketika itu juga. Naaman kemudian mengucapkan syukur atas kesembuhannya dengan berkata: “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel.” (2Raj 5:15).

Kisah Naaman yang sembuh total setelah membenamkan tubuhnya sebanyak tujuh kali di sungai Yordan menandakan kuasa penyembuhan Tuhan melalui air. Air adalah simbol Roh Kudus. Air menyehatkan dan menyembuhkan. Air menyucikan kita dari noda dosa dan menyalurkan berkat dan rahmat Tuhan kepada kita semua. Sayang sekali karena banyak di antara kita yang tidak menyadari kasih dan kemurahan Tuhan. Dan ternyata Tuhan Yesus juga mengalami sendiri bagaimana orang-orang di Nazaret tidak mengenal Yesus. Itu sebabnya Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” (Luk 4:24). Orang-orang Nazaret mendengar perkataan Yesus, menyaksikan segala mukjizat namun mereka tetap menutup dirinya terhadap Yesus. Pengalaman Yesus mirip dengan pengalaman Elia dan Elisa dalam dunia perjanjian lama.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengoreksi cara hidup kita sebagai orang katolik yang mudah lupa diri sehingga meremehkan kuasa Tuhan. Tuhan yang kita Imani memiliki kuasa menyembuhkan. Namun apa yang terjadi dalam hidup kita? Naaman sebelum mendapat kesembuhan, ia masih sempat meragukan kuasa Tuhan. Hatinya panas ketika disuruh Elisa untuk mandi di sungai Yordan tujuh kali. Hal yang sama terjadi di Nazaret ketika orang-orang tidak menghormati Yesus. Mereka bahkan menghalau Yesus ke luar kota, dekat tebing gunung supaya dilempar. Kita pun merasa sudah dibaptis sehingga lupa bahwa kita mengimani Yesus. Hal lain adalah Tuhan memiliki kuasa untuk menyebuhkan. Pada saat ini semua orang panik dengan Covid-19. Kepanikan berasal dari orang-orang yang belum dewasa dalam iman. Rumusan sederhana: jaga jarak, hindari keramaian dan di rumah saja. Banyak yang tidak membaca berita, video tetapi ikut menyumbang kepanikan dengan menyebarkan melalui media social. Mungkin anda salah seorang yang sedang panik. Corona itu kecil sekali, Tuhan kita jauh lebih besar. Tuhan menyembuhkan kita semua.

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip lagu dari Madah Bakti: “Tuhan Yesus sembuhkanlah kami, orang buta orang congkak hati. Dari mati hidupkanlah kami. Dari dosa bersihkanlah kami, Tuhan Yesus.” (MB no. 285).

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply